Princess: 29

116 25 0
                                    

Aeli masih betah memeluk suaminya tanpa bergerak semili pun. Ibunda sampai panik saat tidak menemukan Aeli di kamar Alena.

"Maaf, bun. Tadi aku yang menyelinap pergi dari kamar Alen untuk mengejar suamiku" Aeli tampak menekan kata suamiku di akhir kalimatnya.

"Ibunda sudah berbicara pada ayahmu, tapi kau tahu sendiri sekeras apa ayahmu itu" ucap Steffi sambil menghampiri Aeli dan mengusap kening anak satu-satunya itu.

"Maafkan Val ya bun, keadaan jadi serumit ini semua karena Val" Val menundukkan padangannya dan tiba-tiba pintu terbuka.

"Siapa yang mengizinkan Aeli pindah ke kamarnya?! Siapa juga yang mengizinkan anakku berdekatan dengan pria itu!?" Vincent tampak marah melihat pemandangan Aeli memeluk mesra menantu bajingannya.

"Ia masih suamiku, ayah. Aku sendiri yang akan mengusir dia ketika surat yang ayah kirimkan ke Vatikan sudah mendapatkan balasan pasti. Apa ayah puas dengan jawabanku?" Alena memandang ayahnya tanpa ekspresi, jujur ia juga sedih harus berseteru dengan ayahnya sesering ini karena Valdemar.

Ayah membanting pintu kamar Aeli dengan amarah yang semakin memuncak, tentu tidak mungkin ia lampiaskan pada anak tunggalnya itu.

Aeli segera merosot ketakutan karena jujur ia juga merindukan ayah yang menyayangi dan memanjakannya. Sakit hatinya harus terjebak dalam hubungan yang tidak harmonis dengan sang ayah.

"Sayang, makan dulu ya? Ibunda bawakan ke sini?" Val yang memberi anggukkan karena tentu ia tahu istrinya belum makan dalam beberapa jam ini.

👑

"Sayang, buka mulutmu, makan sedikit saja" ujar Val membujuk Irene.

"Aku tidak mau, Val! Aku tidak lapar!" Aeli tiba-tiba saja kesal, padahal tadi ia sedih karena perlakuan ayahnya.

"Nak, mungkin kau tidak lapar tapi bayimu butuh nutrisi" ujar ibunda.

"Dengar kata ibunda, sayang. Sedikit saja, ya?" Tapi Aeli malah menangis.

"Bun, Aeli mau makan apel yang sudah dipotong kecil-kecil. Tidak mau makan ini" bubur di hadapannya sungguh tidak menarik, sementara ibunda segera bergegas keluar kamar untuk meminta pelayan membuatkan pesanan Aeli.

"Ibunda akan kembali bersama apelmu, jangan khawatir" ibunda memberikan pandangan pada Val dan Val memberikan anggukkan.

"Kenapa harus menyusahkan ibunda begitu, sayang?" Tapi Aeli malah membuang wajahnya dan memunggungi Valdemar.

"Hanya tidak ingin makan bubur itu, Val" Aeli lanjut menangis lagi.

Jika hal ini terjadi ketika emosi Val sedang tidak stabil, mungkin Val juga sudah meledak karena Aeli menangis terus tanpa ia ketahui sebabnya.

"Ada apa, sayang? Ceritakan hal yang membuatmu menangis itu apa?" Sebut Val sabar.

"Hanya membayangkan berpisah denganmu di bulan depan. Melalui kehamilan ini sendiri. Menghantarkan bayi kita ke dunia ini bahkan tanpa kau di sisi. Padahal janjinya di kehamilanku yang ini, kau akan lebih perhatian untuk menebus kealpaanmu saat aku hamil Alena, kan? Nyatanya kau malah benar-benar akan hilang dari pandangan. Jika kau adalah hal pertama yang Alena lihat ketika ia lahir. Bayi kedua kita, entah bagaimana nasibnya, tanpa dukunganmu, tanpa kehadiranmu" jauh bukan pemikiran Aeli?

Bahkan Val sekarang ikut menangis dan memeluk Aeli dari belakang. Laki-laki itu menumpahkan tangisnya pada pundak mungil istrinya.

"Aku tahu ribuan maaf tidak dapat menggantikan kehadiranku. Tapi pegang janjiku, bagaimanapun cara yang harus ku lalui. Aku akan mendampingimu saat bayi kedua kita lahir"

👑

Ternyata, kita tidak pernah tahu kapan kesedihan menghampiri, saat usia kandungan Aeli memasuki enam bulan. Ketika itu Aeli sedang merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh dua. Ternyata itu juga hari terakhir ia bisa melihat Valdemar menemaninya di tempat tidur kerajaannya.

"Surat pembatalan pernikahan kalian sudah sampai tadi siang" ucap ayah mengingatkan Aeli pada janjinya untuk mengusir sang suami ketika surat itu sampai di kerajaannya.

Aeli tidak menyangka kalau hari ini akan datang juga, bahkan pada saat hari ulang tahunnya di mana seharusnya ia berbahagia.

"Ternyata, esok aku dan kau bukan lagi kita, Val" ucap Aeli yang sangat menyesal karena baru saja dua bulan ini ia tahu rasa bahagia dalam dunia pernikahan.

Sesungguhnya kedua insan itu sadar, dua bulan kebahagiaan yang mereka jalani ialah sebuah kebahagiaab semu yang mereka ciptakan. Karena di dalam hati mereka selalu bergemuruh akan hari di mana pernikahan mereka akhirnya runtuh.

"Kita akan selalu menjadi kita, Aeli. Jika kau mau menunggu, aku akan kembali bersama ayahku untuk memintamu menjadi istriku lagi. Kali ini dengan benar. Mungkin pada dasarnya pernikahan kita ku awali dengan salah, maka harus berakhir seperti ini. Aku akan selalu berusaha untuk membangun kembali rumah tangga kita. Akan selalu ada anak-anak, kan? Di antara kita. Aku akan selalu jadi ayah untuk Alena dan adiknya, begitu juga kau yang jadi ibu mereka. Tidak akan ada yang menggantikan kita untuk itu, kan? Bersabarlah, aku akan menjemputmu lagi" Aeli segera mengalungkan tangannya pada pundak Valdemar dan memberikan ciuman hangat berikut air mata kesedihan.

Val menerima ciuman itu dan membalasnya dengan panas. Ia mulai menggendong Aeli seperti koala dan berusaha menurunkan ritsleting baju wanita yang akan selalu ia anggap menjadi istrinya.

"Kita lakukan untuk yang terakhir kalinya, Val? Sebelum besok dan entah sampai kapan kita baru akan bertemu lagi?" Val sudah tidak konsen dengan apa yang Aeli katakan tapi ia mengangguk menyanggupi.

Kepalanya sudah pusing dan segera menidurkan Aeli di atas tempat tidur, melucuti pakaian istrinya mungkin untuk yang terakhir kalinya. Membuat istrinya kalah di bawah kungkungannya malam ini. Memberikan perasaan terindah yang tidak akan bisa dilupakan walau nanti waktu berganti.

"Apa seperti ini tidak apa? Bagaimana keadaan adik Alen? Sakit tidak?" Aeli sudah tidak mampu menjawab, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Val selalu bisa membuat ia merasa begitu dihargai dan dicintai ketika mereka bercinta sampai dini hari. Val selalu memberikan yang terbaik sehingga Aeli bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah setelahnya. Tapi kali ini berbeda.

"Aku lelah, tapi aku tidak bisa tidur" itu Aeli.

Val yang sudah hampir tidur kembali membuka matanya dan melihat wanita yang ada di dekapnya.

"Kenapa, sayang? Apa masih kurang?" Aeli memukul dada Valdemar walau tidak keras.

"Aku takut ketika aku tertidur kau akan pergi. Lalu aku tidak akan bisa melihatmu di seluruh sisa hidupku lagi. Apa kau mau berjanji untuk membangunkanku sebelum kau pulang ke Luksemburg besok?" Val memberikan anggukkan dan mengecup puncak kepala Aeli dengan sayang.

"Akan ku lakukan untukmu. Sementara nanti aku tidak ada, aku minta tolong untuk jaga dirimu dan anak-anak dengan baik ya?"

👑

290323

Oh! My Sleeping Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang