Princess: 4

337 57 12
                                    

Sial, sepertinya kopi tadi siang benar-benar memiliki efek yang kuat. Hari telah berganti tapi Aeli belum juga mampu untuk menutup matanya, disertai dengan degupan tak beraturan yang masih setia terdengar dari dalam jantung hatinya sejak semalam.

"Sebenarnya apakah memang meminum kopi memiliki efek tidak tidur sepanjang ini?" Ataukah pernyataan cinta dan perlakuan manis dari Valdemar yang membuatnya seperti ini?

"Aeli, nak? Sudah bangun belum?" Teriak sang ayah dari luar pintu sembari mengetuk.

"Astaga, kenapa ayah malah menyebutkan nama asliku?" Buru-buru Aeli turun dari tempat tidurnya sambil berteriak.
"Sudah bangun, ayah. Tunggu sebentar, ya!"

Aeli berdiskusi dengan ayahnya saat makan pagi disediakan bagi mereka.

"Jadi kau mau ayah memanggilmu Deli? Karena itu nama samaranmu pada pemuda yang menjaga penginapan ini?" Aeli masih sebal.

"Bicaranya jangan keras-keras ayah, sebenarnya dia juga yang ku temui ketika bersama Ander ke pasar dua hari yang lalu. Tapi jangan beri tahu bunda" entah mengapa feeling Aeli tidak baik jika bundanya mengetahui.

"Dan kau masih ingin menginap di sini, princess? Padahal tidak senyaman kamarmu di istana" tegur ayahnya.

"Tapi aku kerasan" jawab Aeli serius.

"Ayah harus pulang ke istana, apa kau tidak merindukan ibunda? Kan bisa pulang dulu nanti main ke sini lagi, nak?"

"Aku rindu bunda, tapi nanti kan bisa berjumpa" jawaban Aeli menimbulkan senyum di wajah Prince Vincent.

"Anak ayah sedang jatuh cinta ya? Ayah pikir Aeli mau menikah dengan Ander?" Aeli sedikit terkejut dengan perspektif ayahnya.

"Ayah, sepertinya bukan rasa yang begitu. Aku hanya merasa sangat senang memiliki teman dari kalangan rakyatku sendiri. Apakah salah jika seperti itu?" Karena Aeli sendiri belum bisa mengidentifikasi apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap Valdemar.

Sejujurnya memang sedikit ada getaran yang berbeda, lain dari pada ketika bersama Ander.

"Baiklah, jika putri ayah berkata demikian. Jangan mengecewakan Ander, nak. Kalau memang tidak akan menikahinya, jangan memberikan harapan yang jauh lebih tinggi dari sekarang, princess paham ya?"

👑

Val menemani Aeli untuk berjalan-jalan ke pasar karena keadaan orangtuanya sudah membaik.

"Bawa tuan putri cantik ini berjalan-jalan, nak. Kami sudah bisa menjaga penginapan dengan baik sekarang" ucap Ibu Val dengan lembut.

"Jangan panggil seperti itu, bu. Panggil saja Deli" ucap Aeli tidak enak.

"Kalau begitu kami berangkat ya bu, tidak akan lama" kata Val mantab menggenggam tangan Aeli.

"Hati-hati di perjalanan. Jangan menyakiti wanita, Val. Apalagi wanitanya secantik Deli" kata Ayah Val meledek.

"Tenang saja, ayah. Val tahu harus memperlakukan Deli seperti apa" dan semua perkataan Val hari ini ia tepati.

Ia menuruti kemanapun Aeli ingin pergi, mereka berjalan berdua layaknya sepasang kekasih yang sedang berbunga-bunga dalam hati. Langkah yang begitu riang dengan senyum yang tak pernah hilang, berakhir Aeli mengajak Val ke toko kopi kemarin karena sungguh ia sangat mengantuk sekarang, tapi ia tidak ingin melalui waktu begitu saja dengan tertidur, apalagi sekarang dirinya sedang bersama Valdemar.

"Aku pesan kopi susu gula dan dia kopi hitam saja" kata Aeli pada sang pramusaji.

Mereka sempat berdebat kecil karena menurut Val, jika meminum kopi bersama susu dan gula, maka cita rasa dari kopi itu sendiri akan hilang.

"Jadi, kenapa kau tidak ikut ayahmu untuk pulang pagi tadi?" Haduh, sebenarnya Aeli sudah mengantuk sekali, sungguh.

Aeli juga sudah tidak fokus dengan perkataan Valdemar akan tetapi masih bisa menjawabnya.

"Tentu saja karena aku masih ingin bersamamu" ucap Aeli sambil menggenggam balik tangan Val yang tergeletak di meja.

Aeli berharap bisa memfokuskan dirinya untuk tetap terjaga dengan melakukan gerakan kecil menggenggam tangan Valdemar. Tapi ternyata tidak, matanya sudah sungguh berat dan detik itu juga kepalanya terjatuh di meja dan membuat semua orang di sekitarnya panik bukan kepalang.

👑

Aeli terbangun di tempat tidur penginapan ketika hari sudah gelap. Val masih berada di sisinya sambil menggenggam tangannya sehingga terasa hanggat hingga ke dada.

"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Val yang baru terjaga karena menyadari pergerakan kecil dari Aeli.

"Maaf merepotkanmu" ucap Aeli tak enak, kebiasaan tidurnya memang banyak kali membuat orang khawatir.

"Iya, kau memang cukup merepotkanku tadi. Kau tahu tidak aku sangat panik melihatmu pingsan tadi? Rasanya jantungku berhenti berdetak melihatmu pucat seperti itu. Aku berfikir bagaimana bisa aku tidak menyadari kalau kau sedang tidak baik-baik saja? Dan segera mengeluarkan uang membayar kopi kita yang bahkan belum sampai ke meja, lalu tergopoh-gopoh menggendongmu sambil sedikit bingung dengan pikiranku sendiri. Haruskah aku mengantarkanmu ke rumahmu? Tapi aku tidak tahu di mana letaknya. Maka dari itu kau berakhir kembali di sini, Deli" jawab Val dengan gurat cemas yang masih tercetak jelas.

"Aku sungguh baik-baik saja. Hanya, memiliki masalah dengan waktu tidur. Seperti kali pertama kita berjumpa. Itu juga menyambut sebentar lagi waktu tidur siangku. Maka dari itu wajahku selalu pucat di jam-jam tertentu. Terlebih kemarin aku pertama kali mencoba untuk minum kopi, yang mengakibatkan aku tidak bisa tertidur pada malamnya" atau entah karena pengakuan cinta darimu?

"Jangan minum kopi lagi. Jangan sakit lagi Deli. Kau tahu betapa khawatirnya aku saat kepalamu terbentur dengan meja tadi? Astaga, apakah masih sakit rasanya? Jangan pingsan lagi, Deli. Pergi tidur saat mengantuk akan jauh lebih baik ketimbang terjadi sesuatu yang buruk ketika kau dalam perjalanan. Sampai di sini, kau mengerti kan?"

"Maaf, aku janji tidak akan seperti itu lagi, Dema" kata Aeli memelas dengan wajahnya yang sedikit takut dan cemberut.

Tiba-tiba saja dirinya sudah masuk ke dalam pelukan yang Val beri dan terasa nyaman ketika pria itu mengusap belakang kepalanya dengan sayang.

"Kau tahu tidak kalau kau itu sangat menggemaskan. Aku tidak akan pernah bisa marah padamu lama-lama. Dan berjanjilah setiap kau bermain di pasar, harus selalu aku juga yang menemanimu. Kau terlalu cantik untuk berjalan sendiri. Aku takut kau diambil orang lain, Deli. Lalu, aku mau memintamu untuk menjadi lebih biasa, ya?" Aeli bingung pada perkataan terakhir milik Valdemar.

"Maksudnya menjadi lebih biasa seperti apa, Dema?"

"Jangan terlalu cantik. Aku semakin jatuh hati padamu. Bagaimana kalau aku jadi serakah dan ingin memilikimu? Apa kau mau bertanggung jawab untuk itu? Jangan sampai hanya ada aku yang mau menggapaimu sementara nantinya kau enggan untuk tetap bersamaku. Jadi jangan ya? Tolong mundurkan sedikit saja kecantikkanmu itu. Berjanjilah, Deli"

👑

240522

Oh! My Sleeping Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang