Sebenarnya beberapa kali Aeli juga terfikir, apakah sifat ketakutan Alen itu diturunkannya karena pada saat hamil Alen, Aeli jauh lebih tertekan ketimbang hamil Aali. Aeli pernah mengungkapkan kegundahannya pada Valdemar tapi suaminya malah menyatakan.
"Kalau memang demikian, semuanya adalah salahku, sayang. Aku yang membuatmu ketakutan dan tertekan saat hamil Alen. Aku sama sekali tidak berperan dan tidak memberikanmu kasih sayang" Aeli menanamkan kalimat Val pada benaknya.
Alena masih diam dengan pertanyaan Aeli. Jujur Alena merasa bersalah di dal hati karena kecemburuan tidak mendasar pada adiknya, ia tahu mamanya sangat menyayanginya, ia juga sadar adiknya lebih kecil darinya dan lebih banyak membutuhkan bantuan ketimnang dirinya. Ayolah, Alen juga tidak membenci Aali, walau adiknya menyebalkan baginya, Alen sangat menyayangi Aali. Tapi hati kecilnya menolak semua logika itu, inginnya hanya Aeli menjadi mama untuknya saja. Inginya Aeli memberikan perhatian padanya saja, ia merasa terpaksa berbagi mama dengan adiknya.
"Mama merasa sedih kalau memang rasa sayang mama pada Alen ternyata tidak sampai ke hati dan perasaan anak mama yang cantik ini" Aeli memang sering berterus terang pada anak-anaknya, apalagi masalah perasaan, harapannya agar anak-anak juga bisa bebas mengekspresikan diri dan perasaan mereka, agar menjadi anak yang terbuka dan tidak tertekan.
"Maaf, ma. Alen tahu mama sayang Alen. Sama besarnya dengan Aali" ucap Alen semakin mengecil di kalimat terakhir.
Tapi tentu Aeli mendengarnya, Aeli cukup senang atas perhatian Alena dan bangga dengan putri kecilnya.
"Baiklah, sekarang sudah malam. Alen mau tidur bersama mama di kamar Alen atau di kamar mama? Mama ingin memeluk Alen semalaman hingga pagi agar perasaan sayang mama pada Alen sampai ke hati kecil Alen yang terdalam" anak itu tersenyum sumringah pada mamanya.
Aeli memang tidak pernah marah pada anak-anaknya karena tidak ingin melukai perasaan buah hatinya yang bisa berefek jangka panjang menjadi tidak baik untuk psikis mereka.
"Kamar mama saja, Alen rindu" nah, ini yang ingin Aeli dengar, kejujuran hati dari anaknya.
"Ayo kita mandi bersama, setelah itu kita tidur bersama. Sudah lama juga ya mama tidak memandikan Alen? Tapi katanya Alen sudah bisa mandi sendiri? Alen masih mau mama mandikan tidak?" Ya, Aeli juga tetap tahu perkembangan apa saja yang terjadi pada anak-anaknya tentu saja, tapi Aeli juga tahu, Alen belum sedewasa itu untuk ia biarkan mandiri.
"Tapi, Alen masih mau mandi bersama mama. Alen juga rindu" nah mata anak perempuannya sudah berkaca-kaca.
"Jangan menangis. Mama minta maaf ya, Alen pasti merasa berat sekali mama tidak lagi selalu menemani Alen, tapi Alen tetap sayang mama dan Aali kan, baby?" Aeli mulai memancing anak sulungnya.
"Tentu saja sayang!" Alen terdengar sangat yakin dengan perkataannya.
"Anak baik. Anak pintarnya mama. Anak kebanggaan mama. Anak kesayangan mama memang dewasa sekali. Tapi jangan terlalu cepat besarnya ya, sayang. Mama masih mau memandikan Alen begini!" Aeli menggendong bayi perempuannya dan membuat Alena tertawa geli karena merasa tiba-tiba terayun di udara.
👑
Akhirnya mama dan anaknya itu kini siap untuk tidur, Alen memeluk Aeli seperti tidak ada hari esok.
"Alen sayang mama" Aeli menganggukkan kepalanya dan mencium kening Alen.
"Alen, walau sekarang Alen jadi kakak, di mata mama, Alen tetap bayi kesayangan mama, anak pertama mama, anak yang paling mengerti mama, anak yang cantik sekali dan mirip sekali dengan mama. Walau nanti Alen sudah dewasa, Alen tetap bayi di hadapan mama. Walau Alen sudah punya bayi sendiri nanti, Alen tetap bayinya mama. Walau sampai kapanpun, Alen tetap bayi cantiknya mama, jadi kalau memang Alena merasa mama kurang memperhatikan Alen, mama harap Alen bisa menghampiri mama, bermanja pada mama, dan meminta perhatian juga menyatakan perasaan Alen pada mama seperti sekarang, janji ya?" Ucap Aeli mengusap kepala Alen dan membuat bayi perempuannya menangis.
"Alen juga mau, selalu jadi bayinya mama. Alen sayang mama, lebih dari Alen menyayangi siapapun di dunia ini" kalau bermulut manis begini, Aeli yakin, Alena turunan Valdemar pastinya.
"Mama juga sangat-sangat sayang pada Alen, lebih dari siapapun di dunia ini, sekarang tidur ya, sudah malam, hm?" Aeli mengeratkan pelukaannya pada si bayi perempuannya yang tengah bermanja.
Masalah kecemburuan Alena, sepertinya sudab selesai sampai di sini, Aeli sangat berharap demikian.
👑
L
ain lagi keadaanya dengan Aali dan papanya.
"Aali tidur ya? Papa sudah lelah menepuk pahamu tapi kau tidak kunjung tidur, jagoan" ucap Val mengecup kening putranya.
"Mama mana?" Hanya itu sedari tadi ucapan Aali seolah menolak tidur.
Val sendiri heran kenapa kedua anaknya selalu mencari Aeli ketika mereka mau tidur.
"Mama kan masih sama Kakak Alen di Liechtenstein. Aali tidur dulu ya? Besok saat Aali bangun, mama dan kakak sudah ada di sini" ucap Val meyakinkan bayi laki-lakinya.
"Aali sayang mama dan kakak. Tapi Aali mau mama dan adik baru. Boleh kakak tidak usah datang ke sini, pa?"pertanyaan si kecil cukup mengejutkan Valdemar.
"Kenapa Aali tidak mau bertemu kakak? Kan katanya Aali sayang kakak?" Val jadi tidak mengantuk dan memandang bayinya dengan seksama sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangan.
"Kakak galak. Lebih galak dari mama. Tapi mama galak karena sayang. Aali sayang kakak tapi sepertinya kakak tidak. Jadi Aali mau adik bayi yang lucu saja, seperti milik Daddy Sander dan Aunty Selda" ah, iya, Sander menikahi Selda sesuai keinginan Aeli, Sander menikahi Selda agar pernikahan Aeli tidak dibumbui lagi oleh orang ketiga, mungkin terdengar jahat, tapi Sander melakukan itu dengan senang hati, selain kebahagiaan Aeli adalah yang nomor satu, Selda memiliki wajah yang cukup serupa dengan Aeli, membuat Sander tidak butuh waktu lama untuk mencintainya.
Val sedikit menyesal jika mengingat bagaimana Sander harus menikahi Selda, tapi ia juga bersyukur, kedua orang itu seperti saling menemukan kepingan yang hilang dalam hidup mereka, saling mengisi dan berakhir saling mencintai, sampai akhirnya mereka juga memiliki seorang bayi laki-laki yang lucu di tengah-tengah mereka.
"Nanti papa bantu bilang ke kakak untuk tidak galak lagi pada Aali. Kakak sayang sama Aali, itu yang perlu Aali tahu, papa akan nasihati kakak agar menjadi kakak yang lebih baik lagi, tapi Aali juga harus jadi adik yang mendengarkan kakak, jangan suka jahil. Dan sekarang Aali harus dengar papa untuk tidur. Jika Aali mau adik baru, Aali harus tidur sekarang"
👑
200423
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...