Val bergegas ke kamar Alena untuk menemani istrinya yang tertidur. Bahkan sekarang first born nya tidur bersebelahan dengan mamanya sambil memeluk mamanya.
"Apa bisa aku kehilangan kalian bertiga?" Ternyata perkataan Val terdengar oleh Aeli.
"Apa maksudmu?" Aeli ingin mendudukkan dirinya dan Val membantu.
"Aku tahu seharusnya tidak mengatakan hal ini, tapi aku kembali mengacau. Ayah akan mengirimkan surat ke Vatikan untuk memisahkan kita" Val memaksakan senyumnya saat mengatakan hal menyedihkan itu pada sang istri.
"Val? Semengacau apapun dirimu. Kau tetap suamiku dan papa dari anak-anak" ucap Aeli yang sesungguhnya ingin mengamuk pada ayahnya tapi sudah tidak memiliki tenaga.
"Aku tahu. Maaf ya, kau harus menikahi pecundang sepertiku" Val menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jadi, keputusanmu?" Aeli ingin berharap sekali lagi kalau setidaknya Val punya keberanian untuk mempertahankannya.
"Sepertinya aku kalah, Deli. Maaf ya?" Aeli hanya mampu menutup kedua kelopak matanya, menyesali keputusan pendek suaminya.
"Jadi kau menyerah atas pernikahan ini? Setelah semua hal yang kita lalui?" Lagi-lagi Val memaksakan senyumnya.
"Bagaimana kalau kita berbahagia di waktu singkat kita? Sebelum kita bukan lagi kita, mungkin?" Entah apa yang ada di pikiran Val.
"Aku belum siap, kau bisa tinggalkan kamar ini. Aku masih butuh berfikir" Aeli kembali merebahkan dirinya dan memeluk Alena.
Aeli tidak habis pikir, kenapa Val semudah itu melepaskannya sekarang? Apa karena ada Selda? Apa karena ia tidak menarik lagi? Atau memang sedari awal Aeli memang tidak semenarik itu? Aeli hanya mampu memeluk Alena untuk meredam tangisnya. Pada Akhirnya, Val tetaplah seorang Valdemar. Sosok yang hanya bisa singgah sebentar, memberikan kebahagiaan, dan tidak dapat Aeli miliki.
👑
Val sendiri kembali ke kamar Aeli. Ia merenungkan harus dengan kenangan apa ia menutup kehidupan pernikahan singkatnya dengan Aeli. Walau ia sendiri sesungguhnya benar-benar tidak siap meninggalkan Aeli, Alena, dan bahkan anak bungsunya yang masih ada di dalam kandungan Aeli.
"Maaf karena kalian memiliki ayah seorang pengecut" ucap Val masih membaringkan diri menatap langit-langit kamar Aeli.
Tapi jika bertahan hanya menambah luka bagi istri dan anak-anaknya. Ia juga tidak menyukai ide itu. Walau melepas juga bukan berarti tidak ada luka yang mereka rasakan.
Ternyata, Aeli juga tetap Aeli. Baru sebentar Val meninggalkannya, ia sudah menyusul lelaki itu ke kamarnya.
"Kau serius akan merelakanku, Alena, dan adiknya? Kau mungkin tidak akan bisa melihatku dan Alena lagi walau anak bungsu kita akan menyusulmu ke Luksemburg" Val kaget setengah mati, tadi ibu mertuanya berpesan untuk menjaga Aeli agar tidak turun dari tempat tidur Alena barang sejengkal pun dan sekarang Aeli sudah tiba di kamarnya sendiri.
"Astaga, sayang! Kau belum boleh banyak bergerak!" Val panik dan segera menuntun Aeli ke tempat tidurnya.
"Kalau begitu, ayo lakukan. Kita ciptakan kenangan indah di akhir pernikahan singkat ini" Aeli ingin tersenyum untuk menghibur Val, tapi ternyata untuk itu pun ia tidak mampu.
Val segera memeluk kesayangannya dan merutuki kebodohannya. Kenapa ia selalu berhasil menoreh luka pada kekasih hatinya, ibu dari anak-anaknya, wanita yang paling ia puja.
"Aku pastikan kau selalu berbahagia melalui setiap detiknya denganku" Tapi Aeli menggeleng.
"Bagaimana jika aku jadi egois dan menahanmu untuk tetap di sisiku, Val? Kau mungkin memang yang terburuk, tapi, katakan saja aku bodoh karena meskipun begitu, aku tetap memilihmu. Aku masih ingin kau yang mendampingiku. Aku tidak bisa jika tidak bersamamu, Val" Tuhan, jika masih ada kesempatan sejujurnya Val sangat ingin bersungguh-sungguh meneguhkan hati untuk mengabdi pada Aeli, ia juga sedih mendengar tangis pilu istrinya.
👑
Aeli tidur di pelukan Valdemar dengan nyaman. Tapi begitu terbangun ia menangis, entah sampai kapan ia bisa tidur senyenyak ini di dekap suaminya. Apakah ini memang akhir dari kisah cintanya dengan Val? Apakah semua kesulitan yang sudah dilalui tidak bisa membuahkan hasil yang manis? Apa ia terlalu banyak menuntut atas sebuah kata bahagia? Padahal kelihatannya sederhana, ia hanya ingin hidup bersama laki-laki yang ia cinta. Ia hanya ingin suaminya sendiri.
"Kenapa menangis lagi?" Val terbangun karena isakan Aeli.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu harus senang atau sedih karena sempat memilikimu. Kau menyakitiku ketika ada, tapi ketiadaanmu lebih menyakitkan, Val. Apa seharusnya kita berpisah sejak awal? Apa aku terlalu banyak menuntut makanya kau pergi? Aku tidak bisa memikirkan di mana letak kesalahannya? Kenapa begitu rumit ketika seharusnya begitu sederhana?" Val hanya bisa memberikan pelukan hangat yang masih menjadi pelukan kesukaan Aeli.
"Aku juga tidak tahu bagaimana duniaku jika tidak ada dirimu di sisi, mungkin seperti saat kau meninggalkanku di kala itu? Tapi, Aeli. Percayalah, sejauh apapun jarak memisahkan kita, hatiku sudah kau miliki. Aku hanya akan menjadi milikmu, jika bukan kau maka tidak akan ada lagi. Aku berjanji setia kepadamu, bagaimanapun kondisi kita ke depannya. Maaf sudah menempatkanmu di posisi tersulit. Maaf sudah membuatmu merasakan semua rasa sakit ini. Sedari awal aku memang tidak pantas untukmu. Tapi, yang perlu kau ingat selalu. Bahagiaku itu, dirimu dan anak-anak" Val mengecup puncak kepala Aeli dengan lamat.
👑
"Tidak bisakah berikan Val satu kesempatan lagi, Vincent?" Itu Steffi.
"Ia tidak sesayang itu dengan anak kita, Stef" Steffi menggeleng.
"Jangan egois, Vin. Aeli sedang mengandung dan yang ia butuhkan itu suaminya, bukan ayahnya. Lagi pula jika bukan Val yang menerima panah itu di bahunya, tidakkah kau terpikir panah itu menembus jantung anak kita? Memikirkannya saja membuat hatiku tersayat" bela Steffi.
"Tapi yang membuat panah itu bisa masuk ke kerajaan ini ya menantu bodohmu itu Stef! Ia mencelakakan anak dan cucu kita, tidak bisakah kau berfikir?" Steffi menarik nafasnya, ia harus jadi seorang yang rasional di sini.
"Aku tahu, aku memang selalu tidak memiliki pikiran, kan? Yang bisa berfikir itu memang hanya dirimu, Pangeran Vincent yang terhormat. Sampai perasaan anak sendiri tidak bisa kau pikirkan ya?" Ejek Steffi.
"Kau jangan mengajakku ribut di saat seperti ini, Stef!" Emosi Vincent memuncak.
"Aku tidak ingin ribut, tapi tolong renungkan perkataanku. Aku akan melihat kondisi anakku, ketimbang berbicara dengan orang yang tidak memiliki perasaan. Begitukan perempuan ini di matamu? Tidk bisa berfikir dan hanya memikirkan perasaan?" Steffi ikut jengah pada Vincent.
"Terserah! Aku hanya melindungi putriku dari laki-laki yang membawa petaka baginya!" Vincent kesal dengan istrinya.
"Kau hanya menambah luka di hati Aeli"
👑
280323
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...