Princess: 16

178 37 4
                                    

Besok paginya Val ikut makan pagi bersama keluarga Aeli.

"Jadi ayah, bagaimana?" Ucap Val membuka omongan.

"Bagaimana apanya?" Tanya Vincent tanpa memandang Valdemar.

"Jangan pura-pura tidak tahu, Vin. Val pasti menanyakan tenang Alen" bantu Steffi.

"Alen kan masih butuh aku, ayah. Masa Alen ditinggal sendiri di sini?" Aeli mulai ikut bersuara.

"Bukankah Val kemarin sudah setuju? Lagi pula ayah tidak melarang kalian berlama di sini. Ya kalau Val mau di batasi menjenguk Alen boleh saja" skak.

"Val besok izin pulang ke Luksemburg untuk meminta izin tinggal di Liechtenstein lebih lama" ucap Val tidak mau dipisahkan lagi dari anaknya.

"Silahkan, ayah tidak pernah melarang aksesmu untuk pergi dari kerajaan ini. Kecuali Alen. Iya kan, sayang?" Alen sengaja duduk di meja makan bayi, di antara kakeknya dan ibunya.

Di meja makan yang panjang itu, kepala keluarganya adalah Vincent. Di samping kirinya ada Steffi, kanannya ada Aeli dan Valdemar. Tentu Alen di sebelah Vincent, agar dekat dengan kakek dan ibunya.

"Kalau begitu aku saja yang mencari kekasih baru di luar sana, bagaimana?" Itu Steffi.

Sekarang Val tahu. Sifat nekat Aeli mau menikahi Sander datang dari mana.

"Bun, jangan memancing ayah. Ayah juga, jangan terpancing oleh ibunda. Bisa kita makan dengan tenang saja? Aeli sudah tidak mood. Dari kemarin ayah jahat" ya, hidup Aeli akhir-akhir ini tidak selalu dituruti oleh ayahnya dan hal itu sedikit membuatnya kesal.

"Aeli, jangan begitu pada ayah, sayang" tegur Val dengan lembut menggenggam tangan Aeli.

"Dengarkan suamimu itu, lagi pula sudah ada Alen yang harus ayah manjakan, kau ataupun ibunda sudah boleh meninggalkan Liechtenstein, iya kan cucu grandpa sayang"

👑

Malam sebelum keberangakatan Val kembali ke Luksemburg, ia menghabiskannya dengan hangat dan cinta kasih bersama Aeli, karena rindu yang begitu menggebu. Setelah selesai melalukannya dengan Aeli, ia memeluk Aeli yang keadaannya masih sama polosnya dengan dia, sambil mengecup kepala Aeli sesering mungkin, walau sudah basah karena keringat, justru hal itu menambah kerinduan Val pada Aeli, bahkan aroma keringat Aeli saja Val juga rindu.

"Apa kau tidak rindu melakukan ini denganku, sayang?" Tanya Val sambil masih menciumi puncak kepala Aeli yang sudah mengantuk.

"Tidak, kau selalu memperlakukanku dengan kasar sebelumnya, Val. Bagaimana mungkin aku merindukan untuk bercinta denganmu. Tapi setelah malam ini, mungkin bisa jadi aku akan selalu merindukan kehangatanmu, aku sangat menikmati malam ini. Kenapa tidak kau lakukan dengan benar seperti malam ini pada malam-malam kita sebelumnya?" Ada senyum penuh sesal terpatri di wajah Val.

"Benarkah kau menikmati malam ini dan akan merindukanku kelak? Aku tidak akan lama di Luksemburg, kau tidak akan tahu betapa aku selalu merindukanmu, Aeli. Satu tahun terpisah denganmu tidak terasa hidup bagiku. Kau segalanya, kau duniaku" Val mengeratkan pelukannya.

"Kenapa baru berkata begitu sekarang, kalau kau seperti ini dari awal pernikahan kita, aku mungkin tidak akan pernah meninggalkanmu. Dan kita tidak akan mengalami perpisahan. Entah denganku ataupun dengan Alen sekarang" ah, memikirkan Alen harus ditinggalkan di Liechtenstein membuat Aeli masih kesal, apa karena nazarnya waktu itu kalau Alen tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di Luksemburg?

"Maaf ya? Aku akan mengulur waktuku sebanyak mungkin di Liechtenstein bersamamu dan Alen. Akan ku pikirkan solusinya bersama ayahku besok di Luksemburg. Sekarang jangan menangis lagi ya? Kita tidur saja bagaimana?" Ya, karena usai berkata demikian, air mata Aeli segera membanjiri pengelihatannya.

👑

Pagi hari setelah sarapan, Val berangkat untuk pulang ke Luksemburg.

"Say, bye papa" ucap Aeli sambil menggoyangkan tangan mungkin Alen.

"Papa pergi dulu ya, sayang-sayangnya papa" Val mengecup kening Aeli dan mencium gemas pipi gembil milik Alen.

"Hati-hati di jalan dan cepat kembali. Aku dan Alen akan sangay merindukanmu" Val memberikan anggukkan pasti dan menaiki kereta kudanya lalu berangkat.

"Mama" tunggu, ini siapa yang barusan memanggil.

"Alen?" Aeli menengok pada bayinya.

"Ja?" Astaga, bayinya baru saja bertambah kosa kata, sayabg sekali Val sudah berangkat

"Bilang apa tadi sayang?" Tanya Aeli lagi.

"Ja, mama" senang bukan main, Aeli segera menggendong Alen untuk memamerkan kosa kata baru bayinya pada ayah dan ibundanya, sayang sekali Ayah Val tidak bisa mendengar celotehan Baby Alen.

"Nanti kalau sampai ke grandpa grandma, Alen panggil mama lagi ya?" Aeli sedikit berlari ke ruangan kerja ayahnya.

👑

Val sampai pada malam hari di kerajaannya, ia segera menghadap ayahnya dan menyatakan segala kejadian di Liechtenstein.

"Jadi cucuku ditawan di Liechtenstein? Apa dia menyatakan perang?" Ayah Val sedikit tersulut emosi.

"Bukan begitu ayah, itu kan memang maunya Aeli dan penawaran dariku, lagi pula bisa saja tahun depan Aeli melahirkan bayi laki-laki yang akan menjadi penerus Luksemburg? Bukankah boleh begitu?" Memang tidak salah sih, penerus Luksemburg masih harus anak laki-laki pertama, sementara Liechtenstein sudah menganut yang penting keturunan pertama dari penerus tahta, maka Alen bisa mengisi tahta kerajaan Liechtenstein dan adiknya menjadi penerus tahta Luksemburg, hebat sekali ya Aeli?

"Jadi maumu apa?" Tanya Ayah Val dengan jelas.

"Tentu aku masih mau berlama-lama di Liechtenstein, ayolah ayah, Alena sedang lucu-lucunya, dan aku tidak mau melewatkan tumbuh kembangnya, bahkan ia sudah bisa memanggilku papa saat ulang tahun pertamanya dua hari yang lalu" Ayah Val sedikit menyesal karena banyak melewatkan tumbuh kembang Val sedari kecil.

"Baiklah, tapi selesaikan dulu administrasi negeri ini sebelum kau pergi. Kalau kau ingin pergi setahun, selesaikan hal-halnya sampai satu tahun ke depan. Kerajaan ini memang dulu terbiasa tampa putra mahkota, tapi setelah kau ada, kami juga sudah membiasakan diri dengan kehadiranmu. Aku tidak akan melarangmu untuk bersama istri dan anakmu. Aku juga tidak ingin kau melewatkan tumbuh kembang anakmu seperti aku melewatkan hal itu, jadi silahkan selesaikan pekerjaanmu, lalu jenguk istri dan anakmu" Val mengangguk mantap.

"Lalu, apa ayah punya ide lain selain perang? Agar Alen suatu saat bisa ikut ke sini? Walau hanya untuk berkunjung?" Ayahnya sudah cukup pusing dengan masalah bertubi-tubi yang Val buat.

"Memang seharusnya sedari awal kau tak memerlakukan Aeli seperti itu, jadi tidak akan ada peristiwa Alen ditahan kakeknya di Liechtenstein. Kau memang sangat bodoh, entah turunan siapa. Nanti ayah kabari lagi jika sudah punya solusi, ayah juga akan mendiakusikan ini dengan beberapa penatua lainnya" Ayah Val mempersilahkan Val keluar dari ruang kerjanya.

"Terima kasih, Ayah"

👑

160323

Oh! My Sleeping Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang