Waktu berlalu cukup cepat, Val merasa beruntung bisa menikahi Aeli saat itu, karena jika tidak, bisa saja ia melewatkan prosesi kelahiran bayi keduanya. Ia akan sangat menyesal jika hal itu terjadi. Kini Val sedang duduk di belakang Aeli untuk menjadi sandaran dan penyemangat bagi istrinya yang sedang berusaha keras melahirkan bayi kedua mereka. Val membiarkan Aeli meremat tangannya dan menggigit lengannya untuk menyalurkan rasa sakit Aeli karena bagian bawahnya robek. Bayi keduanya memiliki ukuran yang cukup besar, dari lingkar kepalanya jauh lebih besar dari Alena, perkiraan bayi mereka akan memiliki bobot hampir empat kilo, karena itu Aeli sudah bersusah payah memberikan seluruh tenaganya, tapi bayinya tak kunjung keluar, bayinya seperti mempermainkannya, ujung kepalanya keluar, lalu masuk lagi ketika Aeli beristirahat.
"Aku lelah, Val" ucap Aeli.
"Semangat sayang, kita bisa melakukan ini bersama. Aku mencintaimu" Val hanya bisa memberikan kata-kata semangat dan kecupan-kecupan kecil, karena ia sendiri juga sudah menangis melihat Aeli harus berdarah begitu untuk melahirkan bayinya.
"Sekali ini princess lakukan big push ya? Satu kali dorongan tanpa henti sampai kepala penerus benar-benar keluar seluruhnya" instruksi dari dokter kerajaan.
Untungnya di Liechtenstein prosesi melahirkan penerus masih diizinkan dengan bantuan medis.
"EUNGH!" Teriak Aeli sekuat tenaga.
"Jangan terlalu keras berteriak, sayang kau hanya akan menghabiskan tenagamu untuk itu" ucap Val mengusap kening Aeli yang sudah dipenuhi peluh.
Dokter menghitung satu sampai sepuluh dan membiarkan Aeli bersirirahat sebentar, karena setengah dari kepala bayinya bisa keluar dan tidak masuk lagi seperti tadi.
"Kita lanjut ya, princess" Aeli kembali berteriak kencang yang sangat memilukan bagi Val untuk mendengarnya, tapi usahanya tidak sia-sia, ia berhasil mengeluarkan kepala bayinya dari dirinya.
"Sudah berhasil ya?" Tanya Aeli yang merasa baru saja melalui ring of fire.
"Kau sangat hebat, sayang. Aku tahu kau bisa melaluinya, aku mencintaimu selalu" ucap Val terus memberikan semangat.
Dokter memberikan anggukkan atas kerja keras Aeli mengeluarkan kepala bayinya, Aeli bersumpah kalau melahirkak kedua ini lebih sakit dan melelahkan ketika melahirkan Alena dulu. Apa itu kata orang persalinan kedua akan lebih mudah dan tidak menyakitkan?
"Sekarang bagian yang paling besar, bahunya penerus akan kita keluarkan. Saya akan membatu sedikit menarik ketika princess berhasil mendorong dengan baik" Aeli mengangguk mantap.
Ia tahu, proses melelahkan ini sebentar lagi selesai dan segala rasa sakitnya akan menghilang ketika mendengar suara tangis dari bayi kecilnya.
"Eungh! Keluar sayang!! Mama sudah tidak kuat! Argh!" Akhirnya bayi keduanya lahir.
Val sudah menangis tersedu-sedu melihat Aeli melahirkan bayi kedua mereka yang berjenis laki-laki.
"Terima kasih sayang. Kau yang terbaik. Aku bangga padamu. Aku sangat-sangat mencintaimu" Val memberikan kecupan di pipi Aeli.
Aeli masih menyandarkan dirinya pada Val dan menetralkan nafasnya yang terengah-engah.
"Selamat pangeran dan putri, penerus berjenis kelamin laki-laki" dokter membersihkan bayi laki-laki tampan itu dengan telaten.
Tapi Aeli merasa ada suatu kejanggalan. Tunggu dulu.
"Kenapa bayiku tidak menangis dok?" Aeli baru menyadari dan senyum yang tadinya baru terbit karena berhasil melahirkan bayinya, kini berganti dengan tangis lagi.
"Tenang, Aeli. Adalrich akan baik-baik saja, iya kan, dokter?" Ah, iya Adalrich.
Dokter tidak mau terlihat panik karena itu akan semakin menyakiti perasaan kedua orangtua Pangeran Adalrich. Dokter terus mengusap punggung Adik Aeli itu dan pada akhirnya bayi itu memerah dan menangis.
"Pangeran Adalrich baik. Tadi ia hanya belum terbiasa mengembangkan paru-parunya. Penerus sehat dan tidak kekurangan sesuatu apapun" Aeli kini menangis gembira menerima bayi laki-lakinya yang sudah sedikit lebih tenang di dalam selimut hangatnya.
"Halo Adalrich. Namamu diberikan oleh papa, katanya biar mirip dengan nama mama Adelaide. Apa baby suka dengan nama pemberian papa?" Tidak lama Adalrich yang tertidur memberikan senyum.
"Adalrich dalam bahasa Jerman memiliki arti, orang yang mulia, atau bangsawan. Semoga kelahiranmu membawa kebahagiaan bagi banyak orang ya, sayang. Papa berharap Aali akan menjadi pemimpin yang bijak dan pengertian" ucap Valdemar menyentuhkan hidungnya pada bayinya.
"Jadi nama panggilannya Aali? Baby suka tidak? Jadi mirip sekali dengan mama. Ada Aeli - yang di baca Eli.
- dan Aali. Oh, jangan lupa Alena. Aeli, Alen dan Aali" ucap Aeli yang sudah tidak merasa sakit walau dokter menjahit bagian bawahnya.
👑
Siang itu Alena sudah heboh di kamar mamanya untuk melihat adiknya.
"Adik Alen!" Ucapnya heboh melihat makhluk kecil digendongan mamanya.
"Iya, Aali adik Alen. Harus sayang sama Aali ya sayang? Nanti kalau Aali sudah lebih besar, Aali bisa menemani Alen bermain, Aali juga bisa menjadi perisai yang akan melindungi kakak cantiknya" ucap Valdemar membuat Alen menaruh perhatian penuh pada sang papa.
Walau Alen tidak mengerti tapi ia mengangguk saja, lalu kembali asik memerhatikan wajah mungil sang adik.
"Jadi sudah ada adik, Alen lupa sama mama?" Tanya Aeli terdengar cemburu karena Alen tidak memerhatikannya dan terus mencium adiknya.
"No, lop mama" Alen segera berusaha berdiri dan mengalungkan tangan mungilnya di leher Aeli.
Lengkap sudah rasanya kebahagiaan Aeli. Ia hanya berharap kebahagiaannya kali ini bisa bertahan sampai selamanya. Tidak muluk bukan permintaannya?
"Papa mau ikut pelukan juga!" Val mendudukkan dirinya di tempat tidur dan memeluk istri juga anak-anaknya.
Mereka berpelukan sampai Aali menangis, mungkin karena sesak teelalu banyak orang mengitarinya.
"Papa! No" Alen menganggap papa yang membuat adiknya menangis.
Alen mendorong Val agar papanya menjauh dan mengusap pipi adiknya yang menangis.
"Tidak apa, Alen. Aali akan banyak menangis karena masih sangat kecil dan belum bisa mengungkapkan perasaannya seperti Kakak Alen. Jadi, bantu mama dengan kurangi intensitas menangis Alen, ya? Dan jangan cemburu jika mama banyak menghabiskan waktu dengan Aali. Karena adik belum bisa melakukan banyak hal sendiri. Tapi satu hal yang harus Alen tahu, mama sayang sekali dengan Alen. Posisi Alen tidak akan pernah tergantikan oleh Aali. Sayangnya mama pada Alen tidak akan berkurang karena ada Aali. Mama akan tetap memberikan rasa sayang mama pada Alen seratus persen dan pada Aali juga saratus persen, oke cantik?" Aeli mencoba memberikan pengertiam walau mungkin Alen tidak akam terlalu paham.
"Oke mama" ucap Alen memperlihatkan jempolnya.
"Lalu sayang untuk papa berapa persen?" Tanya Val sedikit memelas.
"Maaf papa, sayangnya mama sudah habis" ucap Aeli memberikan senyum mengejek.
Tapi Alena seperti memahami perasaan ayahnya dan pindah memeluk papanya.
"Alen lop papa" ucap bayi pertamanya.
👑
070323
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...