Hari itu masih banyak mereka habiskan untuk merenung. Mereka berfikir apakah membuat akta perjanjian pernikahan adalah hal yang benar untuk menyelamatkan pernikahan mereka. Sesungguhnya pernikahan ini memang di awali dengan salah. Apakah masih bisa diperbaiki agar tidak berakhir dan tetap berjalan dengan baik adanya?
"Aku, aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain maaf, Deli. Jika ada kata yang lebih tepat dan baik selain maaf, akan aku ucapkan untukmu" jujur Aeli juga masih bingung dengan situasi canggung yang tercipta di antara mereka kini.
"Bukankah kau berjanji akan membelikan kasih sayang yang berlimpah?-
Val mengangguk mengiyakan dan menyanggupi kalimat Aeli.
- kalau begitu, cintailah aku dengan benar, Val. Cintai aku dengan penuh, hujani aku dengan cintamu sehingga aku melupakan persoalan ini. Sehingga aku mabuk akan cintamu dan tidak mengingat betapa sakit luka yang kau toreh, apa bisa?" Aeli berkaca-kaca sambil mengatakan kalimat itu pada suaminya.
Val sudah tidak bisa berkata, ia segera memeluk Aeli dengan segenap kasih, membuat Aeli menangis di pundaknya, membuat Aeli menyalurkan kesakitan dan kecemasannya dengan memeluk Valdemar, suaminya. Val juga menangis dalam diam karena melihat istrinya begitu sedih dan alasannya adalah dia. Ia pikir bertemu kembali dan mendapatkan maaf dari Aeli sudah menutup kasus yang sudah lalu. Tapi ternyata luka itu belum hilang. Val mengusap punggung Aeli yang bergetar.
"Mulai sekarang, bagikan juga rasa cemasmu itu padaku. Menangislah di pundakku. Khawatirlah bersamaku. Tegur aku bila salah. Oh, sayang. Kau tidak tahu seberapa takut aku jika kau kembali meninggalkanku. Mungkin aku masih tidak tahu bagaimana memantaskan sikap, tapi aku mohon, berikan aku kesempatan dan pengajaran. Aku akan berusaha menjadi seseorang yang layak untuk keluarga kita dan untuk diriku sendiri" Aeli menjauhkan pelukan mereka, mengusap air mata suaminya, dan mencium bibir yang selalu ia rindukan.
Entahlah, pernikahan ini di awali dengan banyak tangis dari Aeli. Bahkan banyak tangis dari keduanya akhir-akhir ini. Mungkin untuk besok, memang tidak ada yang bisa memastikan tentang kejadian apa yang akan terjadi.
"Untuk besok, kita bahas besok. Untuk sekarang, yang aku mau hanya ada aku yang mencintaimu dan kau yang mencintaiku, maka segalanya akan cukup bagiku, Val" Aeli menyatukan kening mereka sambil mengatur nafasnya yang masih menggebu karena ciuman panas mereka.
👑
Ke esokkan siangnya, sang ahli hukum yang Val pekerjakan datang ke penginapan untuk memberikan akta perjanjian pernikahan pada Val dan Aeli untuk ditandatangani.
"Baik, karena sudah ditandatangani, dan ada dua salinan untuk dipegang masing-masing pihak. Akta ini sudah bersifat resmi dan harus dipatuhi oleh kedua belah pihak" kata sang ahli hukum sebelum meninggalkan penginapan.
"Terima kasih atas bantuannya" Val berkata demikian sambil menjabat tangan sang ahli hukum dan mengantarnya keluar.
"Kalau boleh ku sarankan, mungkin kalau pangeran mengalami masalah lagi dengan putri kerajaan kami, bisa meminta bantuan konsultan pernikahan terbaik" Val mengiyakan biar cepat dan sekali lagi berterima kasih atas bantuannya.
"Ku harap kau tidak lupa untuk menutup mulutmu, karena hal ini merupakan salah satu dari rahasia negara" sang ahli hukum itu memberikan anggukkan pasti sebelum menaiki kereta kuda yang akan mengantarnya kembali ke kediamannya.
👑
Aeli membaca ulang akta perjanjian pernikahan mereka. Hanya ada dirinya yang menuntut Val untuk begini dan begitu. Saat Val kembali ke kamar mereka, Aeli segera memperlihatkan matanya yang memerah dengan air mata yang siap jatuh kapan saja.
"Kenapa tidak memberikan ketentuan apapun untukku?" Aeli hampir menangis mengatakan hal itu.
"Karena bagiku, dengan kau masih berada di sisiku maka semuanya akan cukup. Kau bahkan sudah lebih dari cukup sayangku. Kau sudah baik adanya dan di sini hanya ada aku yang harus memantaskan diri" Val memberikan senyum bijak malu-malu ala Valdemar.
"Tapi jadi terasa tidak adil jika hanya aku yang menuntutmu untuk melakukan ini itu sementara kau menerimaku apa adanya" Aeli mengusap air matanya sendiri.
Val kembali menghampiri Aeli yang sedang duduk di satu sofa ujung ruangan mereka. Membiarkan Aeli menempelkan kepalanya pada Val saat memeluk prianya itu.
"Aku tidak merasa keberatan sayang. Sama sekali tidak. Yang adil itu, kau tetap bersamaku dan aku akan melakukan segalanya untukmu. Sekarang, kita hanya perlu saling membahagiakan dan berbahagia. Ingat, baby bisa ikut sedih kalo mamanya sedih. Aku juga ikut sedih kalau istriku menangis terus seperti ini. Aku merasa semakin gagal menjadi suamimu, jadi jangan bersedih lagi ku mohon?" Val kiri berlutut di depan Aeli dan mengecup bibir wanita ya itu, kedua matanya yang bersedih tidak terlewatkan, hidungnya yang merah jiga dikecup. Kedua pipi menggemaskannya sudah pasti dihujani ciuman, terakhir bayi keduanya juga ia cium banyak-banyak.
"Val?" Aeli memainkan rambut Val yang berada di depan dadanya.
"Ingat ya, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tetap di sisiku. Alena boleh tinggal di Liechtenstein dan terpisah dariku. Tapi kalo Adelaide. Aku tidak menerima alasan apapun atas perpisahan kita. Aku tidak mau lagi mundur seperti orang bodoh. Bukankah kau adalah kebahagiaanku? Aku akan selalu mengejarmu kemanapun kau pergi. Percaya ya?" Aeli hanya bisa mengangguk karena lagi-lagi kalah dengan perkataan manis milik suaminya.
Ayolah, Aeli juga tidak bisa bohong, kalau nyatanya Val memang kebahagiaannya. Yang perlu Aeli tanamkan dalam pikirannya. Ia harus bahagia bersama Valdemar, jika ia tidak lagi bahagia.
"Aku akan menagih janjimu jika kau menyakiti aku dan anak-anak. Aku mau berbahagia bersamamu walau kita tidak tahu pasti akan hari esok dan kejadian-kejadian yang akan menimpa kita. Tapi jika semuanya kita lalu bersama dengan saling menggenggam. Bukan kah segalanya akan terasa lebih ringan dan mudah? Aku hanya ingin pernikahan kita berjalan sesederhana itu, kau bisa menyanggupinya kan, Val? Persetan dengan perjanjian yang sudah kita buat. Aku hanya ingin dirimu" Aeli memang tidak tahan dengan sifat Val yang sebentar-sebentar berubah, tapi tidak salah, kan? Jika Aeli memberi suaminya satu kali lagi saja kesempatan terakhir.
"Mulai hari ini, hidupku akan berpedoman dengan perjanjian kita. Kalau begitu kehidupan pernikahan yang kau mau. Akan selalu ku ingat segala perkataanmu. Akan ku usahakan sekuat tenaga membuat impian sederhanamu terwujud. Aku akan lebih banyak bercerita padamu untuk menghindari perlakuan burukku muncul. Walau hari esok belum pasti selalu menyambut kita dengan kata bahagia. Setidaknya aku menginginkan kau tetap bahagia dengan menjalani segalanya bersamaku. Saling berpegangan dan berpelukan, membuat kita tetap bahagia"
👑
210323
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...