udah lama aku ga triple up, akhirnya triple up lagi
pagi ini nalen merasakan hawa yang dingin banget menusuk ke tubuhnya, ia masih memejamkan matanya karena merasa tidurnya sangat nyaman, namun beberapa menit ia merasa ada sebuah tangan menyentuh pinggangnya, nalen pelan2 membuka matanya ia kaget dan langsung duduk
"anj kok gue bisa tidur di kamar nih om2, arghh nalen gila ya lo?" nalen langsung meraba badannya ia sedikit tenang karena bajunya masih sama dan masih utuh ga ada yang aneh
gio yang merasa pergerakan di kasurnya pelan2 membuka matanya "kenapa?" tanya gio dengan suara beratnya yang baru saja bangun
"kok bisa gue ketiduran di sini om?"
"keliatannya tadi malam kamu kecapean setelah periksa saya, kamu bersandar di kursi lalu tertidur terus ga lama kamu pindah sendiri naik ke kasur"
"kok om ga bangunin? kan jadi tidur sekasur" nalen mengacak rambutnya
"ntar juga sekasur tiap hari sama saya"
"dih kebanyakan berharap lo om" nalen turun dari kasur lalu memakai jaketnya karena ingin pulang
"kamu mau kemana?"
"mau pulang lah, saya mau ganti baju dulu ntar kesini lagi"
"gausah pulang, apart kamu jauh ntar lama kesini nya"
"lah kan baju saya ada di apart om gimana sih"
"perlu berapa baju? bentar saya urus" gio mengambil hp nya lalu menelpon seseorang
"ini alasan om aja kan? biar saya di sini terus, biar luluh gara2 om"
"kan sudah saya bilang saya akan ngelakuin apa aja asal kamu tetap di samping saya"
"iya saya tau, tapi om kan itu apart nih ya kalo saya ga tempatin kan rugi mana harus bayar sewanya pertahun, jadi bisalah saya pulang dulu walaupun ga akan bisa pulang" nalen sudah pasrah karena gio akan melakukan apa saja, sebenarnya nalen ga risih sama sekali dengan perlakuan gio malahan senang ntah dari kapan ia begini
tak lama kemudian suara ketokan terdengar, nalen menatap ke arah gio "tuh udah datang" ucap gio sambil tersenyum
dari pada nalen banyak tanya ia langsung membuka setengah saja pintu kamar gio agar tak terlihat isi kamar gio karena perkataan gio juga "kamar saya privasi saya"
"ini baju siapa kok banyak banget?" tanya nalen kepada wanita paruh baya di rumah tersebut
"pak gio tadi meminta saya membawakan ini semua untuk calon tuan muda katanya" ucap wanita tersebut
"ah makasih ya bu" nalen mengambil rak yang tersusun banyak baju tersebut, nalen mendorong masuk ke dalam kamar gio
"om ini baju buat apa sebanyak ini?" ucap nalen ke arah gio
"buat kamu, mau lagi? tunggu saya sedikit sehat ya biar kita beli lagi kalo mau lagi"
"ga gitu om, tapi kan saya cuman hari ini di sini kok sebanyak ini?"
"gapapa itung2 untuk kamu milih mau yang mana"
nalen membawa masuk semua baju tersebut ke ruang ganti khusus di kamar gio, dari sekian banyak pilihan baju nalen tertarik dengan sweater berwarna keabu2 an, terlihat sederhana tapi ketika nalen memakainya ia sangat menyukai nya
setelah selesai mandi dan mengganti baju nalen keluar dari ruang ganti, ia melihat gio sibuk dengan laptop nya
"om ga sarapan? sehabis sarapan baru minum obat lagi, apa mau di suntik aja?" tanya nalen
gio yang masih fokus dengan laptopnya tetap menjawab nalen namun tak menatap nalen "saya masih ada urusan kantor, sarapan masih di siapkan sepertinya"
"oh yaudah kalo gitu saya mau ke dapur dulu, sekalian mau liat2 di luar bosen di kamar om mulu" nalen berjalan menuju pintu namun baru dua langkah kakinya bergerak gio sudah memanggilnya
"tunggu dulu" gio mengalihkan pandangannya dari laptop ke arah nalen, ia tersenyum lagi melihat nalen memakai sweater tersebut karena terlihat lucu, sweater yang sedikit kebesaran dengan celana hitam yang ia kenakana
"apalagi om? mau di suntik?"
"bukan, sini dulu ada yang mau saya bicarakan" gio memindah laptop di pahanya menjadi ke samping
nalen berjalan ke arah gio santai, tangan nalen di tarik lagi membuat nalen duduk di kasur di sebelah gio, gio langsung memeluk pinggang nalen
nalen kaget langsung berusaha melepas tangan gio dari pinggangnya "om kok peluk2? gaboleh, lepas om" nalen terus berusaha melepas pelukan tersebut
"harum, di sini aja temani saya"
"apasih om, saya di sini sebagai dokter om ingat, dan saya gamau di peluk begini, kalo begini ceritanya saya berenti jadi dokter om dan jangan ngejar saya lagi. " nalen langsung meninggalkan gio
"apaan sih tuh om2 gajelas banget sumpah, argh jadi males gue" nalen duduk di sebuah kursi sambil bersandar
sedangkan gio yang di tinggalkan nalen hanya diam mendengar ucapan nalen yang ingin berenti menjadi dokternya dan berenti mengejar nya, "arghh gio gio, kenapa pake meluk segala sih kan jadi begini suasananya" gio mengacak rambutnya
nalen yang sedang duduk sedikit kaget ketika di panggil oleh wanita paruh baya yang ada di rumah gio "permisi tuan, ini sarapan pak gio saya bisa minta tolong di bawakan ga ya?"
"ah iya bu" nalen
"apa ada masalah tuan? atau ada yang mau di tanyakan?"
"ga ada kok bu"
"panggil mbo aja gausah bu"
"oh iya tuan maaf ya kalo pak gio nanti berubah menjadi anak kecil, possesive, atau bahkan manja dan gamau di tinggal kemana2"
"iya mbo, kenapa kalo boleh tau kok minta maaf?"
"pak gio itu trauma dengan masa lalunya, dulu dia punya sepupu yang sangat dekat sekali dengannya, bahkan kemana2 selalu berdua, pokoknya seperti saudara kandung dan kebetulan pak gio lebih muda jadi pak gio sangat di sayang oleh sepupunya itu, ketika pak gio sakit sepupunya itu bilang kalo mau beli roti keluar namun tak balik2 dan ternyata sepupunya itu kecelakaan hingga merenggut nyawa nya, di situ pak gio depresi sekali karena mereka sangat dekat, dan sekarang ia lebih memilih sendiri dan saya bersyukur jika tuan akan menjadi milik pak gio, karena saya yakin pak gio ga akan merasa kesepian lagi dan bisa sembuh dari trauma nya, mungkin bagi orang lain itu ga seberapa tapi saya yang melihat pak gio seperti orang setres begitu sedih" cerita mbo kepada nalen yang mendengarkan dengan tenang
"saya sedih kalo mengingat hari di mana pak gio tidak memiliki semangat hidup, pasrah dengan semuanya tapi saya coba sabar menasehatinya perlahan, pak gio hanya butuh seseorang yang selalu di sampingnya tuan" cerita mbo yang tak sengaja menitikkan air matanya
"orang tuanya mbo? kok ga ikut kesini?"
"pak gio tuh orang yang pintar nyembunyiin kesedihan tuan, orang tuanya tau pak gio punya trauma tapi yang tau pak gio ingin menyerah cuman saya karena saya yang menemaninya dari dulu hingga sekarang, orang tuanya ga tau kalo pak gio lagi sedih karena pak gio pintar menyembunyikannya"
"makasih ya mbo, kalo gitu saya antar sarapan ini dulu keburu dingin" nalen beranjak dari duduknya
"saya berharap tuan bisa memaklumi sifat pak gio yang seperti anak kecil" mbo tersenyum ke arah nalen penuh harap
lanjot terosss sampe gatau kapan😭
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE CEO//NOMIN
RomanceSeorang CEO yang memiliki sikap yang sangat dingin kepada siapa pun,hingga bertemu seorang dokter di rumah sakit ternama. •BXB •M-PREG •MATURE CONTENT •1821+ 🔞⚠️ -selamat menikmati-