CEO// 42

21.9K 1.4K 139
                                    

konflik nya nanti dulu ya, aku belum siap.

aku sudah memutuskan dari semua komen kalian, untuk panggilan nalen dan gio (buna//daddy)

umur kandungan nalen sudah memasuki trimester satu, sudah sebulan yang di mana perut nalen sedikit terlihat bulat, nalen duduk di sofa kamar sambil mengelus perutnya sembari menunggu gio yang katanya sebentar lagi pulang dari kantor

"baby betah ya di dalam? ntar baby panggil alen apa? buna? eh lucu juga, baby panggil buna aja ya" nalen mengelus perutnya seakan berbicara dengan bayi di perutnya

"baby betah ya di dalam? ntar baby panggil alen apa? buna? eh lucu juga, baby panggil buna aja ya" nalen mengelus perutnya seakan berbicara dengan bayi di perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

karena nalen bingung mau ngapain, akhirnya ia memutuskan untuk ke dapur, kebetulan masih ada mbok karena mbok pulang nya sekitar jam set 9

"eh tuan, perlu apa tuan?" tanya mbok yang melihat nalen berjalan ke dapur

"ga ada mbok, aku cuman mau ambil buah di kulkas" nalen berjalan menuju kulkas, ia mengambil buah apel, ntahlah belakangan ini semenjak hamil ia selalu ingin apel.

setelah mengupas apel tersebut nalen membawanya ke kamar lagi, karena percuma di luar mbok juga lagi sibuk, lebih baik nalen di kamar sambil nonton film, ia duduk di kasur sambil menyalakan tv dan membuka netflix

sambil menonton mulutnya tak berhenti mengunyah, tak terasa sudah pukul 20.00, gio belum juga pulang ke rumah, biasanya sebelum jam 7 gio sudah di rumah.

mood nalen juga lagi ga baik, ia langsung menarik selimut hingga leher membiarkan tv menyala, nalen memejamkan matanya karena sekarang ia mudah ngantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mood nalen juga lagi ga baik, ia langsung menarik selimut hingga leher membiarkan tv menyala, nalen memejamkan matanya karena sekarang ia mudah ngantuk.

22.00

gio baru saja sampai di rumah, tak biasanya ia pulang jam segini dan emang benar dia lagi ngurus kerjaan di kantor, dan ia ingin menyelesaikan semuanya cepat agar ia punya waktu lebih banyak dengan nalen

gio bergegas masuk ke kamar, karena ia yakin nalen sudah marah apalagi sebelumnya nalen hanya membalas 'iya' , gio membuka pintu kamarnya terlihat nalen yang sudah tidur membelakanginya

sebelum naik ke kasur gio mandi terlebih dahulu, setelah selesai mandi ia ikut masuk ke dalam selimut, gio menahan kepalanya dengan tangannya sambil menatap nalen yang membelakanginya.

tanpa basa basi lagi gio memutar badan nalen agar menghadap nya, gio langsung memasukkan nalen ke dalam dekapannya "maaf ya sayang aku telat, marahmya jangan lama ya" gio mengecup kening nalen dan ia ikut terlelap sambil memeluk nalen

•••

pagi ini gio bangun terlebih dahulu, ia menatap nalen yang masih berada di pelukannya, gio menyingkap baju nalen ke atas lalu mengelus perut nalen pelan, hingga akhirnya terdengar lenguhan dari suami manisnya "eungh"

"sini sayang" gio memper-erat pelukannya, nalen mencoba membuka matanya pelan, ekspresi nya hanya datar karena masih kesal dengan gio yang pulang telat

"pagi2 kok gitu mukanya" gio mencubit pipi nalen

nalen hanya mengangkat singkat bahunya "bayinya io masih marah?" tanya gio yang masih mengelus perut nalen

"gatau"

tiba - tiba datang sekelibat ide dari kepala gio, mungkin ini akan mempan agar nalen tak marah lagi padanya, gio merubah posisinya menjadi tiarap, wajahnya mendekat pada perut nalen "baby nanti kalo sudah lahir panggil nya buna daddy aja ya" gio mengelus perut nalen

nalen yang melihat gio yang berbicara pada bayi di perutnya sambil mengelus perutnya, ia berusaha menahan senyumnya, namun ketika gio beralih menatapnya lagi nalen langsung memasang wajah datarnya

"baby bantu daddy dong, buna marah gara2 daddy pulang telat" gio menusuk - nusuk perut nalen

"sayang maaf ya" ucap gio mencium perut nalen berkali - kali

"emang sesibuk itu ya? sampe pulang jam segitu" nalen membuka suaranya namun masih dengan ekspresi yang sama

"aku nyelesain semuanya supaya bisa ada waktu lebih banyak sama kamu di rumah, maafin aku ya" gio memeluk nalen sambil mengusakkan wajahnya di pinggan nalen

"tanya baby tuh di maafin apa ga?" ujar nalen mengangkat alisnya sebelah

gio beralih lagi menusuk - nusuk perut nalen dengan telunjuknya "baby? daddy di maafin ga?"

"di maafin daddy, lain kali daddy jangan tinggalin buna lagi ya" jawab nalen meniru suara anak kecil, gio yang mendengar itu tersenyum dan langsung beralih posisi memeluk nalen erat

"eunghh pengen peluk yang lama" gio mengusakkan wajahnya di leher nalen, nalen mengusap rambut gio sambil terkekeh

"io tau ga? tadi malam aku makan semua apelnya" nalen mulai mengoceh lagi

"enak apelnya?"

"enak, tapi sudah habis" nalen

"nanti beli lagi ya sayang"

gio menatap nalen yang tersenyum ke arahnya "udah lama ga main, alen mau ga sayang?" tanya gio dengan senyum yang penuh arti

"main apa io?"

"mainn.." belum selesai gio berbicara ia sudah melumat bibir nalen tanpa aba - aba, membuat nalen sedikit kaget namun ia berhasil menerima lumatan tersebut, gio memulainya dari bibir hingga turun ke leher, lumayan lama gio membuat tanda di leher nalen

" belum selesai gio berbicara ia sudah melumat bibir nalen tanpa aba - aba, membuat nalen sedikit kaget namun ia berhasil menerima lumatan tersebut, gio memulainya dari bibir hingga turun ke leher, lumayan lama gio membuat tanda di leher nalen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tangan gio mulai menjelajah ke dalam baju nalen, hingga stop pada tonjolan kecil di balik baju nalen, gio memainkan jarinya pada bagian tersebut, nalen mendongakkan kepalanya ke atas dengan sedikit suara desahan

"aku mau lanjuttin cuman aku takut baby kenapa2, jadi ntar kita ke dokter ya sekalian ke rumah bunda" ujar gio menghentikan kegiatannya sebelum nafsunya makin memuncak

gio hanya mengelus perut nalen sambil mengecup semua bagian wajah nalen bahkan tak ada henti - hentinya, nalen hanya pasrah karena percuma ga akan bisa berhenti kecuali cape sendiri.

POSSESIVE CEO//NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang