sekarang nalen sudah berada di apart nya, baru saja tadi siang ia di antar oleh gio.
"gue jadi bingung mau ngapain di apart kalo ga kerja begini, mau makan udah kenyang, mau jalan malas keluar, udahlah lagi2 jadi kaum rebahan" nalen langsung menghempaskan badannya ke kasur, selang beberapa menit nalen memejamkan matanya tiba2 ada yang menelpon
"arghh baru juga mau tidur" nalen bangun untuk mengambil hp nya di nakas sebelah kasur
ketika di lihat nya, ya benar saja siapa lagi kalo bukan gio
"apa om? mau tanya lagi gue terima apa ga?"
"besok kamu kerja?"
"yaiyalah om, secara nih ya saya sudah libur berapa hari coba gara2 om"
"oh yaudah"
"udah? tanya gue kerja apa ga doang?"
"iya, emang saya salah?"
"salahhh banget" nalen mematikan sambungan tersebut
"aneh ya tuh om2 nelpon gue cuman mau tanya gue kerja apa ga, urusan sama dia apa? mau gue kerja atau jungkir balik juga ga ada urusannya kan sama dia? efek ga nikah keknya tuh om2" nalen kembali merebahkan badannya di kasur
••••••
"semogaa hari ini ga ada hal yang bikin gue sakit kepala lagi, apalagi tuh om2" nalen berjalan masuk ke rumah sakit tempat ia bekerja
pagi ini nalen di sambit dengan perawat yang ada di rumah sakit tersebut dengan ramah, ya seperti biasa nalen sudah kebal dengan godaan perawat tersebut, bahkan ada yang selalu mengantar bunga ke ruangan nalen
"pagi dokter nalen"
"pagi dok"
"ganteng banget dok"
"dok mau makan bareng ga"dan masih banyak lagi, nalen membalas mereka dengan senyuman
"dokter nalen paling ganteng nih" ucap haedar yang tiba2 merangkul nalen dari belakang
nalen memicingkan matanya ke arah haedar "berisik lo"
"gimana len?"
"apanya yang gimana?"
"sama pak gio?"
"udah ya diem hari ini gue gamau bahas tuh om2 lagi" haedar hanya tertawa melihat ekspresi nalen
nalen berjalan ke arah ruangannya sedangkan haedar berbelok ke arah kantin rumah sakit.
nalen sedang sibuk merapikan data2 pasien nya, dengan memakai jas putih dokter, kaca mata yang bertengger di hidung nya, nalen sangat fokus dengan komputer di depannya
namun tiba2 suara ketukan pintu yang tandanya ada orang yang ingin masuk ke ruangan nalen
"tok tok tok" suara ketukan tiga kali
"masuk"
nalen menyuruh masuk orang tersebut, suara pintu terbuka terdengar di telinga nalen tapi nalen tak mengalihkan pandangannya dari komputer
ketika nalen mengalihkan pandangannya yang tadinya ke komputer menjadi menatap orang di depannya, nalen membuang nafas nya kasar
"ngapain lagi sih om astagaa, saya ga terima tamu"
"saya mau check up"
"ya tapi ini bukan jadwal nya ok check up dan dokter reza juga sudah datang jadi kenapa harus ke saya"
"saya mengganti dokter reza menjadi kamu"
"ya saya ga setuju"
"saya ga terima penolakan"
"argghh terserah deh om, saya gamau periksa om jadi duduk aja di situ sampe cape" nalen melanjutkan kegiatannya dengan komputer
di luat dugaan nalen, gio tak berpindah ia diam sambil melihat2 ke sekeliling ruangan nalen dengan tangan yang sibuk memainkan pulpen di meja kerja nalen
nalen sibuk dengan komputernya sambil melirik gio yang masih duduk di depannya. "om"
"hmm?"
"mending balik deh, saya gamau periksa om karena saya bukan dokter om"
"saya mau disini gaboleh?"
"gaboleh, om bukan siapa2 saya dan bukan pasien saya"
"kalo gitu saya mau nagih jawaban yang kemaren"
"aaa-aann-annu saya gamau" jawab nalen terbata2 ketika gio membahas hal tersebut
"alasan kamu menolak saya?"
nalen melepaskan kaca matanya "gini ya om dengar, dimana2 orang pacaran dulu baru nikah, dan saya gamau nikah"
"ayo pacaran"
nalen rasanya ingin berteriak senyaring mungkin "ya ga gitu om, mana ada orang ngajak pacaran kek ngajak main"
"terus saya harus apa"
nalen bingung menjawab apa, namun secara spontan timbul sebuah ide di kepala nalen untuk menjaili gio "biasanya tuh om, ada yang di kasih uang segepok, terus di kasih rumah yang mewah, terus di kasih barang mahal2 gitu deh om, pasti langsung di terima"
"kamu mau?" gio langsung mengeluarkan dompetnya dan menarik sebuah kartu berwarna hitam
"nih saya ga punya uang tunai jadi di sini aja ya, rumah sama barangnya kamu pilih aja biar say yang urus nanti" gio memberikan nalen kartu tersebut dengan santai
nalen terdiam seketika karena gio yang tiba2 menganggap omongan nalen serius "aa-aahh ga gitu om tadi saya cuman becanda" nalen mendorong kembali kartu tersebut di meja nya ke arah gio
"ambil aja, saya ga masalah"
nalen menggaruk tengkuk nya yang tak gatal "iya om ga masalah, saya yang masalah" kali ini nalen bener2 mau teriak sekencang2 nya bahkan lebih kencang lagi, ia bingung gimana menanggapi gio yang begini
"kalo gitu saya pulang dulu, kartu nya pakai aja unlimited buat kamu" gio keluar meninggalkan nalen dengan kartu hitam tersebut
lanjottttt.....
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE CEO//NOMIN
RomanceSeorang CEO yang memiliki sikap yang sangat dingin kepada siapa pun,hingga bertemu seorang dokter di rumah sakit ternama. •BXB •M-PREG •MATURE CONTENT •1821+ 🔞⚠️ -selamat menikmati-