CEO// 36

24.2K 1.6K 20
                                    

hari ini hari ketiga mereka di jepang, kebetulan nalen meminta gio untuk menemaninya ke Disneyland, "mau tau ga? dulu aku pernah nangis2 gara2 ayah"

gio merangkul pinggang nalen sambil berjalan sedangkan nalen mengoceh sepanjang jalan "di pukul ayah?"

"no, dulu aku pengen banget jadi cinderella, terus kata ayah gabisa soalnya itu kartun, ya namanya aku masih kecil mana tau kartun apaan, jadi nangis di kerumunan orang yang lagi liat parade nya"

"nangis biasa?"

"gaa io, nangis yang bener2 kejer gitu, kamu tau ga sekarang aku malu banget kalo ingat itu" nalen menutup wajahnya dengan kedua tangannya

gio tersenyum tipis "terus ayah gimana? marah?"

nalen menggelengkan kepalanya "ayah ga marah, ayah cuman bilang gini (emang kalo mau jadi cinderella biar apa?)"terus aku jawab sambil sesegukan, (pengen sepatu kaca)" nalen tertawa

gio menyerengitkan keningnya "sepatu kaca?"

"iya io, cinderella kan di kasih sepatu kaca sama pangeran, tapi hilang sebelah" jelas nalen yang sekarang duduk di bangku yang berada di disneyland tersebut

"ayah belikan?"

nalen memutar badannya agar berhadapan dengan gio "ga, ayah ngajak aku pulang terus dia bilang gini (sekarang anak ayah tidur dulu, ntar kalo bangun sudah ada sepatunya), yaudah karena aku polos banget jadi aku tidur sambil sesegukan" nalen

gio memperhatikan nalen bercerita, yang mana tangannya tak lepas dari pinggang nalen "terus?"

"nah terus aku bangun tuh, langsung lari nyari ayah minta sepatunya, eh kamu mau tau ga pas ayah datang bawa kotak, awalnya aku excited banget pas di buka aku nangis sejadi2 nya lagi"

"kok bisa? emang apa isinya"

"sepatu cuman dari kayu, dan itu ayah ukir sendiri aku langsung nangis di depan ayah, bunda bingung mau marah ke ayah, atau ketawa"

"terud dengan santai nya ayah bilang gini (coba dulu nanti jadi cunderillu), bayangin anaknya di suruh pake sepatu dari kayu, tau sendiri itu berat banget masa anaknya di kira hidup di jaman purba" nalen menceritakan semuanya kepada gio

"terus kamu pake?"

"ya ga lah, aku bilang gini (cinderella ayahh bukan cunderillu, nalen gamau lagi sama ayah), habis tuh aku langsung ke kamar dan nangis terus" nalen mengekspresikan wajahnya ketika ia dulu kesal dengan ayahnya

gio terkekeh sambil mengusak rambut nalen "oh jadi dulu cita2 nya bayi io jadi cinderella?" goda gio

nalen menutup wajahnya malu, ia bersandar di dada gio "cita2 aku ga netap tau, bisa ganti kapan aja, bahkan dulu aku ga punya cita2 dokter"

"mau aku ceritain ga semuanya?" ujar nalen

"ntar aja ya kalo sudah di hotel biar puas ngocehnya kamu" gio mencolek ujung hidung nalen

mereka berdua sekarang jalan mengelilingi disneyland yang berada di kota tokyo, nalen memakan banyak jajanan bahkan sekarang perutnya sudah kenyang, "io cape, pulang aja ya"

"mau pulang sekarang?" tanya gio dan di angguki oleh nalen

akhirnya mereka pulang, nalen sedang menikmati indahnya kota jepang, sedangkan gio fokus menyetir "io dulu ayah pernah bilang gini, mau tau ga?"

"hmm, apa sayang?"

"ayah dulu pernah bilang gini ke aku (ayah ga akan bolehin siapapun yang dekat sama anak ayah, apalagi sampai di bawa kesana kesini, kalo mau nikah juga ayah akan tegas dan harus ijin), aku iyain aja, eh sekarang ayah percaya banget ke kamu"

gio memegang tangan nalen yang ada di pahanya "karena kalo sama aku kamu pasti terjamin sehat luar dalam"

nalen memicingkan matanya "kata siapa? buktinya habis gitu sama kamu sakit"

"ya kalo itu susah jelasinnya sayang, intinya enak kan" gio terkekeh bingung

"ga, ga enak"

"masa iya? mau coba lagi?" goda gio

"io fokus nyetir aja gausah ngegoda" nalen memukul paha gio

"iya iya sayang, ini ada yang mau di beli ga?" tanya gio memastikan agar tak keluar kamar hotel lagi

"eh mau es krim, coklat, buah apel lagi boleh?"

"boleh sayang" gio membelokkan mobilnya ke arah supermarket, dan untungnya supermarket tersebut bisa drive thru, setelah membeli semuanya mereka kembali menuju arah hotel

setelah sampai di hotel, nalen langsung merebahkan dirinya di sofa kamar mereka "argh cape"

"aku dulu yang mandi apa kamu?" tanya gio

"aku" nalen langsung bangun dan berlari ke kamar mandi, setelah sekitar 20 menit nalen telah selesai mandi, ia memakai baju kaos putih dengan bawahan celana pendek saja

"sana mandi, io asem" nalen mengibaskan tangannya pada hidung, membuat gio mencubit pipi nalen

sambil menunggu gio mandi, nalen mengupas apel yang ia beli tadi, ketika sedang asik mengupas apel ia merasa ada tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang, dan benar saja pelakunya adalah gio "ih pake baju sana, dingin"

gio mengeratkan pelukannya lalu menaruh wajahnya di perpotongan leher nalen "wangi nya selalu candu" gio menciumi leher nalen

"io"

"sstt bentar sayang" gio terus menciumi leher nalen

percuma nalen meminta gio menyudahi kegiatannya tersebut ga akan mempan, mau ga mau nalen berjalan dengan gio yang masih menempel padanya "eh sampe kasur" ucap gio yang baru saja melepas pelukannya

"ih simpi kisir" nalen, memakan apel yang sudah ia kupas

"sini duduk, katanya mau cerita lagi" gio menepuk pahanya, ia sudah memposisikan badannya bersandar di kepala kasur

nalen naik ke kasur ia menyenderkan badannya di badan gio, dengan semangkuk buah apel di tangannya, sebelum memulai ceritanya nalen menyuapi gio sepotong apel yang sudah ia potong

"ceritanya ga bermanfaat terus juga singkat aja sih"

"apa coba, aku mau dengar"

"ayah pernah bilang gini (di kamar terus, sesekali keluar rumah, gimana mau dapat pacar), jadi aku jawab gini (ada ntar om2 kaya, aku tinggal santai aja ga ngapa2in), terus aku langsung di pukul ayah (ngayal aja kerjaannya)"

"terus dapat ga om2 kaya nya?" tanya gio mengelus rambut nalen

nalen mendongakkan kepalanya ke arah gio "dapat, nih lagi aku senderin badannya" gio tersenyum memeluk badan nalen erat, mereka memakan buah apel tersebut sampe habis



otw double up😎

POSSESIVE CEO//NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang