CEO// 48

20.5K 1.3K 102
                                    

mau tanya sama kalian, ga lama lagi kan end nih rencananya, nah end nya mau d chap 55 atau 60? soalnya kepanjangan deh chap nya ntar pada bosen





"sayang masih marah?" gio memeluk nalen dari belakang, mereka sedang di dapur

"sayang masih marah?" gio memeluk nalen dari belakang, mereka sedang di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nalen melepaskan tangan gio dari pinggangnya "awas, ganggu aja"

"aku serius gatau kalo dia nempel banget sama aku" gio masih berusaha menjelaskan pada nalen, karena ketika ia hendak menjelaskan di kantor nalen langsung keluar ruangannya sehingga ia harus mengikuti nalen untuk pulang

"ckk" nalen berdecak dan langsung berjalan meninggalkan gio, tentu saja gio berlari mengikuti nalen yang berjalan menuju kamar

nalen merebahkan dirinya terlentang sambil mengusap perutnya, sedangkan gio masih berusaha agar nalen tak cuek padanya, gio mengecup pipi nalen berkali - kali namun tak membuat nalen membuka suaranya

gio mengalihkan pandangannya pada perut nalen yang sedang di elus oleh suami manisnya sendiri "sini biar aku yang elus ya" gio menaruh tangannya di perut nalen lalu mengelusnya

namun nalen masih tetap tak menghiraukan gio "baby bantu daddy lagi dong, buna masih cuekkin daddy, daddy gabisa kalo buna cuekkin daddy begini" gio berbicara sambil mengelus perut nalen

"ayo dong baby bantu daddy kali ini, daddy bingung harus gimana, daddy titip deh kasih tau ke buna kalo daddy beneran ga sadar kalo sekretaris daddy nempel gitu, daddy pun ga ngerespon karena daddy gatau"

"jadi kalo tau bakalan di respon?" nalen membuka suaranya

gio langsung menatap nalen "ga sayang serius, aku ga akan tertarik juga, sayang plis udah ya marahnya, kamu mau apa? apa aja ku belikan" gio mengusakkan wajahnya di dada nalen sambil memeluk nalen

tiba - tiba gio mendengar suara isakan pelan, ia membuka matanya dan ternyata itu suara tangis nalen "sayang kok nangis? ya ampun maaf sayang serius aku gatau kalo dia begitu, kamu boleh mau pukul aku sepuasnya tapi jangan nangis ya"

nalen langsung memeluk gio, ia mendekap erat pada gio, gio terlihat sangat khawatir karena baru kali ini ia mendengar bahkan melihat nalen menangis "sini aku peluk yang erat, kiss mau?" tanya gio, nalen mengangguk dalam dekapan gio

gio menangkup kedua pipi nalen lalu mengecup bibir nalen lumayan lama, setelah mengecup bibir nalen ia berpindah mengecup kedua kelopak mata nalen bergantian "udah ya jangan nangis, aku salah banget maaf ya sayang"

"io" panggil nalen mencubit - cubit dagu gio

"hmm? iya?"

"io ga suka ya aku nangis?"

gio mencium bibir nalen lagi "bukan ga suka sayang, aku cuman gamau kamu nangis gara2 aku"

"berarti kalo orang lain bikin aku nangis boleh?"

"kalo dia punya 9 nyawa boleh"

"io tau ga kenapa aku nangis tadi?" tanya nalen yang masih memainkan dagu gio

"gara2 aku"

"bukan, aku aja gatau nangis kenapa, tiba2 tuh pas io ngusakkin muka io ke leher aku, aku langsung pengen nangis aja tanpa alasan"jelas nalen

"jadi bayinya aku nangis tanpa alasan?" tanya gio di balas nalen dengan anggukan

gio mengelus perut nalen "baby? ini pasti kerjaan baby kan? kenapa bikin buna nangis?"

nalen mencubit dagu gio sedikit keras "io, kok baby yang di salahin, baby ga salah"

gio tersenyum mengelus perut nalen "terus siapa yang salah?" gio

"io yang salah" jawab nalen yang moodnya tiba - tiba berubah lagi

"iya io yang salah" gio mengalah dari pada nalen cuek lagi

"eh ga ga, io sama baby ga salah, air mata aku yang salah" nalen mengelus kedua pipi gio, sedangkan gio terus mengelus perut nalen karena nalen menyukainya

gio terkekeh karena nalen yang begitu lucu di matanya "bayinya io punya bayi"

"aku ga suka sama sekretaris io" nalen kesal

"kalo di pecat aku cari dong sayang"

"ya terserah, mau aku yang cari suami baru apa kamu cari sekretaris baru" nalen memicingkan matanya

"iya sayang besok ya, sekarang aku mau peluk kamu sama baby" gio mengeratkan pelukannya

"io jelek" nalen menyembunyikan wajahnya di dada gio

•••••• aku skip

sekretaris gio sudah ganti dan sekarang umur kandungan nalen sudah memasuki bulan ke-6, perutnya sudah terlihat jelas membulat dan berat badannya pun berubah

"io liat aku gendut" nalen mengelus perutnya sambil berdiri di depan kaca

gio memeluk nalen dari belakang sambil mengelus perut nalen yang sudah lumayan besar "aku ga peduli karena kamu masih manis sayang" gio mengecup leher nalen membuat nalen merasa geli

gio sedang menaruh kepalanya di bahu nalen yang di mana wajahnya bersembunyi di ceruk leher nalen "io"

"kenapa sayang?" gio masih mengusakkan wajahnya di leher nalen dan tangannya terus mengelus perut nalen

"aku hari ini mau ke mall, mau belanja boleh kan?"

"boleh dong, tapi aku ga bisa temenin gapapa sayang? aku lagi ada meetting sama perusahaan sebelah"

"gapapa io" nalen mengikuti gerak tangan gio di perutnya

setelah diam 5 menit gio mengangkat kepalanya "oh iya, hp kamu mana?" tanya gio

nalen memberikan hp nya pada gio, ia sebenarnya bingung bahkan percuma juga gio membuka hp nya karena tak akan ada yang aneh - aneh

"saldo kamu tinggal segini? kok ga bilang sama aku?" ujar gio setelah memeriksa hp nalen

"itu masih banyak io, lagian juga aku jarang belanja"

gio mengambil tas nya lalu membuka dompetnya mengambil salah satu kartu berwarna hitam "pake ini aja, habis aku pulang dari kantor baru aku isikan ya saldo nya, jadi belanja pake ini aja dulu apapun gausah ijin ke aku" gio mengecup kening nalen dan bibir nalen

gio menaruh tangannya di pinggang nalen "berarti aku boleh beli baju baby lagi, terus baju buat aku lagi, terus skincare baru, terus...." gio tersenyum karena ia sudah sering mendengar nalen mengoceh seperti anak kecil

"iya sayang semua boleh"

"yeaayy, ayo baby kita jalan" nalen mengelus perutnya bahagia

"aku antar ya, nanti pulangnya telepon supir rumah ya jangan naik taksi" mereka berjalan ke depan dengan tangan gio yang selalu stay di pinggang nalen

"siap bos" ucap nalen mengangkat tangannya seperti hormat

"ciap daddy" nalen juga menirukan suara anak kecil lalu tangannya berada di perut seperti hormat

gio terkekeh melihat nalen "ayo sayang"

mereka berangkat dengan satu mobil namun berbeda tujuan, gio tak akan membiarkan nalen menggunakan taksi atau pun bus lebih baik ia ga kerja dari pada membiarkan nalen.

POSSESIVE CEO//NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang