CEO// 17

30.3K 2.3K 252
                                    

lanjutannya ygy...

setelah berhasil menenangkan gio, nalen mengambil termometer untuk men-cek suhuh badan gio, setelah di cek suhu badan gio mencapai 39 derajat yang di mana artinya gio demam

nalen melepas baju gio agar tak menjadi gerah, gio hanya diam. setelah melepas baju gio nalen menarik selimut untuk menutupi setengah badan gio

"ini kok ga di minum obatnya?" tanya nalen yang masih duduk di tepi kasur gio

gio hanya diam tak menjawab "ini juga buburnya kenapa ga di makan? gimana mau sembuh"

"karena saya ga mau sembuh"

"dih apaan kok gitu, dimana2 orang sakit mau sembuh"

"kalo saya sembuh nanti kamu ga di sini lagi"

nalen mengalihkan tingkah nya, ia membawa bubur itu keluar "mau kemana?"

"mau ganti buburnya udah dingin"

"jangan lama"

"tahun depan gue baru balik" nalen berjalan keluar kamar gio, ia menuju dapur untuk mengganti buburnya

setelah mengganti buburnya dengan yang panas nalen kembali lagi ke kamar gio " nih makan dulu baru minum obat"

gio diam menatap nalen, dan ntah kenapa nalen paham dengan tatapan gio "iya iya di suapin" nalen duduk lagi di tepi kasur tersebut, tentu saja gio langsung menarik pinggang nalen dan memeluk pinggang nalen

"makan nya gini aja" nalen sudah pasrah karena percuma dia nolak pun ga akan ada perubahan

nalen menyuapi gio dengan telaten bahkan sampai bubur di mangkuk itu habis tekerik "gini kek makan sampai habis, kan sisa minum obat" nalen menaruh mangkuk kosong itu ke nakas lalu ia mengecek suhu badan gio lagi dengan telapak tangannya

"kok bisa ga makan om? obat juga ga di minum"

"ga ada kamu saya gamau makan"

"berarti kalo tadi saya ga kesini sampe besok pagi, sampai besok pagi juga om ga makan?" nalen menatap gio yang masih memeluk pinggangnya

"bisa jadi"

"lepas dulu om sebentar"

"mau kemana?"

"mau naik haji" nalen berjalan ke lemari kecil yang sudah di isinya dengan obat2 an bahkan ada ko*ol fever yang notabennya untuk anak bayi

nalen mengambil ko*ol fever itu lalu menempelkan nya pada gio "ini kan untuk bayi, kok di pakein ke saya" ucap gio heran

"om kan bayi"

gio memeluk pinggang nalen lagi lalu menenggelamkan wajahnya ke perut nalen "bayi nya nalen" ucap gio lalu menyembunyikan wajahnya lagi

ntah angin dari mana nalen tersenyum dengan tingkah gio seperti anak kecil begini, di satu sisi dia senang di sisi lain dia bingung dia harus apa.

nalen membiarkan gio memeluk pinggangnya, nalen masih duduk namun sekarang ia sambil bersandar di kepala kasur. gio masih setia menyembunyikan wajahnya di perut nalen, keliatannya gio sudah tertidur sedangkan nalen masih sibuk memainkan hp nya

23.00

mata nalen sudah mengantuk, ia menurunkan badannya agar berbaring, namun tangan gio masih setia di pinggangnya jadi ia harus pelan2 bergerak agar tak membuat gio bangun, namun dugaanya salah gio malah menyamankan posisinya lagi. nalen tersenyak kaget bahkan terdiam karena gio memeluknya lalu menyembunyikan wajahnya di dada nalen

nalen diam mematung, ia tak biasa dengan posisi seperti ini, ia berusaha mengatur nafas nya agar kembali normal, setelah kembali normal nalen menatap gio yang terlihat tidur dengan tenang dan nyenyak "kalo tidur gini adem ngeliatnya, kalo bangun pen gue puter kepala lo om"

nalen mencoba memberanikan diri membalas pelukan gio, ia memeluk gio perlahan dan ternyata gio bergerak makin menyamankan posisinya, nalen menyusupkan jarinya ke rambut gio sambil mengusap pelan agar gio kembali tidur, dan pada akhirnya mereka tidur saling memeluk

aku yang ngetik- arghhhhh pengen :)

sinar pagi yang masuk di celah jendela menerangin kamar gio yang selalu gelap jika malam, dengan hawa yang sejuk membuat kedua insan itu makin menyamankan tidurnya, hingga pada akhirnya nalen yang duluan bangun

baru kali ini ia bangun dengan gio yang masih saja memeluk nya, nalen menatap gio yang masih tertidur bahkan tadi malam gio tak bangun sedetik pun, nalen kembali mengusap rambut gio dan ternyata gio bangun karena merasakan tangan di kepalanya

"eunghh"

"eh udah bangun ya om, aku eh saya ke dapur dulu" baru saja nalen hendak beranjak dari kasur tangannya di tarik gio yang membuat nalen berbaring lagi, dan langsung saja gio mengunci nalen dengan cara memeluknya

"sini aja, saya pengen peluk kamu yang lama" gio menaruh wajahnya di ceruk leher nalen "awas dulu om saya belum mandi"

"saya suka wangi kamu, nanti aja mandinya"

nalen diam tak menjawab lagi karena ya percuma orang sekarang dia sudah di peluk yang erat oleh gio, ga mungkin juga dia kabur di depan rumah banyak body guard jadi mending ngalah aja lah batinnya

setelah diam2 an beberapa menit nalen membuka suara nya "om"

"hmm" deham gio dengan suara beratnya karena wajahnya masih tenggelam di leher nalen

"kalo saya nolak om lagi gimana?"

"saya akan terus berusaha buat dapattin kamu"

"apapun itu?"

"apapun"

"kalo saya terima om gimana?"

"saya akan senang dan ga akan ngelepasin kamu, pokoknya semua yang saya punya akan saya kasih ke kamu"

"tapi apa saya masih bisa kerja di rumah sakit kalo nikah sama om?"

"sebenarnya saya mau kamu gausah kerja lagi di rumah sakit, karena uang nya buat apa juga? semua yang kamu mau pasti saya kasih, tapi setelah saya pikir lagi mungkin saya akan berusaha untuk membiarkan kamu bekerja di rumah sakit"

"tapi berbeda, kalo kamu nikah sama saya kamu bisa kapan aja kerja di rumah sakit itu, mau libur berapa lama pun ga masalah"

nalen menatap gio yang masih memeluknya, lalu nalen mengangguk sambil tersenyum malu

gio menatap nya bingung ikut mengangguk "kamu kenapa? sakit leher?"

"lah? di terima ga mau, yaudah ga jadi kalo gitu"

"eh eh ga, saya gatau maafin saya" gio makin memeluk nalen

nalen tersenyum melihat tingkah gio "berarti kamu terima saya kan?"

"om gamau?"

"mau mau, besok kita nikah langsung ya gausah pake lama"

nalen tertawa lalu membalas pelukan gio, tak henti2 nya nalen tersenyum sambil mengusap surai cokelat gio, sedangkan gio asik mengusakkan wajahnya di perpotongan nalen. pagi ini mereka asik dengan saling peluk satu sama lain.



lanjotttttttt.....

POSSESIVE CEO//NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang