Gio atau Aska?

64 27 0
                                    

Hari ini anya sudah diperbolehkan pulang karena keadaan anya yang sudah semakin membaik.

Gio membantu membaringkan anya diranjangnya menyandarkan bahu anya kepada kepala ranjang dan duduk didepan anya, sedangkan satria entah kenapa semenjak hari itu dimana ia tak sengaja mendengar percakapan anya dan Gio serta perkataan juna yang akan menjadikan anya sebagai tunangannya supaya anya bisa keluar dari rumah ini, ia menjadi sering diam dan melamun, sangat berbeda dari satria yang sebelumnya yang membuat anya terheran-heran dengan sikap abangnya itu, ia pikir ia ada salah dengan satria namun saat ditanya satria hanya tersenyum simple tanpa mengatakan sesuatu dan lebih memilih pergi begitu saja tanpa berniat untuk membalas pertanyaannya.

"bang", satria memberhentikan aktifitasnya yang mengemas obat-obatan anya dan melihat seorang yang memanggilnya tadi dengan alis terangkat.

"lo kenapa dah?, gua ada salah sama lo? kenapa sikap lo jadi gini sih sama gua?"

Satria hanya menggeleng dengan pertanyaan anya, ia berjalan mendekati sang adik menangkup pipi sebelah nya dengan satu tangan sambil menggeleng, "gausah dipikirin, gua gapapa dan lo gak pernah sama sekali ada salah sama gua", satria mengecup kening itu lama dan melepas kecupan itu dan pergi meninggalkan tempat itu meninggalkan keheranan Gio dan anya tentang sikapnya barusan.

Saat satria berada diambang pintu untuk keluar ternyata bi' Ina sudah ada disana membawa ponsel genggam milik anya, "den", sapa bi' Ina saat bersimpangan dengan satria dan satria hanya mengangguk.

"Ibu...., aya kangen sama ibu", anya menghambur kepelukan bi' Ina saat bi' Ina ada disampingnya memeluknya dengan erat, begitu juga dengan sang bibi, "bibi juga kangen sama non..., maaf ya non pas non ada dirumah sakit bibi gak bisa jengukin non lagi, karena nyonya dan tuan melarangnya", sesalnya

Anya hanya menggeleng, " gapapa aya ngerti kok", dengan senyuman yang dipaksakan Anya mencoba untuk menyembunyikan kekecewaannya dari bi' Ina dan Gio.

"oh ya non inih", bi' Ina memberikan ponsel genggam itu kepada sang pemilik, "hapenya non", lanjutnya.

Anya hanya mengangguk dan mengambil ponsel genggam tersebut dari sang bibi, " makasih bi' "

"yawis bibi kedapur dulu ya nyiapin makan malam non aya sama den Gio tunggu sini dulu", bi' Ina pergi meninggalkan tempat itu saat sudah mendapatkan anggukan dari keduanya.

Anya melotot membuat bola matanya hampir keluar dari tempatnya saat melihat layar ponsel tersebut saat dibukanya membuat Gio terheran-heran, " kenapa sih?, matanya biasa aja kali ah, entar copot ihoo"

Anya hanya menggeleng dan memperlihatkan apa yang ia lihat barusan dengan mengarahkan layar hape itu kepada Gio, Gio kaget saat ada 68 panggilan tak terjawab 100+ pesan tak terbaca selama satu bulan ini dengan seorang pengirim yang sama, membuat Gio geleng-geleng kepala, "yaudah telpon balik sana"

Anya hanya mengangguk dan menelpon balik seorang itu.

Belum ada beberapa menit ponsel itu berdering ternyata sudah diangkat dengan seorang disana, Gio menyuruh Anya men-speaker suaranya supaya ia juga bisa mendengarnya.

"halo ay...., lo darimana aja sebulan ini gak masuk sekolah, telpon gua gak lo angkat pesan-pesan gua juga gak lo baca, gua mau kerumah lo tapi gua juga gak tau rumah lo dimana, gua mau tanya Gio juga ponsel dia sama gak aktifnya, kalian sebenarnya kemana sih? lo pada gapapa kan?", suara dari sebrang sana membuat Anya dan Gio terkekeh.

" Gua, sama Gio gapapa kok, mending lo kesini aja deh nanti gua ceritain jangan lewat telepon gak enak, nanti gua kirim alamat rumah gua", jawab Anya seadanya

"Oke gua kesana sekarang"

Tuttt tuttt

Telpon dimatikan secara sepihak membuat Gio tersenyum dengan senyuman yang dipaksakan sambil melihat Anya yang entah kenapa ia amat merasa bahagia saat seorang itu mengkhawatirkannya dan ingin menjenguknya, 'gua harap lo orang yang tepat buat gantiin gua saat gua gada nanti'.

💉💉💉

"Aaa askaaaa", teriak anya saat melihat aska memasuki kamarnya dan memeluk tubuh lelaki bongsor itu saat ia sudah berada disampingnya. "kangen", bisiknya ditelinga aska sedangkan aska hanya tersenyum dibalik curug leher anya.

Gio hanya tersenyum melihat hal itu, disisi lain Gio senang karena anya tersenyum bahagia, disisi lain Gio sesak melihat itu semua, 'kenapa harus aska?'

"Gua keluar dulu ya", Gio keluar tanpa menunggu persetujuan dari anya dan aska membuat keduanya bingung dan heran akan sikap Gio.

Gio berjalan menuju taman belakang rumah megah bernuansa abu-abu dan putih itu, duduk dikursi taman yang menghadap ke sebuah danau buatan yang terlihat seperti danau asli, memandanginya dengan penuh harap, entah apa yang diharapkannya.

"tangkap", satria melempar satu kaleng soda dan berhasil ditangkap oleh Gio.

Satria berjalan didepan Gio, duduk disamping lelaki itu menyandarkan bahunya disandaran kursi sedikit memejamkan matanya sejenak mencari ketenangan disana.

"Juna mau jadiin anya buat jadi tunangannya, gimana menurut lo?", pertanyaan satria entah kenapa membuat Gio semakin sesak, ia membuka tutup kaleng soda itu dan meneguk nya hingga tersisa setengah.

Gio memandang kearah satria yang sedang memandang keatas, " gua juga gak tau bang",

Gio memejamkan matanya sejenak menetralisirkan rasa sesak yang ada, mencoba untuk bersikap baik-baik saja.

Gio membuka matanya saat merasakan ada tangan yg menepuk tangannya yang berada diatas paha, melihat tangan itu dan menatap satria dengan senyum mekarnya.

Gio menatap lurus kearah danau, "gua tau bang lo mau yang terbaik buat anya dan lo juga sekarang udah tau keadaan gua gimana, jadi kalo itu emang yang terbaik buat anya, gua setuju".

Satria hanya tersenyum mendengar jawaban Gio.

"Tapi gua minta sama lo bang, klo gua masih bisa jagain anya biar gua aja,...kasih gua waktu sebentar sebelum gua benar-benar pergi", satria hanya mengangguk mengiyakan.

"gua cabut dulu ya", satria pergi begitu saja membiarkan Gio disana sendirian.

"astaga Gio!, lo tuh ya, ngapain disini? dicariin juga", kesal anya saat menemukan Gio sedang duduk di taman belakang rumahnya.

Gio hanya menyengir saat anya berjalan kearah nya dan duduk disampingnya, " hehehe maaf, aska uda pulang?", Gio menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Anya hanya mengangguk mengiyakan, "Gio... Aaa gua udah jadian ama aska", anya kegirangan reflek memeluk Gio dengan erat.

Gio hanya mengangguk dan membalas pelukan itu, "gua seneng banget gi", lirih Anya yang diangguki Gio.

Gio melepaskan pelukan Anya melihat manik mata coklat milik Anya yang slalu menjadi candu baginya.

Gio hanya kembali tersenyum saat hanya melihat kebahagiaan disana, Gio senang seandainya Tuhan mengambilnya sekarang masih ada aska yang akan menggantikannya menjaga Anya, pikir Gio.

"Ay.... ", panggil Gio, Anya hanya mengangkat alisnya bingung, "kenapa?"

"gua besok mau kepanti lagi, mau ikut?", anya hanya mengangguk.

Gio hanya tersenyum lalu mengangguk, 'seengaknya gua masih bisa bikin lo bahagia sebelum gua beneran pergi ay'





Tbc...

Jangan lupa votement

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang