Sudah dua minggu ini anya koma berbaring diranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun, dengan mata terpejam, selang infus, dan banyak alat-alat bantu untuk nya hidup, untuk kedua kalinya anya mengalami hal yang sama, ia ingin bunuh diri kembali...
"Flashback on"
"KAU BOLEH MENGHANCURKAN IMPIAN DAN HARAPANKU SELAMA INI TUHAN, KAU BOLEH MENGABAIKAN SEMUA ITU... TAPI KU MOHON PADAMU... AKU TAK INGIN HIDUP LAGI TUHAN KU MOHON BAWA AKU PULANG... aku lelah"
Pranggg
Aakkhhhh
Gio dan satria terbelalak saat mendengar suara barang pecah dan teriakan anya yang hampir bersamaan.
Keduanya lari menaiki anak tangga dan langsung membuka pintu kamar anya, untung saja pintunya sama sekali tak dikunci, Gio ataupun satria hanya terbengong lemas seraya melihat keadaan anya yang berada ditengah-tengah pecahan kaca dan barang-barang yang berserakan, Gio dan satria hanya bungkam dengan air mata yang terus bercucuran melihat tangan dahi serta kaki anya yang terus bercucuran darah hingga...
Jlebb
Anya menusuk perutnya sendiri dengan gunting yang ia bawaNggaarrggghhhh
"ANYAA!!!"
Anya tersenyum kearah keduanya sebelum akhirnya jatuh ke lantai. Satria hanya bungkam ia benar-benar sama sekali tak mengerti apa yang udah terjadi dihadapannya kali ini, satria hanya mematung dengan tatapan kosong yang terus terarah kearah anya dengan air mata yang terus mengalir
Gio berlari mendatangi anya, duduk disamping anya dan menaruh kepala anya dipahanya, mengusap surai itu sambil terus mengeluarkan air matanya, "kenapa lo lakuin ini lagi hiks... lo udah janji sama gua gak ngelakuin ini, tapi kenapa masih lo lakuin ay?, kenapa?!", frustasinya dan anya hanya tersenyum menanggapinya, " m-ma-aafh, g-gu-guah u-uda-h bb-bik-inh l-lo, k-kee-cewa.... g-gu-e, m-minta m-ma-afh", selesai mengucap kalimat itu anya tak sadarkan diri.
"Flashback off"
"Bang... Are you oke?", satria hanya menggeleng lemas saat Gio datang dan menyentuh pundaknya.
Gio berjalan menuju ujung pembatas roftop memejamkan matanya dan menghirup angin sore yang menyapu wajahnya, 'benar benar hari yang sangat melelahkan', batinnya"maaf bang gua baru bisa dateng lagi hari ini, kemarin kemarin gua... ", satria menoleh saat mendengar suara Gio semakin mengecil, "gapapa gi, gua ngerti kok, itu juga buat kebaikan lo", Gio hanya menggeleng mendengar ucapan satria, ".... maaf", lirih Gio yang hampir tak terdengar.
"Oh iya soal anya.. ", satria menggeleng kembali, "dia belum sadar juga, kata dokter kemungkinan kecil untuk anya bisa siuman... dan seandainya sampai minggu depan anya gak siuman dokter bakalan lepas semua alat bantu dia buat hidup.. "
Damn, seperti ada belati yang menusuk jantung Gio, rasanya semakin sesak dan sulit untuk bernafas ujian apa lagi ini Tuhan... kenapa Kau terus siksa anak malang itu, apa salahnya...
Kecewa? Iya
Sedih? Iya
Putus asa? Iya
Tapi apa yang bisa Gio lakukan selain berdoa meminta bantuan dari Tuhan?"bang... ", satria hanya menggeleng saat Gio memanggilnya membuat Gio semakin bungkam, ia bingung harus mengatakan bagaimana tentang kepergian aska yang mungkin jika anya tau akan membuatnya semakin hilang rasa semangat untuk hidupnya dan memilih untuk mati.
"bang... so-soal askaa.. ", lagi lagi satria hanya menggeleng, " dia gak ada kesini, gua hubungin pake handphone anya pun juga tak diangkat, sebenarnya dia sayang gak sih sama adek gua, kenapa disaat begini dia malah gak ada?, liat aja apa yang gua lakuin kalo seandainya emang dia permainin perasaan anya", satria tersulut dalam emosinya membuat Gio mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang sebenarnya soal aska saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
02.59 '🅔🅝🅓'
General Fiction⛔FOLLOW DULU SEBELUM BACA⛔ kalo suka sama cerita ini jangan lupa vote dan komennya gaiss 🥰🥰🥰🥰 sebagai manusia, kita hanya bisa menjalani keadaan yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk kita dengan tulus dan ikhlas, entah itu baik atau buruk, menderit...