Pesawat kertas

58 25 0
                                    

Heppy reading and enjoy your day
Thanks for you to reading in my chapter🌹🌹
.
.
.

Tangan yang menggenggam, dengan mata tertutup dan kepala tertunduk sempurna menghadap kearah salib Tuhan, melantunkan pujian dan doa-doa untuk keselamatan dan kebahagiaan, berharap Tuhan mendengar doanya dan mengabulkannya segera.

Entah kenapa pagi ini anya sangat ingin banyak mengadu dan meminta kepada sang Pencipta, lelah, muak, sedih, kecewa, marah, itu yang dirasakan anya kali ini, anya benar-benar kecewa dengan kedua orang tuanya, setelah banyak ia berkorban demi mereka sekarang dengan entengnya mereka memutuskan untuk berpisah?
Keluarga yang anya inginkan selama ini benar-benar sudah hancur sebelum dimulai, impian yang anya akan bangun telah hilang dengan sendirinya, anya... entahlah hanya dia yang mengerti

"gerimis", Anya mengulurkan tangannya untuk mengadah air hujan yang tak terlalu deras itu, sedangkan satria tersenyum menanggapi ucapan sang adik, "mau langsung pulang? apa kemana dulu nih?", raut wajah Anya seketika berubah menjadi sendu, tatapan yang mengarah kedepan namun kosong, "mau pulang kemana bang?, rumah kita buat berpulang udah hancur, keluarga yang gua idam-idamkan selama ini hancur sebelum dimulai..."

satria tersenyum getir mendengar hal itu keluar dari mulut adiknya, "...gua capek bang semuanya udah hancur, harapan gua, impian gua, semuanya", Anya terduduk lemas dilantai dengan air mata yang terus mengalir, satria tak kuasa melihat Anya seperti ini, satria menggendong Anya dan sedikit berlari ke tempat parkir supaya tidak basah karena air hujan

Satria mendudukkan Anya di kursi samping kemudi, memasangkan sabuk pengaman menutup pintunya dan berjalan menuju kursi kemudi dan melajukan mobilnya pulang kerumah mereka

Diperjalanan Anya hanya diam dan melamun sesekali satria bertanya dan membuka pembicaraan namun tak ada jawaban, Anya tetap melamun tanpa menghiraukan perkataan satria membuat satria kesal dan melajukan mobilnya sedikit lebih cepat.

30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai dikediaman atmaja, "dek", Anya menoleh saat satria memanggilnya dan menggenggam tangannya yang ada diatas paha, satria hanya tersenyum melihat mata Anya yang sembab dan tanpa ada harapan untuk hidup, " udah sampai, turun yuk", ajak satria yang hanya diangguki Anya.

Keduanya pun turun dari mobil, Anya hanya memandangi rumah megah yang mungkin orang-orang yang melihatnya akan beranggapan bahwa pemiliknya hidup bahagia karena bergelimang harta, namun nyatanya semuanya terbanding terbalik, rumah itu tidak seperti rumah yang berfungsi untuk berpulang dan berkumpul keluarga.

Satria berjalan kearah Anya dan memegang bahu sang adik untuk menyadarkan lamunannya, "yuk abang bantu", Anya hanya menggeleng dan meninggal satria dibelakang sana yang hanya tersenyum getir melihat wanita yang selama ini ia ingin melihatnya tertawa bahagia, namun malah sebaliknya

Sebelum satria ikut masuk kedalam rumah, satria menelpon seseorang yang mungkin saja bisa membuat Anya lebih baik untuk saat ini, satria mengambil ponsel genggam miliknya yang ada disaku celananya memencet nomor tersebut, tak butuh waktu lama sambung telepon itu telah tersambung

"Halo.. lo bisa kesini ga? Please gua mohon demi Anya, lo kesini yaa... sekarang dia butuh elo"

.....

"baiklah, gua tunggu ya, dan hati-hati dijalan"

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang