hari ini adalah hari yang dinanti nanti oleh gio.
gio berjalan mendekat kearah bankar anya mengusap rambutnya halu sambil terus memegangi tangan aya yang terasa begitu dingin, padahal ruangan ini begitu hangat.
cukup lama gio terus memandang wajah cantik anya, 'mungkin ini hari terakhir gua bisa liat wajah lo ay, dan sisanya gua bakalan menyatu didalam diri lo ay'
sinta yang melihat keduanya dari balik pintu langsung mendekati dan menyentuh pundak gio, "nak.. "
gio yang merasa dipanggil membalikkan badannya dan memeluk sinta erat, tangisannya sudah tidak dapat terbendung kali ini, gio mencurahkan rasa sakitnya dipundak sinta.
sinta mengusap lembut pundak gio, menyalurkan kasih sayangnya lewat pelukannya.
sinta melepaskan pelukannya, mencoba untuk memandang gio yang terus menundukkan kepalanya seakan orang lain tidak perlu tau seberapa sakit dirinya saat ini.
sinta berusaha melihat mata gio, "gio lihat mata tante.. "
gio malu enggan dan terus menggeleng, ia tidak ingin sinta tahu bahwa dirinya menangis.
namun sinta tetap kekeh terpaksa gio melihat mata sinta."boleh tante minta satu hal dari kamu?"
gio hanya mengangguk
"panggil saya mama.."
deg..
entah apa yang terjadi perasaan sedihnya tiba-tiba menghilangkan, air matanya kembali turun, dan langsung memeluk sinta kembali, namun pelukannya itu semakin erat."mama.. ", ucapnya dari belakang curuk leher sinta, membuat sinta tersenyum dan ikut meneteskan air matanya tanpa diketahui gio.
bukan tanpa alasan gio merasa ada yang berbeda dengan perasaannya setelah dirinya memanggil sinta dengan sebutan ibu, karena semenjak lima tahun yang lalu setelah orang tuanya bercerai dan berpisah rumah membuat gio berhenti memanggil sosok mama dihidupnya, hingga ibunya meninggal dunia.
gio melepaskan pelukannya dari sinta, merogoh saku celananya dan mengambil dua surat yang sudah ia persiapkan, "tante.. "
sinta sedikit melotot karena gio masih saja memanggilnya tante.
gio langsung menggeleng dan memperbaiki ucapannya, "eh maksudnya mama.. ", cengirnya
sinta tersenyum dengan apa yang dilihatnya.
gio menyodorkan kedua surat itu kearah sinta, "nanti kalau seandainya anya siuman gio titip ini ya mah?"
sinta hanya melihat surat itu tanpa mengambilnya kemudian menatap kearah gio, "kenapa harus mama? kenapa gak kamu aja?"
gio menggeleng, "mah.... "
sinta mengerti apa yang ada dalam pikiran gio, membuatnya menangis, "nak.. terimakasih untuk semuanya.. ", ucapnya seraya mengelus pipi gio.
🥀🥀🥀🥀🥀
di ruangan ini anya dan gio sedang bertaruh antara hidup dan mati.
benar saja dari pukul enam sore tadi keduanya melangsungkan operasi.
dokter dan suster yang menangani operasi keduanya sangat berhati-hati dalam melakukan operasi untuk keduanya supaya selamat, walaupun sang dokter tahu mustahil bagi pendonor untuk selamat setelah ini.
sudah hampir dua jam operasi belum selesai membuat sinta yang menunggu diluar ruangan merasa cemas dengan apa yang bisa terjadi didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
02.59 '🅔🅝🅓'
General Fiction⛔FOLLOW DULU SEBELUM BACA⛔ kalo suka sama cerita ini jangan lupa vote dan komennya gaiss 🥰🥰🥰🥰 sebagai manusia, kita hanya bisa menjalani keadaan yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk kita dengan tulus dan ikhlas, entah itu baik atau buruk, menderit...