Garis takdir yang memisahkan

38 19 0
                                    

udah mau tamat nih critanya, mungkin tinggal beberapa chapter lgi,  wkwk, ga nyangka banget cerita pertamaku bakalan tamat, walaupun prosesnya lama banget.

terimakasih buat yang udah mau baca sejauh ini dan udah kasih dukungan dengan vote & comment.

💐💐💐

°°°°°°°°°°°°°

'pranggg'

"astaga nak, ya Tuhan kamu gapapa sayang?  ada yang lecet ga?... kenapa kamu ngelamun terus?",  Gio tersadar dari lamunannya saat sang bunda memegang tangannya supaya tidak berjalan lebih jauh lagi.

Gio memalingkan wajahnya menatap Rana —bundanya dengan tatapan linglung dan bingung, "ndaa.. "

rana hanya menggeleng dan menangkup pipi putera nya saraya menatap mata Gio dengan teduh, "kamu kenapa? kamu gapapa kan?"

Gio gugup harus menjawab bagaimana, namun entah kenapa hari ini perasaannya sangat aneh, dirinya merasa gelisah namun taktau apa yang membuatnya khawatir, "a.. a.. a.. em, aih piringnya pecah nda,... minggir minggir biar Gio bersihin dulu", katanya mengalahkan pertanyaan ani

Gio berjongkok,  dan mulai mengambil pecahan kaca itu dengan hati-hati namun tetap saja tangannya terkena pecahan kaca itu hingga keluar darah, "sstt aawwhh"

Rana yang melihat itu segera menahan tangan Gio untuk melanjutkan aktivitas yang dilakukannya, ia mengusap usap lembut tangan itu, "bunda ambilkan betadine dulu"

saat ingin beranjak Gio menahan tangan sang bunda dan menggeleng, "ini cuma luka kecil nda gausah dikasih betadine juga nanti sembuh sendiri",  ucapnya dengan wajah tersenyum, meyakinkan Rana

rana tersenyum memaksa sambil melihat mata Gio dalam, "kamu kenapa? kok ga biasanya kamu kayak gini?"

Gio hanya menggeleng dan menarik tangannya yang terus saja digenggam rana, "Gio gapapa nda, emang Gio kenapa?" tawanya disela-sela ucapannya, namun ani tau tawa itu pasti hanyalah tawa paksaan yang dibuat-buat, "udah ah Gio berangkat sekolah dulu, keburu telat"

Gio mengambil tas ransel disampingnya, tak lupa mencium pipi sang bunda untuk berpamitan, "miss you nda"

rana melihat punggung Gio yang terus saja berjalan keluar dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi, hingga air mata itu jatuh dengan sendirinya dan semakin deras,

'gimana bisa bunda kasih tau kamu yang sebenarnya nak, bunda takut kamu hancur jika tahu semua ini,  tapi bunda juga takut kamu tau hal ini dari orang lain, maafin bunda sayang..', batinnya.

💐💐💐

saat diperjalanan Gio terus saja mengendarai motornya dengan pikiran kosong, tidak seperti biasanya, Gio mengendarai motornya dengan pelan disepinggir jalan.

brruukkk

Gio menghentikan motornya saat suara itu terlihat, dirinya melotot saat melihat apa yang sedang terjadi,  Gio tak sengaja menabrak seorang anak laki-laki yang mungkin masih berusia 15thn yang sedang menjual koran.

Gio turun dari motornya untuk meminta maaf kepada ada yang ditabraknya tadi, "dek,  kamu gapapa?"

anak itu hanya menggeleng, "gapapa kok kak, tapi korannya.. ", 

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang