Melody hujan

64 26 0
                                    

"Ay, your oke?", anya hanya mengangguk, "humm gapapa"

Gio duduk mendudukkan dirinya diayunan disamping anya menyandarkan bahunya dan menatap langit malam yang kali ini terlihat sangat redup karena telah usai meneteskan air matanya.

Hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya saat ini, tidak ada satupun yang ingin membuka suaranya, entahlah keduanya hanya terdiam beribu bahasa hingga langit meneteskan airmata nya kembali.

Hujan semakin lebat namun keduanya masih saja sama terdiam disana dan enggan untuk berteduh.

"i think, you have to stop pretending, I know your weak", Gio mengucapkannya seraya menatap kearah anya.

Anya hanya terkekeh, "Don't worry", anya berbalik dan menatap Gio yang kini juga menatapnya, "I believe in the destiny of God's time written"

Tanpa Gio sadari air mata itu keluar semakin deras bersamaan dengan turunnya hujan yang juga semakin lebat membuat mata anya semakin memerah.

Hati Gio rasanya seperti ditusuk belati berkalilipat, amat perih dan sakit yang semakin menjalar membuatnya susah untuk bernapas.

"Kalian ngapain masih disana?, masuk hujannya udah mulai lebat, nanti lo berdua bisa sakit", teriak seorang dari seberang sana yang sudah sangat jengah melihat kedua insan Tuhan yang hanya terus diam dibawah ayunan pohon disaat hujan yang turun semakin lebat.

Tak ada hiraukan dari keduanya semuanya masih tetap bungkam seribu bahasa mereka masih enggan untuk mengeluarkan suara kembali.

Satria merasa kesal melihat teriakannya yang hanya dikacangi, ia akhirnya memutuskan untuk menghampiri keduanya dengan menggunakan payung hitam miliknya.

"Ngapain masih disini sih? udah tau hujannya makin lebat, masuk sana!", cerca satria, namun keduanya masih tetap diam tidak berpindah dari tempatnya dan hanya menatap satria, membuat satria jengah dan memutar bola matanya, " masuk gua bilang!, tar lo berdua sakit, siapa yang bakalan direpotin? Gua juga kan! Sana masuk!", tanpa menunggu keduanya satria lebih dulu meninggalkan mereka disana.

"go!, kita masuk hujannya udah mulai deras", ajak Gio sambil memegang tangan anya.

Anya melihat Gio saat tangannya dicekal dan mengangguk, " emmh", gumamnya lalu keduanya menepi dan meneduh diteras rumah megah bernuansa putih Abu-Abu milik keluarga Anya.

"besok gua mau kepanti, lo jadi mau ikut?", Anya menoleh kearah Gio sambil mengangguk, "emm gua mau ikut"

"Ngajak aska juga?", tebakan Gio yang mendapatkan gelengan dari Anya, "why?", tanya Gio kembali yang kini hanya dijawab Anya dengan gedikan bahu.

'Semoga besok gua bisa liat lo bahagia dengan cara gua sendiri untuk yang terakhir kalinya ay'

•••••

" ay.. tunggu jangan lari-lari nanti lo ja---"

Gubrakk

Belum selesai Gio bercerita anya sudah jatuh tersungkur ditanah sambil memegangi lututnya.

Gio yang melihat itu sadiki berlari menjumpai anya dan duduk dihadapan anya.

"nah nah apa gua bilang, hati-hati, ngeyel banget sih, kesandung kan sekarang jadi lecet gini, sakit gak?", omel Gio seraya melihat lutut anya yang berdarah.

" Sakit Gio jangan diteken-teken, awh", ringis anya saat lututnya tak sengaja ditekan Gio, "ehh m..maaf, hehe", cengir Gio.

"KAKAKKK...... ", teriak anak-anak panti sambil berlari kearah mereka berdua.

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang