batuan anonim

41 17 2
                                    

pagi ini pemakaman begitu ramai dengan orang-orang, hari ini adalah hari dimana gio dimakamkan.

sepertinya langit juga merasakan kesedihannya akan kepergian gio saat ini.
gerimis yang turun rintik-rintik semakin menambah rasa haru suana saat itu.

semakin lama orang orang semakin sedikit, mereka pergi dari pemakaman itu, hingga tersisa hanya beberapa orang saja.

Sinta masih duduk disamping nisan gio, mengusap nisan itu dengan lembut. air matanya terasa berat untuk ditahan, rasanya ingin keluar terus menerus.

pikir Sinta mungkin jika bukan karena ketulusan anak ini, saat ini dirinya akan mengelus nisan putrinya.

"nak... terimakasih ya, berkat pengorbanan kamu anak saya bisa mulai pulih, terimakasih.. "

Sinta menyentuh gundukan tanah itu dengan perasaan haru, "sekarang kamu gak ngerasain sakit lagi kan? sekarang kamu pasti bisa ketemu ibu kamu,.. mama janji nanti sebelum anya mama bawa pergi dari sini mama bawa dia ke hadapan kamu disini ya nak?", ucapnya penuh dengan isakan.

"tante... "

Sinta menengok kearah sampingnya

juna duduk jongkok disamping Sinta, dan tersenyum, "maaf tante ini ibundanya gio?", tanyanya dengan sopan

sinta menggeleng, "saya mama kandungnya anya"

degg...
juna terkejut dengan pengakuan dari mulut Sinta.

"... kamu siapanya gio kalo boleh saya tau?", Sinta balik bertanya

"saya temennya satria tante, tapi saya juga kenal dengan anya, gio"

Sinta hanya mengangguk mengiyakan jawaban satria.

"... maaf tante kalo boleh tau maksudnya anya anak kandung tante itu bagaimana? bukannya... "

Sinta membenarkan perkataan juna sebelum juna menyelesaikan ucapannya, "sebenarnya.... tujuh belas tahun lalu ada kejadian diamana saya harus mengandung tanpa seorang suami, dan itu ngebuat mental saya down banget, saya takut jika anak ini lahir saya dan bayi ini akan menjadi aib keluarga dan saya juga akan dicap buruk yang mungkin saja ngebuat saya susah cari pekerjaan apalagi suami, saya ingin gugurkan anak ini tapi dia melarangnya, katanya setelah anak ini lahir dialah yang akan tanggung jawab membesarkannya... " jelas Sinta

juna hanya terdiam dengan penjelasan Sinta

"... setelah anya lahir saya kasih anya ke bapak kandungnya itu, saya kira dia akan dirawat dengan baik tapi ternyata engga dan akhirnya terjadi sampai kaya gini, jujur saya menyesal kenapa mempercayakan anak saya dengan pria bajingan itu!", lanjutnya

juna masih enggan untuk menanggapinya, dirinya hanya diam tanpa tau harus bereaksi seperti apa, walaupun sebenarnya dia amat sangat kaget dengan pengakuan Sinta, yang ternyata anya itu anak diluar pernikahan om Ardi dan orang yang ada disampingnya ini.

"setelah anya siuman dan membaik saya akan membawanya pergi dari sini, saya akan membawa dia jauhh sejauh mungkin dari sini, saya gak ingin kejadian ini berulang kembali suatu saat nanti"

juna kaget dengan apa yang tiba-tiba dikatakan Sinta, "maksud tante...?"

"saya akan membawanya pulang kerumah saya hidup bersama keluarga kecil saya, saya ingin menebus kesalahan yang saya lakukan tujuh belas tahun terakhir", lanjutnya.

"kalo boleh tau dimana itu tempatnya tan? .. maaf kalo saya banyak tanya saya hanya ingin memastikan supaya satria tidak khawatir"

Sinta mengangguk paham dan dirinya juga bersyukur anya memiliki abang seperti satria, meskipun dirinya tidak tahu satria bagaimana tapi dia tau kalo abangnya itu sangat sayang dengan adiknya, terbukti dari surat yang ditulis dan pernyataan gio waktu awal bertemu dengan dirinya dirumah sakit.

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang