bukan sebuah akhir

65 13 2
                                    

setelah sebulan dari pemakaman gio kondisi anya perlahan mulai pulih dan membaik dari sebelumnya, kini anya sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya dan bisa diajak bicara meskipun sebentar.
kini dirinya sedang dalam masa pemulihan.

anya duduk diatas bankarnya dan menatap kosong kearah tembok, kali ini adalah hari dimana perban yang menutupi matanya bisa dibuka, berhasil atau tidaknya operasi yang lalu yang harus menewaskan gio akan terjawab hari ini

ceklekkk....
Sinta datang bersamaan dengan dokter masuk kedalam ruangan anya, "sayang.... "

anya menoleh kearah suara meskipun dirinya tidak bisa melihat siapa yang memanggilnya tadi, bahkan anya juga tidak paham siapa orang itu dan apa alasannya memanggil anya sayang, suaranya benar-benar sama sekali belum pernah terdengar ditelinga anya.
mungkin saja dia salah kamar kan bisa jadi?

"selamat pagi anya... apa kamu siap untuk membuka perban mata hari ini?"

anya hanya diam

"saya dokter yang akan membuka perban mata kamu,  bagaimana? apa kamu siap?"

entahlah anya bingung kenapa dirinya masih disini padahal dia sendirian tanpa adanya keluarga siapa juga yang mau repot repot mengurusnya dan bahkan keluar banyak duit untuk orang lain?

anya hanya mengangguk saja mengiyakan, siapa tau setelah ini dirinya bisa melihat dan berterimakasih kepada siapa saja yang mau menolongnya.

dokter melaksanakan tugasnya, mengambil gunting yang dibawakan asistennya dan perlahan memotong kasa yang melilit mata anya, dokter membukanya perlahan hingga kasa itu habis tidak menutup mata anya.

"buka pelan pelan ya... ", instruksi nya kepada anya.

anya membuka matanya perlahan hingga mata itu terbuka seutuhnya.
yang anya lihat pertama adalah bayangan putih yang memburam yang perlahan bayangan itu menghilang dan matanya  dapat melihat dengan jelas.

"anya coba tebak ini berapa", dokter menyuruh anya untuk menebak berapa jari nya

"lima"

"kalau ini?"

"tiga"

dokter tersenyum dengan apa yang terjadi, operasinya berhasil, "selamat ya.. kamu sudah terbebas dari masa kritis dan bisa kembali melihat"

anya benar-benar tidak paham dengan apa yang diucapkan dokter, bisa melihat kembali? maksudnya apa?'

"kalau begitu saya permisi dulu"

Sinta mengangguk, "terimakasih dok... "

Sinta kembali menatap anya seraya mengusap kepalanya lembut, "nakk... "

"kamu siapa?", anya bingung dengan keadaan sekarang, wanita ini siapa? kenapa setelah memanggilnya sayang sekarang jadi nak?

Sinta tersenyum pedih, bahkan setelah tujuh belas tahun lamanya anaknya bahkan tidak mengenali dirinya siapa.
tapi ini memang bukan salah anaknya ini memang murni kesalahannya, andai saja dulu Sinta tidak memberikan anya kepada lelaki bajingan itu, mungkin ini gak akan pernah terjadi.

"ini mama nak, mama kandungmu.. ", jelas Sinta yang malah tidak bisa dimengerti oleh anya.

anya terdiam kaku dengan pernyataan sinta, membuat Sinta mau tak mau harus menjelaskan semuanya dari awal meskipun itu membuatnya mengingat hal yang ingin sekali dirinya kubur selamanya.
tidak ada yang ditutup tutupi semua Sinta ceritakan

mendengar penjelasan Sinta membuat anya menitikkan air matanya

"jadi.... "

Sinta mengangguk, "iya sayang ini nama, maafin mama ya nak ya?"

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang