kecewa

44 21 0
                                    

"kalian kenapa sih, daritadi cuma tatap tatapan doang, kayak siti pas lagi marahan sama kucing tetangga aja", gerutu aska ketika Anya dan Gio hanya saling diam dan menyalangkan tatapan tajam masing-masing, mungkin kalo seandainya dari mata keduanya keluar laser pasti aska sudah tepar ditempat.

"kamu kenapa ay? marahan sama Gio? kalo iya bilang sama a'a biar nanti a'a marahin Gio nya"

Anya hanya membalas dengan menatap aska sebentar lalu kembali lagi menatap Gio

aska menghembuskan nafas gusar dengan jawaban yang diberikan Anya, dan kembali bertanya kepada Gio
"kalian ini sebenarnya kenapa?"

tak jauh dari jawaban Anya, Gio hanya diam dan memalingkan muka dari Anya menghadap kearah depan dan meminum air mineralnya dengan santai.

kembali aska menghembuskan nafas gusar dan mengacak-acak rambutnya kesal, "argghhh, udahlah terserah kalian gua cabut", kesalnya yang sudah tak tertahan lagi.

bel sudah dibunyikan artinya jam istirahat sudah selesai, anak-anak yang lain pada riuh berlari-lari memasuki kelas namun ada juga yang membolos, seperti Anya dan Gio saat ini yang masih santai terduduk tanpa ada dialog apapapun yang terlontarkan dari keduanya.

sekilas Gio menatap kembali Anya yang memang sedang menatapnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Anya diruang yang semakin sunyi tak ada pengunjung itu.

🎍🎍🎍

*Flashback

"NYESEL PAPA PUNYA ANAK KAYAK KAMU, KALO TAU BEGINI PAPA BUANG KAMU DARI DULU"

"ANYA JUGA GAMAU HIDUP KAYAK GINI PA, KALO ANYA BOLEH MILIH ANYA GAMAU LAHIR DIKELUAGA PAPA", suara Anya meninggi membuat Ardi geram dan mengepalkan tangannya.

Ardi berjalan gontai mendekati Anya yang masih tersungkur lemas akibat tamparannya, "APA KAMU BILANG TADI HAH?"

Anya mulai menutup matanya saat Ardi mengangkat tubuhnya, "ANAK KURANG AJAR!"

Ardi membanting tubuh Anya kedepan pintu, untung saja ada seorang didepan pintu yang tiba-tiba muncul dan menangkap tubuh Anya sehingga tubuh Anya tak jatuh dilantai yang keras, namun dipelukan seseorang.

"ka...kakaaa"

Gio menatap anya dengan tatapan khawatir dan beralih menatap seorang didepan sana dengan tatapan nyalangnya.

Ardi yang ditatap seperti itu hanya menampilkan muka datarnya dan bersedekap dada, menatap santai kepada keduanya, "ohh jadi ini anaknya, dia yang bikin kamu malas les dan berkeluyuran entah kemana", Ardi datang mendekat memperkecil jarak antara ketiganya

Anya yang tau apa yang akan dilakukan Ardi menggeleng tak berdaya, " jangan pah", lirihnya

saat Ardi mendekat Gio langsung cekatan membalik tubuh anya berada dibelakangnya.

saat sudah terkikis jarak antara keduanya Ardi menatap Gio nyalang dan ingin memukulnya, namun Gio yang cekatan berhasil menangkis hal itu, "anda tidak berhak untuk menapar saya", Gio menepiskan tangan Ardi dengan kasar

benar saja saat ini Gio sedang dikendalikan oleh amarahnya, percuma saja jika dia menghalanginya Gio gak akan mendengarkan.

Ardi tersenyum dengan apa yang dikatakan Gio, "apa kamu bilang? saya tidak berhak memukul kamu?...hahaha", tawa yang terkesan dibuat-buat, "lalu apa hak kamu membawa anak saya pergi tanpa seijin dari saya hah? apa hak kamu untuk membawa pergi anak saya?!"

"apa? anak? oohhh sejak kapan anda menganggap anya putri anda? bukan kah selama ini anda tidak pernah menganggapnya sebagai seorang anak? lalu... kenapa sekarang tiba-tiba sekali anda mengatakan hal itu?"

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang