Gio dan segala kebohongannya

46 21 0
                                    

Pagi ini rasanya tidak seperti pagi-pagi sebelumnya, rintik hujan yang membasahi daun dan pepohonan, serta aroma khas yang keluar dari air hujan yang bercampur dengan tanah, membuat hati seorang yang ada didalam ruangan itu merasa tenang.

sepertinya seorang itu tidak ingin bangun, ia malah menarik selimut lebih tinggi dan memejamkan matanya kembali, 'ah minggu pagi yang indah', pikirnya

"selamat pagiii", sosok pria dewasa muncul dari balik pintu dan menghampiri putranya yang sedang tidur didalam selimut tebalnya.

"ayoo bangun, ini hari minggu loh, mari kita bersepeda!", ucap pria dewasa itu dengan antusias supaya putranya cepat bangun

"lima menit pah ish ngantuk"

mendengar jawaban putranya pria dewasa itu memasang wajah kesalnya yang dibuat-buat, "mau bangun atau papa kelitikin kamu", tangannya mulai menggelitik bagian sensitif anaknya yang berhasil membuatnya tertawa dan terbangun

"hahahhaha... papa gelii, ahahahaha.... iya iya bibi bangun udah papa, hahahaha........"

"PAPAA!!", Gio terbangun dan terduduk diranjangnya seraya bersandar pada dinding belakangnya, ia hanya diam, mencerna apa yang telah terjadi padanya, untuk beberapa saat ia yakin apa yang dialaminya tadi adalah nyata namun ternyata, "ah ternyata cuma mimpi", Gio tersenyum getir kepada dirinya sendiri, "selamat pagi dunia tipu-tipu"

saat Gio ingin beranjak dari tidurnya, tiba-tiba terdengar notifikasi dilayar ponselnya yang membuatnya mengurungkan niat untuk bangun.

Gio hanya bisa pasrah saat tahu dari siapa dan apa isi pesannya, sebenarnya ia malas harus selalu seperti itu, karena hal itu menyakitinya, namun apa boleh buat hidupnya bergantung pada hal itu

Gio malas untuk menanggapinya, tpi ah sudahlah akhirnya dia juga akan membalasnya walaupun hanya kata, 'baiklah, oke atau trimakasih', setidaknya Gio sudah berusaha untuk terlihat baik-baik saja dihadapan semuanya.

Gio menaruh kembali ponselnya dinakas, dan kembali berbaring, ah rasanya malas sekali untuk beraktifitas hari ini, marahan dengan anya, hal yang masih ingin ia rasakan kembali tapi ternyata hanya mimpi, dan..  ah sudahlah Gio kesal dengan semua itu

"mending gua tidur lagi bentar, bisa gila gua lama-lama kalo kaya gini terus"


🥀🥀🥀

"morning bunda cantik"

Gio berjalan dengan sedikit berlari untuk menuruni tangga dan menghampiri Rani—ibundanya yang sedang berada di meja makan mempersiapkan untuk sarapan keduanya

Rani selalu tersenyum melihat puteranya yang selalu akan terlihat lebih ceria saat setelah bangun tidur.

"duduk sini bunda siapin roti dan susunya dulu"

Gio memandangi sang ibunda tercintanya yang sedang membuatkannya segelas susu dengan menopang dagu.

"tumben bunda udah pulang jam segini", Gio membuka pembicaraan

"diluar hujannya deras jadi bunda sembahyangnya dirumah", jelasnya yang hanya mendapatkan anggukan Gio

"trus kenapa bunda ngga bangunin Gio?  kan kita bisa sembahyang bareng-bareng", dengan memasang muka sedikit marah dan kesalnya membuat Rani merasa gemas.

Rani mengusap pipi Gio sebelah dan tersenyum, "kamu tidurnya tadi pules banget, bunda ga tega banguninnya", sambil mencubit hidung Gio pelan dan tersenyum

02.59  '🅔🅝🅓'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang