21. Bullying

59 16 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Bullying
31 April 2022

•••🦋•••

Sesampainya di lorong tak sengaja Cia menabrak seseorang. Cia mengangkat wajahnya dan seketika badannya menegang.

"Heh kalo jalan pake mata! Buta ya lo?" Teriak Karin sambil mendorong bahu Cia.

"Ma.. maaf kak. Sa.. saya ngga sengaja." Ucap Cia takut-takut.

"Maaf? Gampang banget lo minta maaf! Lo kira jalan ini punya nenek moyang lo?" Masih berteriak dengan kesal.

Beberapa siswa mulai mengerubungi mereka. Tak ada yang berani mendekat atau bahkan menolong karena ya mereka kenal siapa Karin. Jika berurusan dengan nya maka bisa dipastikan tak lama lagi mereka akan keluar dari sekolah karena tak betah.

"Mau sok berkuasa tuh Rin! Secara kan udah punya backup an tuh anak" Kompor Ella menambah panas suasana.

Cia hanya bisa menunduk takut.

"Heh kalo ada yang ngomong sama lo tuh jangan nunduk!" Ucap Karin sambil mencengkram wajah Cia yang telah di penuh dengan air mata.

"Ngga usah sok-sok an nangis! Lo kira gue bakal kasian gitu? Setelah lo udah ngerebut Arka dari gue? Jawab?" Teriak Karin di depan wajan Cia.

"Eng.. enggak kak." Ucap Cia.

Plak..

Karin menampar wajah Cia hingga bekas tangan tercetak di pipi Cia. "Halah basi! Lo apain Arka sampe dia bisa suka sama lo? Lo ngasih badan lo kan?" Sindir Karin melecehkan  Cia.

Cia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memegang pipinya yang panas bekas tamparan Karin.

Bohong tuh Rin. Tuh anak pasti ngasih badannya secara kan kalo diliat lo lebih segalanya dari tu upik abu." Tambah Debi.

"Oh ternyata di sekolah kita ada pelacur. Dasar ngga tau malu! Ngga mampu lo buat biayain sekolah sampe harus ngelacur? Berapa bayaran lo semalem? Hahaha." Karin tertawa mengejek diikuti oleh Ella dan Debi.

Berbeda dengan orang-orang yang menonton kejadian tersebut, mereka hanya diam menatap Cia dengan tiba.

"Lo bisu ya? Dari tadi diajak ngomong diem aja!" Ucap Ella dengan tatapan tajam.

"Heh lo tuh sadar diri dong! Lo tuh ngga ada apa-apanya dibanding Karin! Berani-beraninya lo jadian sama Arka." Ucap Debi dengan galak.

"Ngebet famous lo? Sama temen lo itu siapa namanya? Lupa gue ngga penting sih. Pokoknya temen lo itu bilang juga ke dia. Ngga usah sok-sokan berani sama gue! Dia bukan lawan gue. Ngga level!" Ucap Karin sambil menjambak rambut Cia.

"Dengar ngga sih Lo?" Bentak Karin sudah seperti orang kesetanan.

"De.. dengar kak." Ucap Cia sambil menahan tangisnya.

"Lo tuh jelek! Ngga berguna! Jadi ngga usah sok!" Ucap Debi.

Di lain tempat seorang siswa laki-laki berlari ke kelas Arka.

"Ka cewek lo di bantai saa Karin di lorong deket lab biologi!" Ucap lelaki tersebut langsung sambil terengah-engah.

"Arka langsung membelalak kan matanya dan berlari menuju lorong diikuti oleh Yesha.

Karin masih saja mencela dan menarik rambut Cia walaupun wajah kesakitan tercetak jelas di wajah Cia.

"Gue mau liat semenarik apa sih badan lo sampe lo ngasih badan lo ke Arka." Ucap Karin dengan seringai jahatnya.

Dengan kasar Karin merobek seragam Cia hingga kancing-kancingnya berhemburan. Tangtop putih yang Cia kenakan mencetak jelas badannya. Tak dapat dipungkiri banyak siswa yang melihat tubuh Cia apalagi siswa laki-laki.

Arka yang sudah tak jauh dari tempat kejadian langsung melepas kancing seragamnya bahkan beberapa kancing ikut terlepas dan jatuh ke lantai.

Dengan segera Arka melepaskan seragamnya dan langsung menutupi tubuh Cia dengan seragamnya.

"Sha, bawa Cia ke UKS!!" Perintah Arka ke Yesha yang berada di sampingnya.

Yesha langsung membawa Cia yang masih shock dengan kejadian barusan untuk pergi.

"Rin ayo cabut." Ajak Ella yang paham akan situasi.

"Sana kalo mau pergi. Gue mau selesai urusan gue!" Bentak Karin.

"Ella bener Rin! Mending lo pergi sekarang." Saran Debi.

"Kalian berdua cabut sana!" Usir Karin.
Kedua teman Karin pun memilih pergi daripada harus berhadapan dengan Arka.

Tinggalah sekarang Arka dengan kaos putih polos yang mencetak tubuhnya dengan sempurna, apalagi dengan keringat yang menetes dari rambut Arka. Karin meneguk ludahnya dengan kasar, bukan karena tubuh Arka yang sempurna namun karena tatapan Arka yang menyeramkan.

"Ngapain lo bully cewek gue?" Tanya Arka dengan santai namun sarat dengan kemarahan. Mata lelaki itu menatap Karin dengan tajam.

"Di.. dia nabrak gue." Karin berusaha memberanikan dirinya.

"Terus? Badan lo ada yang luka? Lo sampai jatuh emang?" Tanya Arka lagi sambil berjalan mendekat ke Karin.

Karin semakin memundurkan badannya.
"Ngga tapi gue ngga terima!"

"Dia udah minta maaf kan?" Tanya Arka lagi yang sekarang sudah sangat dekat dengan Karin. Tangannya berada di antara badan Karin, mengurung perempuan itu.

Karin meneguk ludahnya kasar setelah badannya tak lagi dapat mundur terpepet dinding.

Banyak siswa yang melihat kejadian tersebut dengan tegang. Hening, bahkan untuk bernafas pun mereka takut akan menimbulkan suara. Baru kali ini dua orang yang sangat berpengaruh di sekolah saling berhadapan.

"Terus ngapain lo Jambak rambut cewe gue?"

"Itu balasan gara-gara dia nabrak gue." Karin mengucapkan pembelaan.

"Emang sesakit apa sih ditabrak sama sesama cewek? Sampe lo Jambak cewek gue sebagai pembalasannya." Tanya Arka dengan tenang.

"Lo ngga usah ikut campur."

"Bangsat! Gue berhak ikut campur, yang lo bully itu cewek gue." Arka menatap tajam Karin.

Karin hanya bisa meneguk ludahnya kasar. Sebenarnya ia sudah sangat lemas karena ketakutan dengan sikap Arka sekarang.

"Gue denger tadi lo bilang kalo cewek gue ngasih badannya ke gue. Tenang aja, cewek gue beda level sama lo. Dia lebih terhormat dari apa yang lo omongin tadi." Ucap Arka semakin mendekatkan wajahnya ke Karin.

"Shit kenapa otak gue mikir yang engga-engga di saat kayak gini!" Batin Karin.

"Iyalah dia itu levelnya dibawah gue! Dan asal lo tahu, gue yang lebih terhormat dari cewek itu." Ucap Karin dengan percaya diri.

Arka memiringkan kepalanya dan menyyunggikan seringainya.

"Lagian apa sih yang lo suka dari cewek itu? Secara gue lebih segala-galanya dari tuh cewek!"

"Apapun yang ada di dalam cewek gue, gue suka dan apapun yang ada di diri Lo, gue jijik!" Ucap Arka dengan sinis.

Karin menatap tajam Arka.

Arka membisikkan sesuatu yang hanya dapat di dengar oleh Karin. "Emm gue harap yang lo omongin tentang cewek gue tadi bener, tapi buat liat badannya aja gue ngga pernah. Ngomong-ngomong jago juga ya lo di ranjang. Emm sama guru juga kan? Keren. Lo mau gue bantuin biar tambah terkenal di sekolah ini?"

Karin langsung menegang sempurna. "Gi.. gimana lo bisa tau?"

"Kita sama-sama orang jahat harusnya lo tau apa resikonya saat berurusan sama gue. Sekali lo bully cewek gue, gue ngga akan segan-segan buat nyingkirin Lo!" Bisik Arka dan langsung berlalu pergi meninggalkan Karin yang sudah terduduk lemas tak dapat berkata-kata.

                                  •••🦋•••

Menurut kalian Karin pantes nya di apain nih??

Love For Shoes [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang