Kirana's Being Discriminated (2)

388 44 3
                                    

Gue jadi berasumsi Mbak Mira emang lagi ribut sama anak kantor. Meski gue gak tau permasalahannya apa.

Sampai gue dengar Mbak Mira bilang...

"... Eh Dim... gue mendingan pertahanin Kirana yang lu bilang lesbian, dari pada kerja bareng lu..."

Tertegun gue mendengarnya...
Dalam hati gue sedikit tertawa.
Dim? Dimas?

1 kalimat, yang sudah cukup menjelaskan apa yang mereka ributkan.

Seketika gue gak fokus dengan omongan Mbak Mira.
Kayak di drama-drama, saat itu juga hidung gue kayak ada yang menggelitik sehingga gue bersin, bersin yang aneh kayak gak bisa ditahan untuk lebih kecil lagi suaranya.

"........."

Tiba-tiba hening, gue hanya mendengar suara kecil dari telepon nya Mbak Mira.

"... Ran?"

Ah ketahuan.
Kata gue dalam hati.

Gue keluar bilik. Berusaha biasa aja.

"... Dari kapan kamu di dalem?" Tanya Mbak Mira dengan telepon yang masih tersambung.

"Sebelum Mbak Mira masuk..."

Mbak Mira memutus telepon dan menepuk dahinya "Ya ampun..."

Gue lihat Mbak Mira kayak lagi di pressure sana sini, salah satunya dia pasti khawatir soal gue karena gue mendengar percakapan yang harusnya gak gue dengar.

"Mbak... Meeting nya di mana?" Kata gue mencoba biasa aja dan mencairkan suasana.

"... Right. Sorry... Ayok... Kemarin sih clients nya minta di Starbucks aja." Jawab Mbak Mira dengan sedikit tergopoh mengambil tas, dan laptop yang di taruh di washtufle.

***

Di perjalanan, Mbak Mira benar-benar terlihat panik dan gusar.

***

Sesampainya di Starbucks, pesan minuman, duduk, dan menunggu clients. Gue mencoba membuka omongan.

"Mbak..."

"Ya?" Sahut Mbak Mira yang sedang sibuk dengan laptopnya, tanpa melihat ke arah gue.

"Mbak Mira... Anggep aja tadi Kirana ngga denger apa-apa, Mbak..."

Mbak Mira melihat ke gue, dan tertawa kecil "kok jadi kayak kamu yang nenangin aku?"

"Ya abis daritadi Mbak Mira beda..."

"Beda apaan sih? Udah ah... Kamu gak usah mikirin aku..." Jawab Mbak Mira sedikit judes sambil kembali fokus ke laptop.

"Kamu masih bisa lanjut ini meetingnya?" Lanjut Mbak Mira.

"... Bisa Mbak" Jawab gue yakin.

"Yaudah..." Respon Mbak Mira sambil menarik nafas panjang.

***

Meeting dengan clients, went good. Sampai Mbak Mira memaksa gue untuk terima traktiran dari dia.

"Wah Ran! Aku ga expect kamu bakal se brilliant itu tadi ngejelasin semuanya ke clients..." Kata Mbak Mira sambil menyedok makan siang yang lumayan terlambat.

"... Kalau aku jadi kamu, mungkin aku ga bakal bisa fokus gara-gara insiden tadi pagi..." Lanjut mbak mira memakan makanannya dari sendoknya.

"Yaa namanya kerjaan Mbak, harus bisa nempatin diri lah Mbak..." Gue juga seraya memakan makanan gue.

"... Good job! Haha" Puji Mbak Mira, sambil menepuk pundak gue.

Seketika muka riang Mbak Mira berubah. Kayak tumbuhan yang dari seger tau-tau layu.

"Kenapa Mbak?"

...
Mbak Mira diam, sesekali memainkan sendoknya di piringnya...

"Ran... Kamu emang beneran suka sama cewek?" Tanya Mbak Mira tanpa menoleh ke arah gue sama sekali.

...
....

Gue siap go public, jelas itu yang gue bilang ke Kinanti. Tapi, entah kenapa pertanyaan Mbak Mira susah banget gue jawab.

Seketika pikiran gue bercabang. Mungkin ini yang selama ini dirasain Kinanti, insecure berlebihan. Gue mikirin dibagian mana, kapan, dan gimana orang melihat atau nge-geb gue kalau gue punya pacar cewek.

Sama sekali gak ada gambaran.
Gak ada clue harus jawab gimana, pertanyaan Mbak Mira.

...

"Serius deh, aku gak abis pikir. Kenapa sih orang-orang sibuk ngurusin orientasi sex orang lain ketimbang koreksi diri sendiri..." Jelas Mbak Mira keliatan sedikit kesal.

Mbak Mira lagi-lagi menepuk dahinya, seperti orang yang kehabisan kata-kata.

"... Kirana juga sebenernya agak heran, tumben Mbak Mira mikirin omongan orang..." Kata gue spontan, yang bermaksud bercanda.

Lalu Mbak Mira menatap gue dan bilang "Kamu punya perasaan ga sih Ran?"

Gue hanya tersenyum kecil, menaikan alis seraya mengangkat kedua bahu gue.

"Gapapa Mbak, nanti pulang kerja Kirana bikin surat resign, besok Kirana serahin ke Mbak Mira di depan yang lain..."

Masih memegang sendok ditangan kanannya, Mbak Mira menutup kedua matanya dengan tangan kirinya.

Tertawa, tapi lirih.

"Lah Mbak... Kenapa?"

Mbak Mira hidungnya merah, mulai mengusap air mata yang mengalir di pipinya "Kamu tuh! pantes aja ya orang pada yakin kamu lesbian... Physically... Segitu gak peka nya... Segitu gak mau ambil pusing sampe bilang mau resign cuma demi menjaga hati beberapa individu..."

"I never met someone like you...
I never met. A. Man. Like. You."

"Yaiyalah Mbak kan Kirana cewek." Kata gue hati-hati.

"Iya tapi maksud ku, aku bahkan gak pernah ketemu cowok yang se-laki kamu. Haha" Kata Mbak Mira sesekali masih mengusap air matanya.

"Haha... Aduh kenapa sampe nangis gini aku ya... Jadi ketahuan deh aku aslinya baperan..." Oceh Mbak Mira.

"Aneh-aneh aja orang sembarangan judge kamu dari fisik... Haha"

Kami diam sebentar...
...

"Tapi Mbak, Kirana emang punya pacar cewek..."
... Kata gue, tanpa pikir panjang.

Wajah Mbak Mira terlihat terkejut, dan langsung terdiam.

Seperti homophobic yang kecewa sahabatnya sebenarnya adalah seorang gay.

You guys know better than anyone.

***

Seharian gue dan Mbak Mira kerja di luar.

Jam pulang udah tiba, Tanpa ke kantor lagi, gue langsung pulang ke kost.

Sesampainya di kost, Kinanti belum pulang.

Cek handphone.

"Oh pulang ke rumah" Dalam hati gue seraya membaca chat Kinanti, yang hari ini tumben hanya mengirim 5-6 pesan, dari pagi.

Gue mandi.
Beberes sebentar.
Lanjut santai, main HP...
Seketika gue mikirin masa depan gue.

Rasanya pengen pindah ke tempat yang orang-orangnya gak kenal sama gue.

Pengen re-start hidup gue.

Banyak yang gue pikirin pasca ga sengaja denger omongan Mbak Mira di telepon siang tadi.

Salah satunya, kenapa Mbak Mira sampai nangis siang tadi.

Kenapa ya kira-kira?

Gimana sih cara bikin Kirana galau!
Busett bingung banget aku mah!!!

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang