Putri Kamila

703 54 0
                                    

Aku bersama 2 teman ku, Nisa dan Gama. Di tahun ke 2 akhir perkuliahan kami, kami ikut serta untuk mengisi satu stand di bazaar kampus kami. Stand yang juga mempertaruhkan nilai tugas akhir kami. Waktu itu temanya recycle. Memang hobby ku dan Nisa membuat kerajinan tangan. Kebetulan ideku dan Nisa adalah bertemakan kertas, akhirnya kami mengumpulkan ketas bekas untuk diolah. Bisa dibilang stand kami lah yang paling menarik saat itu. Karena kami membuat banyak barang dari kertas bekas yang diolah ini, seperti gift box, kartu ucapan, note book, masih banyak.

Ada banyak customer yang datang, tapi hanya satu yang paling banyak bertanya, yang terlihat paling tertarik dengan stand kami. Yang sekarang kita kenal dengan sebutan Julian, yup! Kirana Julian.

It was too hard calling her Kirana. Jadi kami panggil dia Jul/Juli/Julian.

Dalam hitungan menit, kami akrab dengan Julian. Julian kuliah satu tahun diatas kami. Beda jurusan. Meskipun begitu, Julian tidak terlihat seperti senior yang gila hormat. Jadi kami dekat selayaknya satu angkatan tanpa sapaan 'kakak'.

Setelah pertemuan kami di bazaar itu, entah bagaimana kami mulai jadi teman hangout. Sampai akhirnya Julian mengaku kalau ia sedang ada masalah dengan sahabat yang tergila-gila dengan nya. Kinanti namanya, dari cerita Julian, Kinanti adalah wanita yang sangan possessive dan egois.

"Kenapa Julian harus pertahanin persahabatannya sama cewek itu sih! Heran aku..." Kataku sedikit emosi pada Gama dan Nisa, sesaat setelah julian menyelesaikan curhatannya dan pulang kerumahnya.

"You can't say that babe..." Kata Nisa

"Iya, karena memang mereka udah sahabatan dari kecil kan." Tambah Gama.

Ya, mereka tahu, kalau aku naksir Julian.

***

Julian selalu pulang lebih awal dari kami ber tiga kalau sedang hangout, karena rumahnya yang jauh_ di Malang. Setelah Julian pulang, pasti ada saja yang kami bahas.

Dipertemuan pertama kami membahas tentang rasa penasaran kami soal Julian yang terlihat gay tapi kayaknya ngga, apakah dia homophobic atau bukan, kita penasaran banget. Saat itu kami masih belum membahas tentang orientasi seks kami pada Julian, salah satunya ya itu kami gak yakin kalau Julian bukan homophobic. She looks very gay but how she talk is soo straight.

Dipertemuan kedua, kami masih belum bicara tentang orientasi seks pada Julian, kami masih hangout biasa. Setelah Julian pulang, Nisa dan Gama membahas tentang aku yang katanya malam itu memandang Julian berbeda.

"You've fall for her..." Kata Gama sembari melirikku.

Memang, pertemuan keduaku dengan Julian sedikit berbeda waktu itu. Aku merasa feromon Julian lebih tinggi dari sebelumnya. Tapi bukan berarti I fall for her begitu aja.

"Iya nih. Keliatan banget!" Lanjut Nisa.

Aku tersipu malu dibuat mereka.

"Tapi baru kali ini aku kesulitan menebak orientasi seks cewek kayak Julian" Kata Gama.

"Right? Aku bukan fall for her... Emang dia aja yang attractive."

Gama dan Nisa menggoda ku lagi.

"Come on babe! Coba kamu, kalo gak ada Eno, dengan liat fisik nya Julian yang girl goals banget. Apa gak akan suka?" Kataku membela diri.

Gama dan Nisa hanya menggodaku dengan jawaban "Iya iya iya..."

Aku jadi mencari tahu sendiri apa yang aku rasakan ini perasaan suka atau hanya kagum.

Beberapa minggu kemudian, entah di pertemuan kami yang keberapa dengan Julian akhirnya Julian mendengar tentang orientasi seks kami. Hari itu aku mengetahui kalau Julian bukan homophobic, tapi tetap aku gak bisa menyimpulkan kalau julian gay atau bukan. Karena Julian sama sekali tidak mention tentang dirinya.

Dua pertemuan dari saat kami cerita tentang orientasi seks kami, Julian akhirnya membuka diri. Membuka diri tentang kisah nya yang menurutku agak dark. Iya, tentang Kinanti. Kenapa kubilang agak dark? Coba bayangin kamu stuck sama sahabat yang toxic, gak boleh temenan sama orang lain kecuali dia, sering ngambek, sering berantem, I can't even imagine.

Aku belum mengenal Kinanti, tapi aku sudah tidak menyukainya.

...

I think I am jealous. And by being jealous to someone I dont even know, I finally found out that, I like Julian.

Setelah beberapa kali mendengar cuhatan Julian tentang Kinanti yang mungkin akhirnya akan dijadikan pacarnya, aku memutuskan untuk menyimpan perasaanku dan memanfaatkan kedekatanku dengan Julian selagi bisa.

Julian itu orangnya terlalu positif, jadi dia sama sekali gak curiga tentang perasaanku ke dia. Meskipun aku suka tiba-tiba memeluknya, menggandengnya, dan mencium pipinya. Ya, pada dasarnya girls does girl stuffs kayak gandengan, selfies, pelukan... For girls that's normal. Tapi, apa yang kulakukan ke Julian semuanya mengandung 90% perasaanku.

***

Pernah sekali, aku membuat kesalahan yang bikin Julian bertengkar dengan Kinanti. Tapi, Julian sama sekali gak menyalahkanku, bahkan gak membahas masalah itu sama sekali. Aku jadi keenakan, aku jadi sering sengaja membuat Julian melupakan handphone nya yang berujung mereka gak kontak-kontakan.

Jahat ya. Tapi hanya ini yang bisa kulakukan untuk saat ini, untuk aku sendiri. Karena, once Julian back to Jakarta, no one can guarantee kalau dia akan tetap keep intouch denganku atau bahkan tetap ingat aku.

I keep doing the same things__ membuat mereka bertengkar... So far hanya ini yang bisa membuatku dekat dengan Julian. Whenever Julian bertengkar dengan Kinanti, there's always place for me to comfort her.

Tapi, Julian selalu stay meski sering di ambekin sama Kinanti, meski sering upset karena keegoisan Kinanti. Aku salut, tapi aku sangat menyayangkannya. Julian deserves better than her.

Orang sepositif Julian, segemas Julian, sebaik Julian kenapa harus stuck dengan orangnya toxic...

***

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang