"Kirana naksir aku?"

988 84 1
                                    

Sampai hari ini aku belum minta Kirana untuk temanin aku menindik telingaku.

Semenjak Kirana ngajakin pacaran, aku jadi punya perasaan yg aneh. Aku senang saat mendengar Kirana ngajakin pacaran, aku sangat ingin jadi pacar Kirana (of course I do 🤣 the whole story telling about me insisting Kirana to be my GF) tapi setiap kali aku membayangkan aku dan Kirana pacaran, tenggorokanku seperti ada yang mengganjal untuk meng-iyakan ajakan Kirana.

Kinanti, kamu kenapa!?
Padahal ini yang aku mau.
I've been waiting for this!

Oh! Aku tahu. Mungkin otak ku sudah terbiasa dengan penolakan Kirana sehingga membuat ku secara tak sengaja tidak mempercayai ajakan Kirana. Uh that's make sense. Mungkin satu satunya cara aku akan memastikan lagi apa yang dibilang Kirana sebelumnya itu for real atau hanya joking around.

Lusa adalah hari terakhir Kirana di Jakarta, malam ini aku akan minta dia untuk antar aku menindik telingaku, besok.

***

Keesokan harinya jam 11.40an Kirana datang dengan motor matic nya. Teringat ucapannya tentang gak mau pakai motor lagi, kukira Kirana akan memesan taksi online. Aku yang sudah memakai rok agak pendek, akhirnya kembali masuk dan mengganti rok ku jadi celana jeans panjang.

"Ah lu, gue kira mau pesen Grab!" Kataku sembari mengenakan helm yang dikasih Kirana.

"Emang gue bilang naik Grab? Gada bilang. Lu jangan mengada-ada." Katanya.

Selama di motor, aku tidak berpegangan pada Kirana. Padahal biasanya aku senang menggoda dia dengan meremas dadanya dari belakang, haha Kirana akan menyuruhku turun kalau aku melakukan itu. Tapi entah kenapa aku jadi sungkan untuk menggodanya, bahkan hanya untuk berpegangan saja aku tidak berani.

Sesampainya di parkiran. Masih di motor, Kirana menyodorkan tangan kirinya kebelakang. Seperti orang yang ingin meminta sesuatu.

"Apa?" Tanyaku.
Sesaat aku tersadar Kirana menyodorkan tangannya untuk membantuku turun dari motor.
"Gak ada receh..." Lanjutku sembari menepis telapak tangannya

Lalu aku terpeleset sedikit saat turun dari motor Kirana.

"Udah di tawarin bantuan. Malah di tepak! Jatuh pula. Bikin malu." Kata Kirana sedikit tertawa dan menggodaku.

Aku malu. Aku takut Kirana melihat wajahku yang sedang tersipu malu ini, lalu aku buru-buru jalan ke arah pintu masuk Mall, meninggalkan Kirana.

Kirana menghampiriku, dan bilang "Udah kebelet nindik ya?" Aku hanya tertawa sembari menyenggol lengannya dengan bahuku.

Di eskalator, kami membicarakan hal random, salah satunya tentang sepatu yang Kirana taksir di Surabaya.

Aku berdiri di depan Kirana berhadap-hadapan, satu anak tangga lebih tinggi. Lalu, kami seketika diam seribu bahasa saat aku refleks menepis tangan Kirana yang ingin menggandeng tangan ku.

Oh my God, dalam hati ku.
Aku berbalik badan membelakangi Kirana.
Ada apa dengan ku.
Aku menepis tangan Kirana.
Jantungku berdebar tidak seperti saat aku menggandeng tangan Kirana sebelumnya.
Debar jantungku sangat kencang, sampai aku takut Kirana mendengar nya.

Lalu setelah kejadian kecil itu, aku dan Kirana berjalan agak sedikit berjauhan. Kirana di depan, aku di belakang mengikutinya, karena Kirana yang tau tempatnya. Aku sedikit ada perasaan tidak enak pada Kirana. Kirana pasti sedih, Kirana pasti risih karena kejadian tadi. I am so sorry Kirana.

Kirana masuk ke toko perhiasan.

Dari luar aku lihat sepertinya Kirana mengenal salah satu karyawan di toko itu. Lalu aku masuk. Kirana menepuk bangku yang ada disebelah kirinya, tanda untuk ku supaya duduk disebelahnya. Aku duduk dan diam sembari memperhatikan sekitar. Sedangkan Kirana mulai memainkan handphone nya.

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang