Salah Paham

889 71 1
                                    

Aku masih belum percaya Kirana memintaku untuk jadi pacarnya. Kadang aku masih bertanya pada Kirana apa dia sedang main-main atau sungguhan. Jawabannya selalu sama "Gue serius."

Selama LDR, tidak ada yang membuatku gusar. Karena yang ku tahu Kirana di Surabaya tidak memiliki teman dekat. Sampai akhirnya aku tahu tentang Putri, Gama, dan Nisa. Kirana sama sekali belum pernah menyinggung mereka sebagai teman dekatnya di Surabaya.

Saat aku tahu keberadaan mereka di hidup Kirana, lagi-lagi pikiranku bercabang. Apa yang mereka bicarakan tentangku, apa yang mereka nilai tentangku, apa Kirana akan dipengaruhi mereka.

Aku tidak memperlihatkan anxiety ku ini pada Kirana. Kirana sedang fokus untuk sidangnya, aku tak ingin merusak pikiran Kirana.

Tapi, Kirana menghilang tepat 1 hari sebelum ia sidang skripsi. WhatsApp nya pending. Tidak dapat di hubungi. Oh, mungkin Kirana hanya tidak ingin di ganggu, namun apa salah nya memberi kabar barang satu pesan supaya tidak membuatku khawatir. Malam sebelum Kirana sidang, aku mencoba menghubungi Kirana via telepon. Di jawab, oleh suara perempuan yang bukan suara Kirana.

"Halo..." Kata suara wanita itu.

"Kirana..." Aku sudah mengetahui bahwa itu bukan suara Kirana namun aku tetap menyebut nama Kirana karena itu adalah nomor Kirana yang ku tuju.

"Oh, Kirana udah tidur. Ini siapa ya?"

Seketika kumatikan teleponnya.

Eh...
Itu siapa?
Gak mungkin eyangnya Kirana.
Suaranya masih seperti anak sepantaranku.
Kirana sudah tidur?
Lalu kalau sudah tidur mengapa teleponnya dijawab?
Itu kan handphone Kirana.
Lancang...
Dia bertanya siapa yang menelepon.
Aku tidak menyembunyikan Caller ID ku.
Kenapa?
Kirana tidak menyimpan nomor ku?

Aku mulai gusar. Aku bahkan tak tidur membayangkan jutaan kemungkinan yang Kirana lakukan mengapa ia tidak menghungungi ku.

Sekitar jam 8 pagi, aku dapat notifikasi WhatsApp dari Kirana.

"Angel, doain ya jam 10 aku sidang." Katanya di pesan. Iya, Kirana memanggilku angel, awalnya kami jijik banget menggunakan sebutan "aku-kamu" dan panggilan sayang, sempat jadi bahan lelucon setiap kali kami mencoba menggunakan kata-kata orang pacaran, tapi lama kelamaan kami terbiasa dan aku suka saat Kirana memanggil ku Angel. Kirana tidak menggubris beberapa pesan yang sebelumnya ku kirim. Tapi memang pesannya masih tercentang 1, alias tidak terkirim. Kirana bahkan tak membahas tentang telepon ku semalam.

Aku sedikit tenang pagi itu karena akhirnya aku mendapat pesan dari Kirana, tapi tetap pemikiran bercabangku masih aktif. Aku masih bertanya-tanya apa yang terjadi semalam. Namun aku mengurungkan niat ku untuk mengutarakannya pada Kirana. Aku akan tunggu kabar baik dari Kirana mengenai sidang skripsinya.

"Semangat Love." Balasku.

Aku tertidur setelah beberapa menit membalas pesan dari Kirana. Dan terbangun jam 1 siang karena telepon dari Kirana.

"Iya..." Sapa ku dengan suara yang masih parau karena baru bangun.

"Heh? Baru bangun? Kamu gak ada kelas?"

"KP..." Kata ku singkat.
"Gimana sidangnya!?" Lanjutku saat aku teringat tentang sidang Kirana. Seketika aku tak mengantuk lagi.

"A plus. Hehe..." Jawab Kirana dengan kebiasaan malu-malunya.

"Ahhh, aku lupa, ngapain nanya. Kirana will get perfect grade!" Kata ku lega. Situasi ini tidak sedikitpun menghapus rasa penasaranku tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam.
"Kirana..." Lanjutku.

"Iya?" Respon Kirana.

"Gak jadi." Aku tidak dapat mengutarakan apa yang aku rasakan saat itu.

"Apa?"

"Gak ada..."

"Yaudah nanti lagi aja ceritanya."
"Mau tidur lagi?" Lanjut Kirana.

Aku terdiam sejenak.
"... Aku kangen." Kataku mengalihkan pembicaraan.

"I know you do. Sebentar lagi udahan kok LDRnya." Respon Kirana menenangkanku.

Lalu Kirana menyudahi teleponnya dan akan menghubungiku kembali jika sudah sampai di rumah eyangnya. Aku berbohong pada Kirana, hari itu aku ada kelas tapi aku bolos.

Kirana pulang sama siapa ya?
Perasaan gusarku kembali muncul.

Saat itu aku mulai tidak stabil lagi, sebisa mungkin aku menutupinya dari Kirana. Tapi Bunda lebih khawatir dari diriku sendiri, Bunda langsung bertanya pada Kirana tentang hubungan kami. Dan akhirnya Kirana memintaku untuk mengaku apa yang selalu bikin aku gelisah belakangan ini.

Oh iya, Bunda dengan berat hati membiarkan putrinya berpacaran dengan putri sahabatnya sendiri. Memang, Bunda pernah bilang rela merayu Kirana untuk menerimaku demi kesembuhanku. Tapi, kata-kata Bunda hanya terucap karena Bunda berharap kesembuhanku semata. Aku bertengkar hebat dengan Bunda sampai melibatkan tante Diana.

Aku meminta siapapun supaya merahasiakan pertengkaranku dengan Bunda pada Kirana, aku tak ingin mengacaukan Kirana.

Setelah beberapa kondisi, Bunda terpaksa membiarkanku menjalani hubungan dengan Kirana. Tidak mudah bagiku menjalani hidupku. Seperti semua yang ku inginkan harus berdasarkan perjanjian.

Dan, karena Bunda kepo dan sangat menjadi over protective ke anaknya, Kirana akhirnya mengetahui kalau aku selama ini mengkhawatirkan hubungannya dengan Putri dan yang lainnya. Bisa di bilang aku jealous.

Kalau kamu kenal Kirana, kamu pasti naksir Kirana. Kirana itu idaman.

Kirana meminta maaf padaku karena membuatku khawatir. Padahal aku yang berlebihan, tapi dia yang minta maaf. Rasanya saat itu juga aku ingin memeluk Kirana.

"Maaf ya bikin kamu kepikiran... Mereka cuma temanku disini. And I told you the truth." Kata Kirana merangkum percakapannya.

"Aku yang minta maaf. Karena udah buruk sangka ke kamu."

"Sama-sama deh. Nanti, kalau aku pulang, aku ceritain tentang temen ku ini ya."

Kirana, tepat satu hari sebelum sidang, dosen pembimbingnya meminta menambahkan beberapa teori untuk menyangkal pembahasan di skripsinya. Kirana seharian berada di luar, bahkan sampai malam, membuat Kirana harus menginap di kost Putri. Sesaat setelah mendapat kabar dari dosen pembimbing, handphone Kirana terjatuh dari meja belajarnya, Kirana terburu-buru untuk berangkat kekampus dari Malang. Dan mungkin karena hari itu bad luck nya Kirana, meski hanya terjatuh dari jarak kurang dari dua meter handphone Kirana langsung error tidak bisa dipakai. Hari itu Kirana harus pergi ke beberapa perpustakaan di kampus lain untuk mendapatkan teori teori yang di minta dosennya. Kirana meminta Putri untuk membawa handphone nya ke counter terdekat untuk di reparasi, sementara Kirana meminjam handphone Nisa untuk memesan ojek online dan lain-lain. Handphone Kirana berhasil di sembuhkan, tapi semua data hilang termasuk WhatsApp. Kirana sampai di kost Putri hampir tengah malam, dan keesokan harinya Kirana harus mempersiapkan dirinya untuk sidang, Kirana tidak punya waktu untuk mengurus handphone nya. Begitu kata Kirana.

Disela-sela penjelasannya Kirana bilang "Aku selalu pengen hubungin kamu, tp aku lupa handphone ku rusak. Kamu taukan aku aja gak inget nomor handphone ku sendiri. Aku pinjam handphone Nisa pun cuma untuk pesen ojol aja. Mau buka Instagram gak enak..."

Kirana memang manusia ngga enak an.

Soal telepon yang diangkat Putri, Kirana tidak membahas sama sekali. Masih sedikit mengganjal di hatiku.

Aku ingin memeluk Kirana.

Kecemburuanku tidak habis di Putri saja. Ku dengar, Ratu kembali menghubungi Kirana. Meskipun Kirana sudah menolaknya mentah-mentah, tapi Ratu pasti punya cara lain untuk mendekati Kirana.

***

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang