We are dating

955 80 1
                                    

Hari ini hari terakhir gue di Jakarta.

Nanti sore gue akan kembali ke Surabaya untuk menyelesaikan beberapa tugas, dan akhirnyaaaa sidang. Kira-kira perkuliahan gue akan selesai kurang dari 5 bulan lagi.

Masih galau, akan melanjutkan sekolah atau langsung kerja aja. Kerja pun masih menimbang-nimbang mau kerja di luar atau kerja di negara sendiri. Di sini pun masih bingung mau kerja di Jakarta atau di Surabaya. 😅😅

Being confused like this, is the first time in my whole life... I have someone to take care of. Ya ngga take care of juga sih... Yang gue maksud Kinanti.

Gue jadi agak memberatkan Kinanti ketika gue harus memilih sesuatu yang mungkin akan membuat Kinanti gak betah. Kayak kerja aja, sebenernya gue pengen kuliah lagi atau kerja di luar, tapi gue gak mau ninggalin Kinanti.

I dont want to make her sick.

Kalau kata Putri, gue udah mulai ada perasaan dengan Kinanti.

***

Kemarin, gue pergi antar Kinanti untuk menindik telinganya. Gue merasa Kinanti jadi sedikit jaga jarak. Mungkin dia shock, ngerasa di prank sama gue. Iya, beberapa kali gue mencoba flirting ke dia.

Agak kesulitan buat gue melakukan pendekatan kalau begini, pikir gue saat Kinanti menepis tangan gue yg mencoba menggandeng tangannya.

Rasanya ditolak emang gak enak ya. Sakit tapi gatau dimana sakitnya, gak berdarah pula, ngobatinnya jadi bingung.

Baru sekali. Apalagi berkali-kali kayak yang gue lakuin ke Kinanti.

Saat Kinanti menepis tangan gue, detik itu juga akhirnya gue memutuskan berhenti flirting ke dia. Gue anggap Kinanti emang lagi gak mood menerima rayu an gue. Meskipun sedikit sakit entah di bagian mana.

***

Scene terakhir gue di Jakarta, di Mall, kami memutuskan untuk nonton film di bioskop.

Kinanti duduk di sebelah kanan gue.
Gue menaruh gelas minuman di tengah antara gue dan Kinanti.

Setelah 30 menit film tayang, tangan kiri Kinanti berubah posisi, posisi seperti mau mengambil gelas. Tapi, dia diam gak mengambil gelasnya. Padahal tangannya, sudah memegang gelas nya.

Sekitar 10 menit kemudian, Kinanti minum dan memindah kan gelasnya ke sebelah kanan Kinanti. Lalu minum lagi, dan menaruh lagi di sebelah kiri.

Gue bisa melihat pergerakan Kinanti hanya dengan melirik sedikit kearahnya. Kinanti seperti gak nyaman. Karena dari tadi dia banyak gerak dan kelihatan gak fokus ke filmnya. Sesekali ia mengecek handphone nya, lalu dimasukan kedalam tasnya. Cek lagi, masukin lagi.

Saat Kinanti sudah mulai tenang, gue fokus menonton. Tiba-tiba Kinanti bilang "HP lu bunyi tuh?" Gue secara spontan mengambil handphone gue, yang padahal dalam keadaan silent tanpa getar.

"Perasaan HP udah gue sil..." Kata gue gak melanjutkan kata-kata gue saat gue lihat 5 notifikasi chat dari Kinanti.

Gue menoleh ke arah Kinanti, Kinanti terlihat mematung melihat ke arah screen film. Seperti sengaja tidak ingin gue sampai menegurnya.

 Seperti sengaja tidak ingin gue sampai menegurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu gue tertawa kecil. Mungkin Kinanti mendengar tawa gue, Kinanti bilang "Jangan ketawa!" Nadanya agak kesal tapi berbisik, sembari menoleh ke arah gue dengan wajahnya yang tegang.

"Udah gue balas." Respon gue seraya memasukkan handphone kedalam kantung celana gue.

Dari ujung mata gue, gue melihat kinanti mengecek handphone nya lalu memasukkan kedalam tasnya.

Untuk pertama kali nya, gue merasakan perasaan ini. Sama kayak perasaan sakit waktu di tepis tangannya sama Kinanti, unidentifiable, unexpected, unpredictable. Cuma bedanya ini bikin mau senyum terus, bikin semua jadi berasa positif.

***

Film selesai di sekitar jam 4 sore. Gue dan Kinanti belum mengeluarkan satu katapun setelah gue bilang "Udah gue balas." Seperti biasa kami menunggu hingga beberapa penonton keluar studio, untuk menghindari keramaian.

"Yuk!" Kata gue sembari menoleh ke arah Kinanti. Kinanti mengangguk. Lalu gue berdiri, merapihkan sweater gue, dan menyodorkan tangan kiri gue pada Kinanti yang masih duduk. Kinanti berdiri, meraih tangan kiri gue dengan tangan kanannya sembari tersenyum malu dan tertunduk.

"Kenapa?" Tanya gue sembari berjalan kedepan.

"Ngga. Udah buruan." Jawab Kinanti sembari sedikit mendorong gue dengan tangan kirinya.

Di Jakarta... Atau dimanapun. Beberapa orang akan merubah mode penglihatan mereka ketika mereka melihat dua gadis, satu feminim dan satu tomboy yang bergandengan tangan, dari mode normal menjadi ke mode sinis atau julid atau....... Isi sendiri.

Guys we won't bite you.

Fck them. I was enjoying holding hands with Kinanti.

Sekitar 10 menit kami berjalan menyusuri mall dari bioskop, kami sama-sama diam dan berjalan begitu aja gak tau tujuannya mau kemana. Kalau dari sisi gue, gue terlalu gak fokus karena baru kali ini jalan gandengan tangan dengan perasaan, membuat pikiran gue agak blank.

Di eskalator, Kinanti melepaskan tangan gue dan berdiri di depan gue, satu tangga lebih rendah.

"Oh iya Ran, kapan wisuda?" Tanya Kinanti membalik badannya ke arah gue.

"Kalo sidangnya lancar paling september atau oktober..."

"Oh..." Kinanti kembali membalikkan badan nya kedepan.

"Pulang yuk." Ajak gue yang udah mulai mules karenamakanan tadi siang.

***

Do you think we spent all the night before I go back to Surabaya?

Nope, Kinanti menolak ajakan gue untuk menginap semalam di kamar gue.

Well, I wont push her.

***

Sore ini gue akan diantar Kinanti ke bandara menaiki kereta bandara, hanya berdua.

"Nanti pulang naik taksi aja." Kata gue meminta Kinanti.

"Gue gak mau pulang" Kata Kinanti.

"Lah terus gimana haha"

"Gue mau ikut lu..." Kata Kinanti dengan nada manja sembari memeluk tangan kanan gue.
"Nanti mau S2 dimana? Please jangan jauh-jauh..." Pinta Kinanti melanjuti omongannya.

"Ini sidang aja belum udah ngomongin S2..." Kata gue sembari mengusap kepalanya.

"Lu kan pasti udah plan ini plan itu."

Gue menjelaskan kalau gue mungkin akan langsung cari kerja di Jakarta. Untuk S2, bisa ditunda.

"Gue takut pas lu pergi trus gue kebangun, dan ternyata semuanya cuma mimpi..." Kata Kinanti sangat random.

"Apaan sih? Ngga Nan, ini bukan mimpi. Aneh-aneh aja."

"But, this is what I feel..."

"Yaudah kalo gitu, kalo emang ini mimpi, gue akan bikin lu tidur seperti Princess Aurora..." Kata gue sedikit gombal.

Kinanti is a possessive friend and kind of lovely spoiled girlfriend.

***

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang