Sekitar jam 9 malam aku di Malang, di rumah Eyangnya Kirana, selesai mandi, aku mencari Kirana yang entah dimana. Di rumah yang tidak terlalu besar ini harusnya aku dengan mudah menemukan Kirana.
Kirana meninggalkan handphone nya di kamar.
"Sudah makan nduk?" Tanya Eyangnya Kirana padaku yang masih melingkarkan handuk di leherku. Dengan kacamatanya yang berada di tengah batang hidungnya yang terlihat hampir mau jatuh, beliau duduk di meja makan sembari membaca buku, entah buku apa yang dibaca.
"Belum Eyang, aku mencari Kirana..." Jawab ku dengan kalimat sesopan mungkin.
"Loh iya, putu ku di mana ya." Kata Eyang sembari menutup bukunya dan melepas kacamatanya. Eyang pergi keluar, lewat pintu belakang yang ada di dekat dapur.
Ternyata semua gak ada yang tahu dimana Kirana. Tante Diana dan Chandra kulihat sedang tidur dikamar depan dekat ruang tamu, tadi saat aku mencari Kirana.
Lalu kudengar samar suara Eyang dari luar pintu belakang. Eyang masuk dengan mengusap punggung Kirana yang terlihat seperti baru saja bangun tidur. 'Kirana tidur? Dimana?' Dalam hatiku.
"Ketiduran..." Kata Kirana sedikit tertawa padaku sembari mengucek matanya.
Aku tidak sempat bertanya di mana ia tertidur, karena Eyang terlihat sedikit memarahi Kirana dengan bahasa jawa yang aku kurang ngerti. Yang ku tahu hanya Eyang menyuruh Kirana untuk segera mandi. Lalu Eyang menyuruh ku makan malam. Aku duduk satu meja dengan Eyang yang melanjutkan baca bukunya. Aku sedikit nervous duduk dekat Eyang nya Kirana, karena aku tidak mengerti bahasa jawa. Tapi Eyang diam dan hanya fokus membaca bukunya.
Di suapan terakhirku, Kirana datang mengenakan celana bokser pendek dan baju hitam, menciduk secentong nasi dan beberapa lauk, duduk disebelahku, dengan handuk yang masih di kepalanya.
"Dingin kan!?" Kata Kirana padaku, sedikit menggigil sembari mengunyah suapan pertamanya.
"Awas keselek..." Kataku.
"Aku makan diluar ya Yang." Kata Kirana yang masih mengunyah, sembari berdiri, membawa piringnya dan berjalan menuju pintu belakang.
"Ayok!" Ajak Kirana padaku.Aku menaruh piring kotor ku di washtuffle, dan mengikuti Kirana.
Tiga meter dari pintu, di sebelah kiri, ada tangga kayu yang biasa dipakai abang-abang naik benerin genteng. Kirana berdiri di depan situ dan memberikan piringnya padaku.
"Nih pegang dulu." Katanya.
Kirana naik, sekitar 4-5 anak tangga Kirana mengulirkan tangannya "Sini..." Kirana mengambil piringnya dan menaruh diatas genteng. Lalu ia menjutkan naik. Aku hanya terdiam dibawah dan memperhatikan Kirana naik keatas. Sesampainya Kirana di atas, ia memintaku naik "Ayok sini, bisa gak naiknya? Aku pegangin tangganya nih...".Aku pelan-pelan naik keatas menggunakan tangga kayu itu.
"Bisa ngga? Lemah!" Kata Kirana menggodaku.
Setelah hampir sampai, Kirana menjulurkan tangan kanannya sembari sedikit membungkuk. Aku tertawa dan menepis tangan Kirana "Aku bisa!" Kataku.
Setelah mencapai atap rumah Eyang nya Kirana, aku membersihkan bajuku. Aku terlalu fokus dengan baju putihku yang tersangkut beberapa kayu kecil karena tangganya.
Setelah selesai kubersihkan, aku menghampiri Kirana.
Dan...
Diatas genteng rumah ini ada seperti loteng yang mungkin biasa dipakai jemur atau seledar duduk-duduk.
Aku melihat Kirana duduk di couch yang udah gak baru lagi, ada peti buah yang terbuat dari kayu yang di beri alas kain kecil, yang diatasnya ada beberapa lilin gemes yang membantu sedikit penerangan di atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinanti & Kirana (On Going)
RomanceKinanti & Kirana, 2 Gadis yang ada hanya untuk menjadi teman, bukan pacar apalagi mantan. Kisah ini tentang Kinanti dan Kirana. Kalau terlalu banyak skip, berarti bukan tentang Kinanti atau Kirana ✅ First work ✅ Tidak baku ✅ Typo errors ✅ Antiklimak...