#34 Work Mates

352 45 8
                                    

3 hari setelah kepulangan gue dari Surabaya, gue memulai dunia baru sebagai karyawan di perusahaan yang gak gitu besar.

Saat itu, susah banget cari kerja yang sesuai field gue. Jadi, kerja apapun gue ambil aja dulu. Gue bekerja sebagai general admin, yang sebenernya kerjaan gue ngga spesifik, semacam kerja serabutan tapi di kantor dengan berselimut status ge ne ral ad min 😂 secara gue fresh graduate kan. Jadi gue akan jadi ngangguk girl dulu untuk sebuah pengalaman yang akan jadi batu loncatan gue ini. Karena itulah, gue gak boleh main-main dengan kerjaan pertama gue. First impress of Attitude, skill, personalities are important.

Gue masuk bareng 1 anak baru lainnya_ Cowok namanya Gama. Iya, jadi inget Gama di Surabaya... Tapi ini versi kebalikannya.

***

waktu gue masih di Surabaya, Chandra pernah bilang ke gue, orang-orang di dunia kerja ngga kayak orang-orang di sekolah, mereka bisa aja teman tapi di belakang bukan.

"Apa lagi elu kalo ngga dandan kek cewe!" Kalimat penutup Chandra waktu itu.

Agak kesel sama Chandra, tapi gue sadar diri, ada benernya juga kalimat chandra ini.

***

I tried my best, supaya gue keliatan lebih girly. Karena, gue merasa semenjak gue jadi pacar Kinanti, gue seperti kehilangan jiwa girly gue.

Sigh...

Is it gone or is it just me?

Mulai dari sedikit manjangin rambut, pakai kutek gemas kalau lagi mens, sampai beli kebutuhan kerja yang gemas-gemas juga.

I hope it works.

***

Benar kata Chandra.

Baru masuk aja gue udah bisa lihat kalau orang-orang di tempat kerja gue ini macem-macem. Maksudnya macem-macem itu ada yang gayanya gini, gitu, cara ngomongnya gini, gitu. Baru fisiknya, belum ke sifatnya sih.

And here is the time, Classic sh*t always happened to me.

Pertama kali masuk kantor, mbak Mira__ Sekretaris atasan, kaget karena gue bilang nama gue Kirana "Loh bukan Gama!?" Dengan alis yang agak dikerutkan memastikan kalau gue ngga bohong. Sanking shock nya belau, gue juga sampai kaget.

Ada juga beberapa orang yang berkubu sinis melihat ke arah gue, dan jelas pasti topik mereka adalah "Anak baru butchy, lesbian, tomboy".

Udah biasa.

***

Udah 1 minggu kerja, gue masih belum ada inner circle yang bikin nyaman di kantor. Meskipun gue gak berharap ada inner circle di kantor sih.

Hanya ada 1 orang lama selain mbak Mira yang sering ngomong sama gue namanya Faqih. Selain Faqih, gue juga ngomong sama Gama aja, satu server sama-sama anak baru. Dan atasan gue mbak Mira.

Well, gue jadi lebih nyaman bicara/ nanya sama cowok-cowok dibanding cewek di sini. Gue udah insecure duluan, wajah cewek-cewek di kantor gue jelas banget wajah-wajah yang sinis dengan cewek yang berpenampilan kayak gue. Paling takut kalau dikira crush-ing on them.

Satu-satunya cewek yang bicara ke gue layaknya bicara dengan cewek adalah mbak Mira. Selain karena mbak Mira juga orang yang bertanggung jawab langsung atas kerjaan gue, jadi kadang beliau suka galak judes gimana gitu. That's okay. I like her anyways... Bukan 'like' yang itu yaa. (Please don't tell Kinanti)

Tapi, beberapa minggu kemudian, 1-2 karyawan cewek mulai deket sama gue karena Gama dan Faqih. Dilanjut karyawan dari divisi lain, kantor lain, yang udah mulai bisa bergaul dengan gue.

Itu terjadi begitu aja.
Mungkin karena...
Tak kenal maka tak sayang.

Gue mulai enjoy kerja di situ, meskipun masih ada mata-mata sinis yang memandang gue. IDGAF

...

Udah biasa.

***

Butuh waktu kurang lebih 1 bulan untuk menempatkan diri di perusaan ini. Masuk bulan ke tiga, udah masuk ke masa si AB is my inner circle, si CD bukan.

Di dunia kerja ini lah gue mengerti kenapa orang punya teman itu harus pilih-pilih. Meskipun waktu di kampus gue sempet sendirian, gak punya teman, belum ada tuh kepikiran kalau mereka memilih untuk gak mau jadi teman gue, gue lebih mikirin penampilan gue lah yang bikin gue jadi gak punya temen. You learn who to trust di kantor.

Siapa yang harus dikasih gap, siapa yang harus dihormati. Semuanya masih baru dalam hidup gue.

(Kinanti : dasar emang ngga peka)

***

That was my work life.

This is my love life.

Oh Kinanti. My girl.

Bulan pertama kerja, gue masih kerja bareng dengan ke-posesif-an Kinanti.

Iya, baru kali ini gue merasa Kinanti sangat posesif dan gue cukup keganggu.

Sebenarnya sama seperti saat gue di Surabaya, Kinanti suka curiga dan suka negative thinking ke gue. Tapi gue merasa wajar karena jarak kita yang jauh, jadi gue anggap ke-posesif-an Kinanti sebagai caring actions dan takut kehilangan.

Tapi kali ini, gue merasakan posesif yang sangat luar biasa.

Bener, gue gak nyaman.

Kalau kata Putri tentang ketidaknyamanan gue : "kamu takut Kinanti break the line sampai masuk ke dunia kerja mu, kenalan dgn teman mu, sedangkan kamu lagi build straight image untuk masa depan mu"

Kata-kata Putri ada benarnya.
Oh, gue kadang suka telponan sama Putri kalau di kantor, tapi ngga yang telponan intense, cuma kadang-kadang suka nanya soal kerjaan aja. Semua orang gue tanyain tentang kerjaan, dari mulai nyokap, tante Anggi, semuanya.

"I see, jadi ini posesif Kinanti yang dilihat orang" Kalimat itu selalu muncul setiap Kinanti mencurigai gue.

Now I understand kenapa orang2 bilang Kinanti possessive as fck.

***

My gaydar is getting strong and stronger. I feels my gaydar is vibrating sometimes in my working place too. 🤷🏻‍♀️

I gotta find some sh*t to cover my love life Even though I know, Kinanti won't like this.

***

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang