Bunda ku, the best.

724 67 0
                                    

Tidak mudah menjadi seorang Anggie.

Mengurus dua anaknya seorang diri.

Harus merelakan satu anaknya putus sekolah.

Harus menerima kenyataan bahwa satu anaknya lagi mengalami orientasi seks yang sedikit menyimpang.

Semua jauh dari harapan Anggie yang pernah diucapnya saat sekolah dulu.

"Di, jadi PNS enak kayaknya ya..."
"Di, Nanti gue mau cari suami orang kaya, baik, dan punya anak banyak pokoknya."
"Akan gue ajarin anak-anak gue supaya pinter, sukses, pokoknya yang bisa ngebanggain orang tuanya nanti..."
"Nanti mah abis nikahpun, kayaknya gue gak mau deh jauh dari nyokap... Biar aja nyokap gue ikut kemana aja gue dan suami gue pergi..."
"Hahaha..."

Satu-satunya sahabat yang sangat positif yang kupunya, sampai saat ini.

Setelah lulus SMA, Anggie menikah dengan suaminya karena paksaan orangtuanya. Waktu itu, orang tuanya punya banyak hutang dengan suaminya__ namanya Gusman.

Suami Anggie 10 tahun lebih tua dari Anggie.

Saat itu, siapa yang tidak menginginkan Anggie. Cantik, kemayu, pokoknya positif.

Anggie menolak perjodohan itu dan sempat kabur dari rumah, pergi ke Jakarta menginap di rumah ku. Namun Anggie tidak bisa berbuat apa-apa lagi saat Ibunya, orang yang paling ia sayang memohon untuk menurut dan menikahi Gusman pria yang bukan pria idamannya.

Anggie di bawa tinggal di Aceh dengan suaminya. Tentunya melarang orangtuanya untuk ikut bersamanya.

Anggie menjadi istri yang tidak patuh. Lalai dengan tugasnya sebagai istri. Membuat Gusman selalu marah.

Sampai suatu hari, Anggie memberanikan diri untuk meminta diceraikan. Baru 2 bulan pernikahan mereka, Anggie sudah minta untuk cerai. Gusman sedikit kewalahan dan memohon untuk tidak menceraikannya. Sebagai gantinya, Anggie meminta Gusman agar membiarkannya tinggal di Bogor bersama orangtuanya, dan melanjutkan impiannya untuk kuliah sampai S3.

Sebelum Anggie kembali ke Bogor, Anggie mendapat kabar, bahwa Ibunya, meninggal dunia. Anggie sangat terguncang. Aku sempat hilang kontak dengan Anggie.

Sampai akhirnya aku dapat menghubungi Anggie lagi. Ku dengar Anggie hamil anak pertamanya dengan Gusman. Waktu itu aku sedang sibuk dengan tugas akhirku. Berita Anggie hamil anak pertamanya sangat membuatku bahagia. Bagaimana tidak, sudah lama tak ku dengar kabarnya, sahabat terbaik ku, kini sedang hamil, ditambah lagi kudengar tentang Gusman yang sudah mulai berubah baik dengan Anggie.

Anggie menyelesaikan kuliah sembari membawa-bawa perutnya yang besar itu. Aku salut dengan Anggie.

Anggie lulus dengan IPK yg cukup tinggi dan dengan mudah ia lulus masuk ujian CPNS.

Tak lama Anggie melahirkan Donny anak pertamanya, aku pergi ke Eropa untuk melanjutkan S2 ku. Disitulah aku bertemu suamiku__ Omar.

Anggie melanjutkan kuliah S2 sesuai dengan rencananya__ kuliah sampai tinggi dan jadi PNS. Anggie melanjutkan kuliah sembari bekerja, dan mengurus anaknya di rumah yang dibantu mertuanya, ibu Gusman.

Masa-masa S2 Anggie sangat berat ia lalui, hujatan dari orangtua Gusman tentang istri yang lebih memilih belajar, bekerja, daripada mengurusi keluarganya membuat Anggie sedikit depresi dan menunda S2 nya.

Anggie sangat terpengaruh saat aku kembali ke Indonesia dengan gelar S2 ku. Anggie ingin seprti aku. Anggie bangkit dan melanjutkan S2 nya.

Tak lama setelah Anggie lulus kuliah S2, aku menikah dengan Omar. Tak butuh waktu lama, setelah sebulan kami menikah, aku langsung positif hamil. Disaat yang bersamaan, Anggie juga hamil anak keduanya.

Saat hamil keduanya, Anggie mendapat tugas kerja di Bogor. Anggie pindah dari rumah mertuanya dan tinggal dirumah orangtuanya. Bersama Ayahnya, pengasuh Donny dan asisten rumah tangganya, Anggie menjalani kesehariannya. Gusman jarang pulang saat Anggie hamil besar.

Kami melahirkan anak kami hanya berbeda 1 bulan. Anggie melahirkan dibulan Juni, diberi nama Kinanti. dan aku di akhir bulan Juli. Anak ku kembar, Kirana dan Chandra.

Saat Kinanti baru berumur 7 bulan, Gusman pergi meninggalkan Anggie dan kedua anaknya.

Tidak mudah menjadi Anggie bukan?

Ayah Anggie menikah dengan janda yang umurnya berbeda 10 tahun lebuh muda darinya. Kehadiran ibu tiri Anggie tidak membuat Anggie lega, tapi malah tidak nyaman. Anggie berkali-kali bilang ingin pindah dan tinggal sendiri. Tapi, pekerjaannya, anak-anak nya yang masih kecil, dan beberapa keadaan memaksa Anggie untuk tetap tinggal di Bogor.

Sampai akhirnya Anggie di pindah tugaskan di Jakarta, saat Kinanti berumur 5 tahun. Aku mencarikan tempat tinggal yang layak untuk Anggie dan anak-anak nya. Ya, aku memaksa tetanggaku untuk mengontrakkan rumahnya yang jarang di singgahi itu.

Setelah 6 tahun Anggie tinggal dirumah itu, tetanggaku menjual nya pada Anggie, dan Anggie setuju untuk membelinya.

Sampai sekarang Anggie jadi tetanggaku, sekalikus sabahatku.

Pernah, sekali kami bertengkar, tentunya karena emosi Anggie yang tak stabil. Ini tentang anak-anak kami. Seperti yang sudah diketahui, Kinanti anak Anggie sangat tergila-gila pada Kirana anak ku. Aku tak pernah mengambil pusing tentang itu, hidup anak-anak ku, mereka yang menentukan, aku yang menuntunnya.

Anggie mengira, dengan tampilan Kirana yang sedikit seperti Chandra, Kirana mempengaruhi Kinanti untuk menjadi lesbian. Tapi kenyataannya, Kinanti lah yang selalu memaksa Kirana untuk menjadi pacarnya.

Namun pertengkaran kami berlangsung hanya 3 hari, karena Anggie sedikit kewalahan mengurus Kinanti. Biar bagaimana pun, Anggie butuh support dan masukan dari sahabatnya, Aku.

Akhirnya Anggie memilih untuk berdamai dentan Kinanti dengan beberapa syarat.

Anggie bukan Ibu yang tidak peduli, yang membiarkan anaknya memilih jalan yang tidak sesuai hakekatnya. Namun Anggie hanya tidak ingin kehilangan anaknya. Biar bagaimanapun, Kinanti adalah anaknya.

Sedangkan Donny. Putra pertama Anggie putus sekolah di kelas dua SMA karena beberapa kali terjerat kasus kekerasan antar sekolah.

Meski begitu, kedua anaknya sangat menyayangi Anggie.

Tidak mudah menjadi seorang Anggie.

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang