Bukan ini bukan judul lagu.
I am literally crazy for Kirana.
Sampai Bunda kehabisan akal menangani aku. Akhirnya Bunda membawa ku ke psikiater ternama di Jawa tengah.Jauh ya...
Beberapa bulan sebelum Bunda membawa ku ke psikiater, aku akhirnya jujur pada Kirana, tentang semua perasaan ku, sikap ku, perkataan ku pada Kirana selama ini.
Butuh waktu yang lama supaya Kirana percaya kalau aku tidak sedang melakukan prank ke dia. Ya, karena kami sudah terlalu mainstream di goda tentang kita yang dibilang ada huhungan special.
Pertama kali, saat aku sudah mulai tidak bisa membendung perasaan ku pada Kirana, saat lulus SMA, Kirana akan melanjutkan kuliah di Surabaya. Dan akan pergi ke Korea untuk melakukan student exchange di tahun kedua dan ketiga.
Kirana itu, orang yang Education Oriented. Dia punya cita-cita untuk punya gelar gak cuma tiga. Kalau bisa sampai dia kakek nenek masih belajar. Gak heran, kalau masih SMA aja dia udah terpikirkan mau kuliah dimana dan apa aja yang akan dilakukan.
Surabaya sudah cukup jauh untuk aku terpisah jarak dengan Kirana. Apa lagi Korea. Di tambah, aku bukan travel enthusiast. Jakarta - Bogor saja terasa begitu jauh.
Waktu itu dua hari setelah pengumuman lulus atau tidak di sekolah kami. Aku, Kirana, Bunda dan Tante Diana dengan menaiki mobil yang dikendarai oleh Tante Diana, pergi menuju sekolah untul rapat orang tua murid.
Aku dan Kirana seperti biasa mengobrol di kantin sembari menunggu Bunda dan Tante Diana.
"Kirana..."
Aku berniat untuk menyatakan perasaan ku saat itu. Aku terus mengulang untuk tarik dan buang napas, karena jantungku berdegup dengan cepat. Meskipun Kirana adalah teman dekat ku, tapi rasanya berbeda saat aku akan menyatakan perasaan ku.
Waktu itu, Kirana sedang bermain handphone dan hanya merespon "Hmm?"
Lalu aku diam, aku tidak tahu bagaimana harus memulai. Karena aku terdiam, Kirana langsung mematikan handphone nya dan bertanya pada ku "Kenapa?"
Masih teringat saat itu, jntungku berdegup dengan cepat, dan membuat tingkahku semakin aneh. Ku lihat Kirana. Kirana sudah mulai mengerutkan alisnya, dan bertanya ada apa dengan ku, apa aku sakit atau kenapa. Tapi aku hanya menggelengkan kepalaku dan terus berusaha menenangkan diri.
"Gue... Udah lama sebenernya pengen ngomong ini ke lu sih." Kataku waktu itu.
"Apaan?"
"Gue udah lama suka sama lu..."
Lalu Kirana ketawa, dan aku berusaha menegaskan, aku bilang "I really like you, Kirana."
"Of course you like me, kalau ngga, ya kita ngga berkawan."
Aku sangat tidak terkontrol waktu itu. Aku bicara panjang lebar tentang perasaan yang ada di setiap kata-kata dan perbuatanku selama ini pada Kirana. Aku selalu memperhatikan dia, aku cemburu kalau Kirana dengan dengan wanita lain, ditambah Kirana punya pacar waktu itu.
"Lu halu ya Nan!?" Kata Kirana. Aku hampir menangis menahan perasaan ku waktu itu.
"Ngga, gue serius, Kirana" Kata ku berusaha untuk meyakinkan Kirana.
"..."
"I really like you... I want you to be my lover"
"No... You dont like me that way. We will never be a lover!"
Kirana meninggalkan aku di kantin sendiri. Aku menangis saat itu. Aku sudah salah mengambil keputusan. I lost verything. Aku kehilangan cintaku, dan sahabatku sekaligus, karena keegoisan ku sendiri. Lalu aku pulang ke rumah, naik ojek online. Aku tidak tahu apa yang Kirana bilang pada Bunda saat aku pulang sendiri waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinanti & Kirana (On Going)
RomanceKinanti & Kirana, 2 Gadis yang ada hanya untuk menjadi teman, bukan pacar apalagi mantan. Kisah ini tentang Kinanti dan Kirana. Kalau terlalu banyak skip, berarti bukan tentang Kinanti atau Kirana ✅ First work ✅ Tidak baku ✅ Typo errors ✅ Antiklimak...