#28

779 56 2
                                    

Baru kali ini gue canggung tidur bareng Kinanti. Karena ini pertama kalinya gue tidur bareng dengan status yang beda.

Berkali-kali gue menarik napas panjang hanya untuk menghilangkan perasaan entah apa sebutannya, yang pasti perasaan yang bikin jantung dheg-dheg an.

Meskipun Kinanti bilang sorry siang tadi, gue yakin deep down inside, dia masih belum bisa berdamai dengan gue.

"Emang... Aku posesif banget apa ya?" Kata Kinanti yang tidur membelakangi gue.

Belum sempat gue jawab, Kinanti bangun. Duduk, dan menekuk lututnya.

"Gue sebenernya gak pengen marah marah terus..." Kata Kinanti.

Lalu gue juga mulai duduk, nyender ditembok dan meluruskan kaki gue, "...ya gue juga sebenernya gak mau bikin lu kesel terus..."

"... Kenapa lagi sih? Ada apa?" Tanya gue.

Terjadi percakapan yang cukup intense antara gue dan Kinanti. Udah cukup lama gue gak debat dengan Kinanti. Membuat gue sedikit kehabisan kata-kata.

"Tadi pagi gue liat chat Putri ke lu... Bukannya gue kepo!"

"... Iya. Emang gue sengaja gak nutupin notif... Ternyata salah juga..."

Kinanti terlihat kesal, ia menoleh kearah gue dengan alisnya yang sedikit tegang, tapi gak menatap gue, "Gue gak masalah lu mau chat sama siapa aja..."

"I know... Gue juga cuma bermaksud mau terbuka sama lu."

"Ya lu mau nutupin juga terserah... Asal jangan ketahuan gue. Yang gue masalahin tuh kenapa Putri ngasih julukan gue kayak gitu... Udah tulisannya salah! Kesel banget gue bacanya!" Kata Kinanti yang bikin gue terdiam. Karena gue sendiri bingung kenapa Putri bisa bilang Kinanti posesif. Gue juga sedikit cemas, terlalu banyak hal yang gue bicarain dengan Putri, Nisa, Eno, dan Gama, gue khawatir gue sendiri yang bikin Putri bilang kalau Kinanti posesif.

"Putri tuh belom kenal sama gue. Kok bisa dia kasih julukan posesif ke gue... Kalau bukan lu yang cerita ke dia!?" Lanjut Kinanti dengan nada yang flat tidak membentak yang justru membuat gue semakin takut untuk menjawab 'I didn't say anything'.

Sembari mendengarkan omelan Kinanti, gue mengingat-ingat apa yang bikin Putri bilang Kinanti posesif.
Apa gara-gara gue?

People told me, kalau Kinanti adalah teman yang posesif. Tapi gue, sama sekali gak terpikirkan untuk bilang Kinanti itu posesif. Jadi, kayak es batu, lu gak bisa ngatain dia dingin, karena emang es batu itu dingin. For me, Kinanti is Kinanti...

"... Lu bales apa tadi tuh si Putri Indosat?"

"Gak gue bales..." Jawab gue singkat.

"Bales lah! Bilang apa gitu! Benerin kek tuh ejaannya... Apa kek!" Said jealous Kinanti.

"Iya ini gue bales ya..." Gue membalas chat Putri dengan memperlihatkan handphone gue pada Kinanti.

"Gercep banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gercep banget..." Kata Kinanti setelah melihat balasan Putri yang hanya sebentar.

"Itu pesan apaan dihapus?" Tanya Kinanti.

"Gatau, belom sempet baca."

"Belom sempet baca tapi dibales..."

Shit, salah ngomong. Ya emang gue gak sempet baca semua pesan Putri yang dihapus itu. Tapi, kata-kata awalnya aja udah bikin gue insecure, sampai gue balas 'she is with me now'

"Dia bilang ngapain punya pacar kalo gue ada lu, Nisa, Gama trus apa gitu gak sempet baca langsung dihapus..." Lanjut gue sedikit berbohong.

"Aneh..."
"Bales tuhh... Udah gercep gitu dia bales nya..."

"Udahlah... biarin aja." Gue menaruh handphone dan mulai menenangkan Kinanti.

Tangan kiri gue meraih pinggang kinanti, tangan yang lain menyentuh pipi Kinanti, tapi Kinanti mengelak.

Gue terus mencoba menyentuk Kinanti, sampai akhirnya penolakan Kinanti mulai melemah. Dan gue mulai memeluk Kinanti.

"... Ihh Kirana..." Kata Kinanti dengan nada yang agak manja sambil mendorong gue.

Gue tetap mencoba memeluk Kinanti, sembari membisikkan kalimat "I miss you" Dengan sedikit tawa. Lalu Kinanti mulai menerima pelukan gue dan kami tertawa kecil bersama.

"I miss you too..." Kata Kinanti seraya mencium bibir gue.

"... Mimisan lagi gak nih..." Goda gue.

"Ngga..." Jawab Kinanti sembari tertawa.

Setelah itu... Gue dan Kinanti.........

Isi sendiri~

***

Sampai saat ini gue masih belum bisa menjelaskan apa yang kami lakuin malam itu.

Kami tidur dengan posisi terbalik, kepala Kinanti di kaki gue, begitu juga gue sebaliknya.
... Bukan karena apa-apa, tapi karena kita sadar kasurnya terlalu sempit untuk tidur berdua.

***

Malam itu, sebelum kami tertidur, gue dapat ajakan jalan di Surabaya dari Nisa. Sedikit terjadi perdebatan antara gue dan Kinanti. Tapi, gue bisa atasi dan Kinanti akhirnya mau pergi bareng teman-teman gue.

Besoknya, kami pagi-pagi sekali mulai berangkat dari Batu ke Malang. Siangnya gue dan Kinanti menuju Surabaya dengan mobil diantar Chandra.

Sambil menunggu Nisa dan yang lainnya, gue mengajak Kinanti jajan. Kami pergi ke Mall kawasan Surabaya Barat. Mallnya cukup ramai, membuat Kinanti sedikit menjaga jaraknya dengan gue.

Beberapa menit sebelum jam yang dijanjikan Nisa, dan yang lainnya, Kinanti pergi ke toilet, dan kembali dengan wajah yang sangat riang.

"Ran!" Ucap Kinanti sembari sedikit berlari kearah gue sambil menjulurkan hanphone gue.

"Kenapa?" Tanya gue agai bingung.

"Alex lagi di Surabaya!" Kata Kinanti yang semakin membuat gue bingung. Alex? Mantanmu? Dalam hati gue.

Setelah Kinanti memberikan handphone gue, gue baru sadar Alex yang dia maksud adalah Alex teman SMA kita.

"Kok dia neleponnya ke kamu ya bukan ke aku..." Kata Kinanti sedikit menunjukan ke-posesifannya.

"Kan dia taunya yang lagi di Surabaya aku..." Jawab gue sembari membalas chat dari Alex.

"Tadi Alex nelepon......" Belum dilanjut Kinanti, Gama menepuk punggung Kinanti, Gama datang hanya dengan Eno.

"... Eh! Gama!" Kata Kinanti sedikit terkejut memutus pembicaraan.

"Nisa mana?" Tanya gue.

Tak lama Nisa dan Putri datang, Dari arah toilet yang Kinanti datangi tadi.

"Aku pengen nonton ini!" Kata Nisa tanpa basa basi, sambil memperlihatkan handphone nya.

Lalu kami berjalan menuju teater untuk membeli tiket. Gama, Kinanti, dan Eno jalan di depan, terlihat seru membicarakan sesuatu, Nisa sibuk dengan handphonenya, katanya lagi janjian sama kurir dan ibu kost. Sedangkan gue jalan di belakang bersama Putri.

Hari itu terasa normal, kecuali, Putri.

Mungkin gue belum pernah lihat sisi Putri yang ini, atau memang Putri sedang badmood karena PMS. Who knows.

***

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang