Bagian 2-Abstrak

889 153 13
                                    

Bagi saya, kematian bukan lagi gagasan abstrak. Segala bayangan mengenai kematian yang saya ketahui begitu jelas, mulai dari bentuk dan suaranya, bahkan aromanya-Aldebaran

Play on music Bts- The truth Untold

Maaf kalau banyak typo, selamat membaca, jangan lupa bahagia......

Aldebaran mengemudikan Mobilnya dengan kecepatan tinggi, dalam hatinya berharap agar Hujan turun setelah ia sampai di apartemennya, bahkan ia mengabaikan panggilan masuk di ponselnya, Aldebaran hanya fokus mengemudikan mobilnya tujuanya agar ia segera sampai, kali ini untuk hari ini ia ingin terbebas dari sedikit belenggu rasa sakit. "jangan sekarang" gumamnya sembari menatap Awan yang sebentar lagi akan mengalirkan bulir air yang menurut Aldebaran begitu menakutkan dan menyeramkan, di balik sosoknya yang tidak takut pada siapapun ia hanya takut kepada dua yaitu hujan dan yang menciptakannya

Akhirnya setelah berkutat dengan rasa cemas yang membelenggunya, Aldebaran sudah sampai di apartemennya, setelah menutup pintu ia sejenak berdiri menatap ruangan yang begitu sepi, nuasa putih yang harusnya penuh dengan keceriaan tapi tidak untuk Aldebaran, terkadang ia akan menghabiskan waktunya sampai malam di kantor dan ia pulang ke apartemen hanya untuk tidur, ia ingin menyibukan diri dengan begitu ia tidak merasa sepi
Netranya memandang sebuah figura foto yang tertempel di dinding dengan rapih, di tempat itu ada foto foto orang yang di sayanginya, Aldebaran menyayangi mereka tetapi tidak tau dengan mereka karena yang ia tau mereka membencinya, "Memang apa yang kita anggap baik belum tentu baik juga untuk orang lain" ucap Aldebaran pada dirinya sendiri, semenjak tinggal sendiri ia lebih benyak memendam.

"gimana kabar kalian berdua? Semoga di atas sana kalian nggak bertengkar lagi ya, semoga di atas sana kalian bahagia" ucap Aldebaran ketika menatap foto Roy dan juga elsa

Kemudian pandanganya beralih"Aku pikir kalian akan berada di pihakku, tapi nyatanya kalian sama aja, kalian apa kabar, aku kangen" ucap Aldebaran mengabil foto itu dan di balik gambar foto itu adalah kedua orang tuanya, orang yang begitu ia rindukan. "Aku sakit Mah, pah"

"Apa ketika aku menceritakan semuanya, kalian akan sayang sama aku?" Tanya Aldebaran, tapi ia tidak punya keberanian untuk mengatakan semuanya, ia tidak mau mendapatkasih sayang karena rasa belas kasian karena mengetahui anaknya sekarat


Aldebaran bergegas munjuk kamar, melakukan hal yang biasanya ia lakukan, ketika hujan turun ia akan memilih untuk tidur dengan begitu ia tidak akan merasakan sakit, Aldebaran memilih untuk selalu lari dari ketakutan, hujan dan bayangan akan kecelakaan hari itu selalu menghantui dirinya, dulu ia berfikir kalau pada akhirnya ia yang di benci harusnya dulu dia yang mati, tapi sekali lagi Aldebaran selalu menerima apapun yang Tuhan berikan

Satu hal mungkin yang tidak Aldabaran terima, yaitu di saat dulu ketika keadaanya sedang hancur berat kedua orang tuanya malah ingin menaruh Aldabaran dirumah sakit jiwa, hari itu Aldabaran hancur dan disini lah dia sekarang ia lebih memilih untuk hidup sendiri, setidaknya ketika tidak ada orang yang percaya pada dirinya ia masih punya diri sendiri yang bisa di ajak percaya, ia tidak tahu kapan waktunya tapi ia yakin suatu saat akan datang bahagia, walupun di satu detik terakhir hidupnya itu tidak masalah.

Aldebaran membaringkan tubuhnya di atas ranjang, di saat ketika air matanya akan turun Aldebaran lebih memilih untuk memejamkan matanya, sembari menghela nafas untuk mengurangi rasa sesaknya menghilangkan segala tangis yang akan keluar, dia malu terlihat lemah di hadapan dirinya sendiri.

Diluar hujan turun dengan begitu deras, dengan suara petir yang terdengar jelas, sedangkan kilat cahanya begitu terang, apartemen Aldebaran pun mulai gelap karena yang punya tempat sebelum tidur lupa untuk menghidupkan lampu, tidur adalah salah satu caranya untuk sejenak lari dari realita yang membelenggunya

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang