Penjelasan Andin 1

606 113 12
                                    


Play on music Feby Putri - Liar Angin

Malam ini saya sedang berada disudut ruangan tempat biasanya saya menuangkan segala bentuk tulisan, Baru saja saya menghidupkan layar laptop, diluar sedang hujan, kalau kalian tanya dimana Aldebaran? tenang dia sedang tertidur bersama jagoan kecilnya, seketika pandangan saya beralih menatap seseorang yang tertidur lelap sedangkan disampingnya ada sosok kecil yang sama sama sedang terlelap, semenjak kehadiran sikecil wajah laki laki itu sedikit tenang kala hujan datang, dari jauh saya bisa melihat bentuk wajahnya yang begitu karismatik, yang membuat saya tidak pernah bosan setiap kali menatapnya, seketika sebuah kalimat "Tuhan itu baik," meluncur dari bibir saya, kemudian seketika saya tersenyum.

Saya tidak pernah menyangka kalau saya bisa hidup dengan laki-laki itu, Saya kira malam itu Tuhan benar benar tidak mengizinkannya untuk bahagia, tapi nyatanya di balik tragedi berdarah itu, dibalik riuhnya tangis yang menghujan seluruh semesta, nyatanya laki laki itu masih mau untuk kuat, Aldebaran, ketika hari itu aku kira ia akan kembali ke tempatnya berasal yaitu langit, dimana ia memilih menjadi cahayanya paling terang di atas sana, nyatanya di balik luka lebamnya ia masih mau bertahan, ia masih mau menjadi penerang di bumi dengan tanah sebagai pijakannya.

Malam itu ketika Napasnya terdengar lirih, ketika dengan yakin kalau dia pulang, tanpa berfikir panjang saya ingin menyusulnya dengan berlari menuju laut, berharap air laut dapat membawa saya kepada sosok laki laki yang menjadi belahan jiwa saya, tapi ketiak saya sudah bersiap untuk berlari tiba tiba sebuah genggaman tangan yang hangat menggenggam saya dengan ringkih dengan nafas yang begitu pelan, seketika detik itu di balik tidak kuasanya saya menahan tangis, saya membisikan sebuah kalimat egois kepadanya "Tolong jangan pergi, bahagia aku ada sama kamu," Kalimat itu yg dengan egosinya keluar dari bibir mungil saya.

Seketika laki laki yang sedang sekarat dihadapan saya itu mengeluarkan air matanya dengan begitu lemah, barangkali mungkin malam ini Aldebaran memang benar benar pulang, tapi ketika dengan egoisnya saya meminta, Aldebaran dengan beraninya mengiyakan dengan anggukan yang begitu lirih, dengan semilir angin yang Andin kira itu mengiringi duka dari lara yang mengangga ternyata itu adalah titik balik dimana Tuhan juga setuju dengan apa yang mejadi keputusan Aldebaran.

Malam itu suara sirine begitu terdengar, dalam mobil saya menggenggam tangan Aldebaran dengan, ketika saya menulis ini itu artinya saya kembali harus mengingat peristiwa yang membuat saya kelewat takut, barangkali waktu itu jika digambarkan nafas Aldebaran hanya tinggal seujung kuku, saya tau pasti itu kelewat menyakitinya, malam itu tidak ada yang bisa saya bantu selain menggenggam tangannya sembari dalam hati ada lantunan doa yang saya panjatkan berharap kalau Tuhan masih mau untuk membantu Adebaran bertahan, Malam itu tidak ada yang saya fikirkan selain Aldebaran, saya bertekad bintang saya tidak boleh redup.

Setelah sampai dirumah sakit, saya kira semuanya selesai tapi nyatanya Tuhan masih mau menguji kesabaran ciptaannya, Aldebaran dinyatakan Koma, seketika pertahanan saya hancur, saya tertunduk lemas dilantai dengan tangis yang nyatanya tidak bisa mengurangi rasa sakitnya sama sekali, satu jam kemudian saya diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan segala alat medis, penopang hidup Aldebaran.

Mata saya tak kuasa menahan tangis, sedangkan langkah pun saya seret setengah mati, kemudian yang saya lihat adalah tubuh Aldebaran yang terbujur kaku hanya ada suara mesin EKG yang memecah keheningan, hati saya hancur, rasanya saya tidak tega dan tidak kuasa, dengan lembutnya saya membelai pucuk kepalanya, kalian tau apa kata yang pertama kali saya ucapkan? "Mas Bintang," itu kata yang saya ucapakan sembari menahan tangis mati matian.

Malam itu saya kelewat hancur, saya terus membelainya "Kamu capek ya?," tanya Andin dengan begitu lirih "Kalau kamu capek kamu boleh pulang Al," pertahanan saya runtuh suara tangis itu menggema disegala penjuru ruangan "Kalau ikhlas aku, bisa membuat kamu nggak sakit lagi, akan aku lakukan,"

Kemudian Andin menunduk "Tapai kalau bisa aku mohon barangkali sisa harapan itu tinggal satu titik, aku mohon kamu harus tetap menggunakannya, aku nggak bisa tanpa kamu,"

"Tapi ketika satu titik itu justru membuat kamu kelewat sakit, kamu boleh pergi Al," Malam itu saya mengatakan kalimat yang beranggapan kalau saya ikhlas, tapi nyatanya itu kalmat yang saya gunakan suapa Aldebaran tetap tinggal.

Didepan laptop pipi saya sudah basah akibat tangis, setiap kali mengingat peristiwa itu membuat saya ingin lari sejauh jauhnya, karena bayangan akan kehilangan Aldebaran begitu jelas untuk saya, satu minggu Aldebaran belum juga sadarkan diri, hal itu membuat saya kelewat frustai, waktu berjalan begitu lambat, sampai pada suatu sore saya mendengar kalau Riky mengalami kecelakaan, dan yang membuat saya tercengan adalah Riky menuliskan sebuah surat untuk mendonorkan ginjalnya pada Aldebaran.

Saya tidak tau hari itu harus mengatakan apa, tapi orang orang meyakinkan saya kalau ini adalah rencana Tuhan, jadi saya mencoba untuk bersyukur dan menerima dengan segala hal yang watu itu terjadi, dua hari kemudian tepat di hari ulang tahun saya Aldebaran membuka mata, kalian tau apa yang pertama kali laki laki itu ucapkan ketika membuka mata? "Selamat ulang tahun Andin," ucapnya dengan suara parau dengan nafas begitu pelan, Hari itu saya membekap mulut saya dengan tangis bahagia yang keluar dengan begitu lantang, seketika saya berkata pada Tuhan "Tuhan, ini adalah hadiah terbaik, Terima kasih," Bahkan disaat laki laki itu sekaratpun ia masih mengingat ulang tahun saya.

Pasti kalian bingung kenapa pada akhirnya dalam cerita yang saya Tulis saya memilih akhirnya yang menyedihkan kan? bukankah segala yang ada didunia ini memiliki banyak variabel? kalan tau kan konsep hidup bahwa segala hal yang kita inginkan nggak selamanya bakal terwujud, Pada akhirnya Saya hanya ingin mereka yang ada dibuku Tau untuk tinda menyia nyikan seseorang, didunai ini segala hal yang terjadi bisa dinilai dari berbagi sudut pandang, Aldebaran tidak salah tapi seketika satu dunia menganggapnya bersalah, padahal dalam takdir itu ia hanya ada didalam mobil yang sama, Mungkin waktu Tuhan sedang mengundi takdir Aldebaran ikut masuh ke dalam ruang itu, sehingga ia menjadi pihak yang disalahkan.

Dalam buku itu saya ingin mereka yang menyelahkan tau kalau Aldebaran memang tidak bersalah, karena saya tau laki laki itu kelewat irit untuk berbicara apalagi mengungkapkan apa isi hatinya, jadi memilih untuk Aldebaran pergi adalah keputusan saya, supaya yang membaca tau kalau jangan menghakimi manusia sekalipun dia salah, atau bahkan jangan menelan satu hal secara mentah mentah, karena kehilangan yang paling menyakitkan adalah perihal kematian.

Kan Malam ini mata saya jadi sembab, kalia sih, kemudian saya memuntuskan untuk berjalan ke arah jendela, memandang hujan yang masih betah menyirami Bumi, hingga beberapa saat kemudian ada tangan yang tiba tiba melingkar diperut saya, kemudian saya tersenyum sembari memejamkan mata "Di luar hujan sayang,"

"Kenapa?,"ucapnya dengan suara berat

"Aku tidak mau kamu ketakutan,"

"Selama sama kamu, saya nggak pernah takut,"

"Besok jadi ke dokter kan?,"

"Sama kamu?,"

Saya tersenyum kemudian medongak ke arah lelaki saya "Harus,"

Laki laki itu dengan lembut mencium kening saya "I Love You," ucap saya tapi laki laki yang kelewat gengsi itu hanya menjabanya sambil tersenyum "Jawab dong," ucap saya memaksa

"Iya Love you too," dekapan pelukan itu semakin erat membuat saya selalu nyaman.

Semenjak peristiwa itu Aldebaran masih harus sering bolak balik rumah sakit, apalagi ke psikisernya, nyatanya di balik kuatnya dia waktu itu, menumbuhkan luka yang mengangga, saya membalikan badan saya kemudian memeluknya dengan erat "setelah malam itu aku kira aku nggak bisa peluk kamu lagi, tapi nyatanya Tuhan baik,"

Segitu dulu cerita saya, kapan kapan saya lanjut lagi, Ada salam dari Aldebaran suami saya, katanya terima kasih sudah mau membaca cerita istri saya.

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang