Saya nggak tau pada akhirnya kita akan saling mengucapkan selamat datang atau justru selama tinggal-
AldebaranPlay On music kunto aji-Pilu membiru
Maaf kalau nggak nge feel, soalnya ini ngetik sangat kilat
Hujan masih enggan untuk Reda,bahkan kali ini datang bersama dengan Angin, malam semakin gelap, suasana semakin sunyi, Aldebaran dan Angga masih terkapar dengan luka lebam disekujur tubuh, keduanya sama sama membawa luka, hingga Alam semsta berusaha membangunkan mereka dengan hujan yang semakin deras tapi mereka masih enggan untuk membuka mata, Suasana begitu memilukan keduanya sama sama tidak sadar dengan membawa kaset rusak yang terus berputar tanpa ujung, Bahkan untuk hari ini sejauh apapaun Aldebaran untuk menghindar dari Hujan tapi sepertinya Tuhan bersikeras untuk Aldebaran kembali mengenal hujan, hujan dan kesakitanya.
Sampai suatu ketika datang seorang laki laki yang terkejut ketika melihat dua orang sudah tidak berdaya, lagi lagi semesta masing mebiarkan mereka terkungkung dalam gelombang kesakitan, seketika pria itu langusung menjatuhkan payungnya dan berlari menuju ke arah Aldebaran dan Angga, tidak peduli ketika hujan membasahi tubuhnya, karena mana mungkin hidup tidak pernah terkana hujan, nafasnya tersengah sengah, ia kemudian berlari dengan perasaan begitu takut, takut kalau satu detik berikutnya Tuhan membuat dirinya Hancur, karena ia tau waktu tidak mengenal kata nanti.
Laki laki tersebut berlari seperti orang Gila, sampai satu waktu orang pertama yang langsung ia dekati adalah Aldebaran, "GILA KALIAN BERDUA!," Teriak Dika, laki laki itu adalah Dika, ia berterika frustasi dengan perasaan begitu campuar aduk tapi ketakutan lebih besar menyelimuti dirinya. "AL JANGAN TINGGALIN GUE!," Dalam nestapa sendu dan memilukan sebuah harapan terucap pada bait rintik yang bersemayam dalam langit, malam ini bumi mejadi tempat paling pilu untuk mereka lalui.
Malam ini Dika ingin menyumpah serapah semesta dari banyaknya manusia dibumi kenapa harus selalu Aldebaran, kenapa harus selalu dia yang di beban begitu berat, Aldebaran kuat tapi tidak sekuat itu, Aldebaran juga manusia yang juga bisa merasa lelah, kenapa setiap yang berhubungan dengan Aldebaran selalu dibebankan padanya.
Dika seperti orang kesurupan ia tidak tau harus berbuat apa ketika melihat dua orang dipenuhi dengan luka lebam, Dika tidak mungkin membawanya dengan mobilnya, Dika semakin fruasti dirinya marah tapi diluputi dengan ketakutan, bahkan dirinya seperti orangyang kehilangan arah, belum lagi hujan yang semakin deras 'ARGH!, BANGSAT!," Teriak Dika frustasi, Menyumpah serapah semesta, kemudian ia bersimpu dihadapan Aldebaran, dengan tangis yang semakin tersedu-sedu. "AL!," Terika Dika, malam ini ia takut, ia takut kalau Aldebaran meninggalkanya, Dika kembali berdiri kemudian berjalan kesana kemari sembari mengacak acak rambutnya, ia mulai berfikir, sampai satu ketika ia langsung menelfon ambulan.
Dengan tangan yang bergetar dengan perasaan yan begitu campur aduk Dika mengambil ponselnya di saku celana, kemudian menelfon pihak rumah sakit tempatnya bekerja, dibalik air hujan itu Dika mengambil kesempatan untuk menangis, melihat wajah Aldebaran babak belur kembali membuat Dika hancur, Dika teringat kalau Aldebaran takut dengan hujan, kemudian dengan tenagaa yang ia punya ia mecoba menggendong Aldebaran untuk mencari tempat berteduh, sekuat tengana ia menggendong Aldebaran yang tubuhnya sudah tidak berdaya.
Sebelum itu Dika harus memeriksa nafas Aldebaran, ia bersimpu dihadapan Aldebaran mengambil tangan Aldebaran, beberapa menit kemudian Tangis Dika semakin kencang "Tolo bertahan, jangan dulu pergi, Al gue tau dunia ini kejam tapi walaupun begitu dunia ini selalu memberikan harapan," ucap Dika lirih, Nafas Aldebaran semakin melemah, saat seperti ini Dika merasa gagal menjadi seorang dokter, Dika merasa dirinya tidak berguna karena tidak bisa berbuat apa apa untuk menolong Aldebaran, tapi kemudian Dika mecoba tenang, mecoba menarik nafasnya di sela sela rasa sakit yang membelenggu dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅
FanfictionKarena ketika Saya tersenyum setelah itu Dunia saya akan Hancur