Bagian 16-Aldebaran dan Dika

612 123 10
                                    

Play Music On Betrand Peto&Anneth -Sahabat tak akan pergi

Apa rasa sakit yang dia rasakan sama seperti apa yang gue rasakan? kalau ia gue pengin peluk dia-Dika

Malam ini Entah apa yang ada dipikiran Dika, ia kembali memutuskan untuk menginap diapartemenya, padahal sejujurunya ia juga merasa begitu lelah karena hari ini pekerjaanya cukup banyak, tapi entah kenapa kakinya seperti berat untuk melangkah pergi, suasana apartemen Aldebaran sudah sepi, bahkan ada beberapa lampu yang sudah dimatikan, sejenak Dika menghela nafas panjang, ia sedang duduk disofa sembari memijat pelipisnya, rasanya setiap ada disini ia bisa merasakan betapa kesepianya Aldebaran.

Sore tadi sewaktu melihat Aldebaran terkapar tidak berdaya Dika menyalahkan dirinya sendiri, harusnya ia tidak membirkan Aldebaran sendiri, harusnya ia tetap menemani Aldebaran, dengan begitu ia tidak kembali babak belur, Dika mengepalkan kedua tanganya ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk menghabisi Riky dan mengukap semua kebenaranya, jika pada akhirnya keluarga Aldebaran masih sangat membeci Aldebatan, Dika ingin membawanya tinggal diluar negri.

Sebenarnya Dika sudah lama harus kembali ke tempat kelahiranya yaitu Amerika, Orang tuanya sudah lama memintanya untuk pulang, tapi lagi lagi ia seperti punya tanggung jawab, ia tidak tega meninggalkan Aldebaran sendirian, pada titik ini ada langkah yang sepertinya untuk ia ajak berjalan, ia seperti punya tanggung jawab untuk menemani Aldebaran, Awalnya Aldebaran hanya sebatas pasien untuknya tapi beberapa lama kemudian Aldebaran sudah seperti adik baginya.

Adik dika Dika yang berjenis kelamin laki laki sekaligus adik satu satunya meninggal dunia, dan entah kenapa setiap Melihat Aldebaran, ia selalu teringat dengan adiknya, wajahnya sedikit mirip dengan Aldebaran, setiap kali mengingat Adiknya yang meninggal karena sakit membuat dada Dika menjadi sesak, Dika beranjak dari posisinya kemudian berjalan menuju kamar Aldebaran, ia membka pintu kamar Aldebaran dengan begitu pelan, ia menghela nafas lega ketika melihat Aldebaran sedangn tertidur pulas.

Kemudian langkahnya berjalan menuju balkon, mnegabil rokok dari saku calananya, ia tidak terlalu suka rokok tapi disaat kondisinya sedang tidak baik rokok adalah solusi terbaik baginya, ia menyalakanya dengan pemantik api dan seketika kepulan asap melayang ke udara, sektika juga dadanya menjadi menghangat.

Ia menatap ke atas langit, malam ini langit tampak sepi, bintang sepertinya malu untuk menampakan diri, udara diluar cukup dingin bahkan pembatas balkon pun masih terdapat cipratan air hujan, walaupun begitu udara malam ini begitu sejuk, tanpa sepengetahuan Aldebaran Dika sedang mengupayakan supaya Aldebaran bisa mendapatkan ginjal yang cocok, tidak ada niat apapun selain ingin Aldebaran sembuh, Dika tau betul bahwa Aldebaran memang begitu kesakitan

Ketika pandanganya sedang menelisik ke udara tiba tiba tangan seseorang menepuk pundaknya hingga membuat dirinya kaget, ia segera membalikan badanya "Kok bangun?,"

"Ngapain disini?," Tanya laki laki dengan suara berat yang tak lain adalah Aldebaran.

"Lo harus istirahat Al," ucap Dika memberi tahu

"Udah mendingan gue," Kemudian Aldebaran mengambil rokok yang berada diatas meja dan tanpa ragu langsung menyalakanya, Dika hanya bisa bergleng geleng kepala "Lo bisa nggak sih jaga kesehatan lo sendiri,"

"Gue udah menjaga kok, tapi hidup hanya sekali pada akhirnya semua juga akan mati kan Dik?,"

Pada Akhirnya Dika akan selalu diam dengan ucapan itu, Dika akan memilih bungkam, karena mau bagaimanapun Dika akan selalu kalah ketika beradu argument dengan Aldebaran, keduanya sama sama memegang Rokok, Sama sama berdiri diujung balkon, kemudian mereka sama sama diam tidak ada obrolan, hanya asap rokok yang menjuntai ke udara, wajah Aldebaran masih tampak memar.

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang