Kala itu disaat semua orang menganggap kalau saya rumit Cuma dia satu satunya orang yang menerima saya dengan begitu sederhana, dia perempuan yang secara langsung mau menerima saya, mau mendengarkan saya, iya malam itu dimana saya mampu untuk menceritakan segalanya, entah setan apa yang masuk ke dalam diri saya sehingga dengan beraninya saya mampu menceritakan luka yang selama ini saya genggam, saya tidak akan pernah lupa dengan malam itu, malam dimana saya kelewat berani untuk membagi beban, malam dimana saya berani untuk membagi segala kerumitan hidup saya
Karena mungkin ketika malam itu Andin tidak datang mungkin satu hal yang saya inginkan diam diam akan saya lakukan, malam itu setelah pulang dari rumah sakit, saya ingin semuanya selesai, malam itu saya ingin egois dengan pulang, meninggalkan banyak hal yang belum diselesaikan, Tapi karena mungkin Tuhan belum mengizinkan saya pulang akhirnya Tuhan mengirimkan Andin, Bagi saya Andin adalah segala hal yang membuat saya tenang.
Butuh keberanian untuk saya bisa menceritakan semuanya, karena setelah itu mungkin kehidupan Andin akan berubah, dan benar saja, tangis adalah hal utama yang membuat saya hancur, keadaan saya yang sekarat membuat Andin sering hancur, terkadang saya ingin protes pada semesta karena memberikan kehiduapan yang kelewat mustahil untuk saya lalui, keluarga yang harusnya menjadi pelipur lara malah menjadi sumber duka, diri sendiri yang harusnya menjadi orang yang di percaya malam menjadi orang yang paling dibenci.
Semenjak pindah di apartemen saya selalu merayakan ulang tahun sendiri tidak ada tawa bahagia dengan gemuruh riuh para keluarga yang ada hanya lilin yang berakhir duka, saya merayakannya hanya dengan senyum yang pada kenyataannya saya membohongi diri saya sendiri di hadapan kue itu saya memang tersenyum tapi dalam hati saya menjerit kesakitan, saya benci sebenarnya dengan hari ulang tahun saya, karena di malam itu saya hanya akan menjadi sosok laki-laki rapuh, terkadang setelah tiup lilin itu dengan duduk di meja makan saya menangis, mungkin hanya malam itu saya berani mengakui pada diri saya sendiri kalau saya begitu lemah.
Bahkan setelah tiup lilin itu, saya pernah berlari menuju kamar mandi dengan nafas yang memburu dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh saya, malam itu penyakiti saya datang dengan membawa rasa mual, saya muntah dan setelah itu saya tersungkur di kamar mandi, bahkan di hari dimana saya dilahirkan semesta memberikan saya rasa sakitnya, hari dimana waktu itu saya ulang tahun saya terkapar tidak berdaya sampai matahari terbit dan berakhir tidak ada yang mengetahui kalau malam itu saya pingsan, saya cerita seperti ini bukan berarti saya ingin mendapat belas kasihan, saya hanya ingin mencoba berdama dengan rasa sakit saya.
Pernah kala itu, ketika hari dimana saya merayakan kelahiran saya, tiba tiba seseorang membuka pintu apartemen saya, dan seketik saya tertegun kala yang datang adalah sosok perempuan cantik, yang selalu mengisi hati saya, dia datang dengan binar mata yang tidak dapat dijelaskan, saya tersenyum karena sepertinya malam itu untuk pertama kalinya saya tidak merayakan ulang tahun sendiri, malam itu ada seseorang yang menemani saya untuk meniup lilin.
Perempuan itu berjalan menghampiri saya, selang beberapa detik dia menatap saya, kemudian ia meletakan kue diatas meja, perempuan itu langsung mendepak saya dengan erat, sensasi hangatnya berhasil menghilangkah sedikit rasa sakit yang menyelimuti tubuh saya, kemudian saya membalas pelukanya dengan begitu erat, "Selamat ulang tahun," Bisik Andin lembut dan suara itu membuat saya tersenyum sekaligus menangis, saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya malam itu, bahkan untuk sekedar berkata pun rasanya sangat sulit.
"Aku tau kamu tidak meminta untuk dilahirkan tapi aku harap kamu punya keberanian untuk hidup, kamu harus tau kalau seluruh dunia jahat ada aku yang nggak akan jahat, aku akan selalu ada dibelakang kamu, selama kamu nggak meninggalkan aku, aku akan tetap ada disini Al," Kalimat itu adalah sebuah kalimat yang Andin yakinkan kepada saya, hinngga membuat saya merasa begitu beruntung bertemu dengan Andin.
"Ndin, kamu terlalu baik, kamu juga rapuh kan Ndin?," tanya saya kala itu
Andin tersenyum kemudian mengusap rambut saya "Nggak Al, aku baik baik aja,"
Tapi seketika senyum itu berubah dengan binar mata penuh tangis "Gimana rasanya melewati ulang tahun sendirian? sakit Al?," Tanya Andin dengan suara bergetar.
Aldebaran menunduk, ia punya keberanian untuk mengangguk, suara isakan tangis itu membuat Andin juga merasa sakit "Aku janji ulang tahun kali ini dan tahun tahun berikutnya kamu nggak akan merasa sendiri,"
Benar saja setiap tahun saya selalu merayakan hari kelahiran saya bersama Andin, begitupun ketika Andin ulang tahun kami selalu merayakannya bersama, kala dimana saya tertembak oleh riky saya pikir malam itu saya bener benar akan pulang, malam itu saya sudah menyerahkan hidup saya sepenuhnya pada Tuhan, tapi dalam ruang gelap itu ada sebuah kalimat yang terdengar kalimat "Kalau kamu pergi kasian Andin, dia sendirian," kalimat itu sontak membungkam langkah saya, saya menengok ke belakang dan melihat Andin dengan menangis, hari itu saya seperti tidak punya keberanian untuk pergi, saya enggan untuk pergi kala itu dalam ruang gelap itu saya minta pada Tuhan "Kalau pada akhirnya nanti saya kembali terluka saya tidak papa asal Andin bahagia," tidak fikir panjang kalimat itu terucap bebas dari bibir saya.
Hingga pada akhirnya cahaya terang membawa saya pada Andin, dan ya hingga saat ini wanita itu masih selalu ada disamping saya, Andin menjadi wanita yang selalu ada disamping saya dalam keadaan apapun, bahkan disaat saya kesakitan diruang psikiater Andin selalu menggenggam tangan saya dengan begitu erat.
kalau kepo sama cerita ini, mau tau info selenjutnya bisa kunjungi Instagram aku ya, link ada di bio atau nggak naman instagramnya @Cassiopeia1511
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅
FanfictionKarena ketika Saya tersenyum setelah itu Dunia saya akan Hancur