Bagian 6-Senyum

704 148 10
                                    

Semua rumah saya sudah runtuh lantas saya harus pulang kemana?-Aldebaran

untuk semua yang diluar sana aku tau hari ini berat, dan menyakitkan tapi mari tetapi hidup, percayalah akan ada setitik bahagia yang menanti, tidak perlu menyalahkan satu sama lain karena salah dan benar adalah manusia, Aku rindu kamu, Rindu kalian, Rindu semuanya, cepat kembali-Author


Di tunggu untuk vote dan komentar part ini

Malam ini rona langit malam begitu indah, kerlap kelip bintang bertaburan di atas cakrawala, sudah cukup lama Aldebaran tidak pernah keluar malam untuk sekedar makan rasanya begitu asing, Andin mengajak Aldebaran untuk duduk, mereka duduk pada sebuah terasa beralaskan karpet, Andin menujuk ke penjual nasi goreng untuk memesannya, setelah menunggu beberapa menit akhirnya Andin kembali dengan senyum sumringahnya.

Sejenak netra Aldebaran menengadah ke langit, entah kenapa setiap kali memandang langit ia seperti ingin menangis, dalam dunia yang seluas ini ia selalu dipaksa untuk berdiri sendiri, ia tidak punya siapa siapa, setiap kali angin berhembus kencang ingin rasanya air mata itu ia tumpahkan, Aldebaran benci malam karena malam membuatnya terlihat begitu rapuh, bahkan ia tidak pernah tau definisi bahagia yang dimaksud orang orang itu seperti apa, karena selama hidup yang selalu tertanam dalam dirinya adalah sebuah kehampaan tanpa ujung.

Dalam dunia yang begitu luas ini, ia seperti dihakimi banyak hal, seolah apapaun yang dilakukanya salah, tapi sayangnya Aldebaran terlalu sungkan untuk melakukan pembelaan, akhirnya diam adalah senjatanya, walaupun menyakitkan tapi itu masih bisa Aldebaran terima selagi orang orang tidak saling menyalahkan karena bagaimanapun asumsi mereka tentang dirinyalah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan itu adalah kebenaran yang mereka genggam, walaupun rindu kadang terasa membuncah tapi sekuat tenaga ia menahan.

Setiap kali Aldebaran ingin bahagia ia selalu dibawa pada sebuah ketakutan dimana ia berfikir setelah ia tertawa maka semuanya akan hancur, bahkan ia beranggapan ketika ia melakukan satu hal yang ia suka maka akan datang sebuah bahya, mungkin ketika, Aldebaran hanya menjalani hidup dengan penuh kepalsuan ia seolah hanya menjalankan sebuah kewajiban hidup yaitu terus maju dan berjuang.

Ketika menyadari kehadiran Andin, Aldebaran langsung menatap Andin, tatapaan yang siaiapun tidak bisa mengartikanya, kemudian Andin kembali duduk dihadapan Aldebaran sembari tersenyum tipis, Andin meletakan ponselnya diatas meja. kemudian Andin melihat Aldebaran seperti merasa tidak nyaman dengan suasana yang sedang dilewati "Kenapa? Nggak biasa makan di tempat kaya gini ya?" Tanya Andin kepada Aldebaran, Andin bisa melihat dari wajah Aldebaran yang tampak merasa rishi.

Aldebaran mengangguk,"Yah maaf ya," Andin menampilkan ekspresi rasa bersalahnya "soalnya aku lebih suka makan di tempat kaya gini, selain muarah aku juga bisa menikmati suasana tenang," ucap Andin merasa bersalah, Andin suka sekali wisata malam, disaat hatinya sedang merasa gundah ia selalu keluar untuk sekedar duduk di kursi alfamart sembari membeli satu botol minuman dingin rasa jeruk, tapi jika biasanya ia selalu sendiri tidak dengan malam ini, ada Aldebaran yang menemaninya walaupun sedari tadi yang Aldebaran lakukan hanya diam.

"Nggak papa," jawab Aldebaran seperlunya.

Malam ini tempat penjual nasi goreng sudah lumayan sepi, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, lantunan lagu payung teduh berjudul di atas meja mengiringi pertemuan mereka, Andin berhebus lumayan kencang hingga membuat rambut Andin berantakan sementara itu diam diam Aldebaran memperhatikan Andin, iya mengakui kalau Andin begitu cantik, malam ini ia merasakan hatinya begitu menghangat, karena untuk petama kali di malam yang dingin ini ada seseorang yang mengajaknya untuk bicara.

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang