Bagian 33-Tegar

522 112 14
                                    


Play on music Afgan-Tegar

Selamat malam minggu

Kini semua orang duduk didepan Ruangan Aldebaran, pihak rumah sakit sedang mengurus semuanya, Semua orang bahkan sudah beganti pakaian serba hitam, tatapan dari semasing mereka begitu kosong, Andin duduk di samping surya seperti orang yang kehilangan arah, setelah kehilangan kalian tau apa kata yang paling penuh pembohongan? ikhlas, tidak ada orang yang bener bener ikhlas dengan kehilangan, hati Andin kosong dan hampa, ia seperti tidak punya gambaran hidup yang kedepanya harus di lalui, Andin merasa kalau separuh jiwanya malam ini pergi, Dunia Andin seperti berhenti dan gelap, Air matanya terus mengucur deras tidak ada kata yang Andin ucapkan, Hati Andin masih di luputi sebuah ketidak percayaan kalau Aldebaran telah pergi meninggalkanya

Andin terlalu percaya kepada takdir, Andin terlalu yakin kalau semua akan baik baik saja tapi nyatanya semua hilang hancur dalam kedipan mata, harapan itu hancur membersamai dengan kepergian Adebaran, Andin menutup wajahnya ia kembali terisak, ia rindu Aldebaran, ia rindu suaranya, rindu caranya memberinya kasih sayang, Andin ingin memeluk Aldebaran menumpahkan segala rasa yang bergjolak dalam dadanya, tapi nyataan saat ini raganya pun tidak bisa Andin gapai, saat ini Aldebaran terlalu jauh untuk bisa Andin temui, seperti yang Aldebaran katakan waktu itu, saat ini ia hanya bisa memandang bintang, Surya menarik Andin kedalam pelukanya, Hati surya juga bergejolak, Anak yang ia temui beberapa hari lalu pergi.

Dika yang biasanya akan menjadi sososk yang begitu ramah dirumah sakit kini berubah menjadi sososk yang paling diam, Dika yang biasanya akan selalu menampilkan wajah cerianya malam ini ia menunjukan wajah sedihnya, Mungkin matanya sudah berhenti menangis tapi tidak dengan hatinya, Dika merasa begitu kehilangan, dadanya begitu sesak, ingin sekali malam ini ia protes ke Tuhan tapi ia tidak punya hak apa apa, kemudian tatapan Dika beralih menatap Andin "Pacar lo hancur Al, Dia begitu merasa sedih, dia butuh lo Al, nggak ada yang bisa menggantikan lo di hati Andin" ucap Dika dalam hatinya, kemudian ia mati matian menahan air matanya, nyatanya sosok yang paling terluka disini adalah Andin, Dika tau Andin mempunyai harapan sangat besar kalau ia akan hidup bahagia bersama Aldebaran, tapi nyatanya semua itu hanya angan belakang.

Dika teringat obrolanya dengan Aldebaran malam itu "Gue nggak nyangka kalau lo bakal pergi," lagi lagi Dika hanya mampu mengucapakanya dalam hati.

Malam itu ketika Dika menginap dirumah Aldebaran, waktu malam ketika hendak mengambil air minum Dika melihat sosok Aldebaran yang sedang duduk di ruang tv dengan tatapan kosong, sementara tv dibiarkan menyala, dengan membawa minum, Dika duduk disamping Aldebaran "Mikirin apa lo jam segini?," tanya Dika kemudian meletakan minumannya diatas meja "Udah malem lo Al, tidur,"

Seketika lamunan Aldebaran buyar kemudian ia menghela nafas kasar "Nggak papa," ucap Aldebaran bohong, kemudian tersenyum tipis "Besok jadwal gue buat cek up ke rumah sakit kan?," ucap Aldebaran mengalihkan pembicaraan.

Dika mengangguk "Jangan lupa datang," kemudian ucapan itu dijawab anggukan oleh Aldebaran "Nggak papa lo itu pasti ada apa apa nya Al,Nggak papanya lo itu rumit pasti Al, sini cerita kaya sama siapa aja, gue ini kakak lo,"

Aldebran kemudian menatap Dika "iya kak," ucap Aldebaran meledek

"Sialan lo,"

"Karena lo gue punya sosok kakak, gue baru kenal lo tapi entah kenapa lo bisa memberikan segala hal yang lo punya untuk gue, termasuk kasih sayang lo, disaat dunia nggak percaya sama gue lo bisa percaya, disaat dunia menuntut gue untuk kuat, tapi lo nggak pernah menuntut apapun ke gue, ketemu lo adalah bagian yang selalu gue syukuri Dik,"

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang