Bagian 10-Seberapa menyakitkan?

613 119 14
                                    


Jangan lupa, Saya juga bisa pergi-Aldebaran

Play on Music BOL4-To My Youth

Hay Bonus dihari minggu sore aku kembali wkwk semoga suka jangan lupa tinggalkan jejak komentar ya, Terima kasih

selamat membaca, jangan lupa bahagia.

Jangan nagih kapan Update Ujaianku belum selesai hahahahah


Dika sudah berulang kali meminta untuk Aldebaran pergi ke rumah sakit, tetapi lagi lagi sifat keras kepala Aldebaran memang tidak bisa Dika lawan, Kondisi diluar sudah lumayan terang, Setelah mendengar cerita Aldebaran Dika lebih banyak diam, Dika menghela nafas "Gue bisa bantu apa?," ucap Dika menawarkan diri kepada Aldebaran, hanya kalimat itu yang mampu Dika lontrkan selebihnya, semua itu terkungkung didalam hatinya dengan rasa yang begitu sesak, siapa mengira Tubuh sekuat itu menyimpang luka yang begitu dalam.

Dika Kira ia sudah mengenal Aldebaran seperti lautan yang luas nyatanya Dika baru mengenal Aldebaran hanya sampai tepi pantai saja, Dalamnya Ia belum pernah tau kalau Hidup Aldebaran sesengsara itu, Satu tubuh menopang berbagi masalah belum lagi orang orang yang menghajarnya bertubu tubi, setelah Aldebaran bercerita Dika seolah memposisikan dirinya seperti Aldebaran, detik berikutnya Dika seperti ingin lari sejauh jauhnya, karena membayangkan berada di posisi Aldebaran begitu menyakitkan semesta seolah memukulnya dengan tanpa ampun.

Aldebaran lagi lagi tersernyum, sembari membenarkan posisi tubuhnya, ia sedikit meringisi kesakitan, kenyataanya sekujur tubuhnya di penuhi dengan rasa sakit, bahkan ketika bernapas pun dia harus berhati hati "Jangan senyum, gue benci senyum itu," ucap Dika jujur. "Bibir lo senyum tapi mata lo kaya mau nangis gue benci itu,"

"Judes amat," jawab Aldebaran dengan santainya, seolah situasi seperti ini sudah sering Aldebaran alami. "Lo tuh aneh kenapa galak tapi lo bisa jadi dokter,"

"Serius," ucap Dika meminta kejelasan "Apapun itu, gue akan mengusahakanya, Mungkin dulu gue nggak bisa bantu lo tapi sekarang gue bisa dan gue pengin Al,"

Sejujurnya Semenjak kejadian teragis itu, Aldebaran tidak pernah percaya lagi dengan orang lain, Aldebaran tidak mau melibatkan siapapun masuk ke dalam kehidupanya, atau bahkan membantu permasalahnya, Aldebaran benci itu karena yang Aldebaran tau ujung dari orang yang selalu membantunya akan berakhir tragis, Masalahnya sudah banyak, ia tidak mau menambah masalah lagi, Kemudian Aldebaran menghela nafas panjang "Lo tanya apa yang bisa lo bantu?," Tanya Aldebaran dengan wajah datarnya, Dika benci tatapan kosong itu tatapan yang menyimpan banyak kesedihan, tapi tatapan itu juga membuat Dika ingin menangis sejadi jadinya.

"Mungkin tidak bisa menyelesaikan setidaknya meringankan," ujar Dika kepada Aldebaran dengan tampang begitu meyakinkan. "Gue Cuma pengin agar lo nggak merasa sendiri, lo bisa bergantung sama gue,"

"Gue nggak mau menggantungkan hidup gue pada siapapun Dik, menggantungkan hidup sama seseorang sama saja menambah sakit, gue hanya mau menggantungkan hidup gue sama diri gue sendiri, Sakit Dik, tapi gue harus tetap berjalan, sakit tapi hidup ini memaksa gue terus melangkah, setiap harinya gue seperti berjalan diatas paku yang terus menusuk semakin dalam dan semakin dalam,"

"Setidaknya gue bisa membantu lo Al," ucap Dika dengan tatapan berkaca-kaca

"Nggak Ada Dik," ucap itu begitu singkat dan juga datar "Mau sejauh apapaun lo membantu ujungnya adalah kecewa,"

"Hidup gue udah sakit, nggak mau di tambah sakit lagi dengan mencari bukti yang ujungnya adalah orang orang tidak mau percaya Dik, waktu gue berusaha mencari bukti gue dianggap membela diri, pada akhirnya Diam adalah salah satu cara untuk gue tetap waras," Selalu saja Mata itu berkaca kaca tapi mata itu juga tidak mau mengeluarkan air matanya.

Aldebaran Dan Lukanya (completed)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang