Kemarahan Brian

4 3 0
                                    

Jan lupa beri vote sebelum membaca.

Selamat membaca...

Semua mata menatap seseorang yg tengah menggebrak meja dengan sangat keras, seseorang yg menggebrak meja tersebut yg tak lain adalah Brian.

Dira maupun Erina pun tersedak bahkan terbatuk - batuk karena terkejut karena mejanya digebrak oleh seseorang, saat mereka menatap sang empu membuat Dira dan Erina menunduk, namun Vano sama sekali tidak menunduk justru ia malah mengajak Brian untuk berbincang

Beribu pertanyaan hinggap di benak Erina, dimulai dari perubahan Dira, Brian, sekarang malah Vano seperti sudah kenal dengan Brian.

Erina hanya terdiam sembari menatap Dira, Vano, dan Brian secara bergantian.

Dira yg saat ini menyadari bahwa Brian menggebrak meja itu karena dirinya, tapi apa yg membuat Brian semarah ini? Batin Dira bertanya - tanya

"Hai brother, gak nyangka nih kita bakal ketemu disini" ujar Vano berjabat tangan kepada Brian

"Gue kira Lo di sekolah yg dulu ternyata pindah ya" lanjutnya

Namun sang empu itu bukan nya membalas jabat tangan Vano, Brian malah menatap sinis kepada Vano

"Bagus ya Lo, semakin hari semakin menjauh dari gue, ternyata karena ada kehadiran dia" ujar Brian menatap sinis kepada Vano sambil mencengkram pergelangan tangan Dira

"Gw tau kita sepupuan, tapi Jan harap Dira bakal dekat dengan Lo, gw gak mau kesalahan gw terulang kembali seperti dulu" ujar Brian dengan emosi

Kemudian Brian membawa Dira menjauh dari kantin. Brian membawa Dira ke rooftop "gw harap Lo jangan menjauh lagi dari gue, gue gak sanggup" ujar Brian dengan air mata menetes

"Gue juga gak mau karena kehadiran dia membuat lu semakin menjauh dan berpaling dari gue, gue gak mau kehilangan Lo untuk yg kesekian kalinya" lanjutnya dengan mendekap Dira sangat erat seolah -olah ia merasakan kehilangan sosok Dira

Dira pun membalas pelukan Brian dan mengusap punggung Brian
"Iya aku gak akan menjauh dari ia kok, maaf ya udah buat kamu marah dan sedih karena aku" ujar Dira menenangkan Brian.

            ^^^

Rio dan Gilang pun keheranan dengan sikap Brian yg sangat berbeda, tidak biasanya Brian seperti ini.

"Btw, sejak kapan Brian bisa Deket ma cewek?" Tanya Rio

"Dan sejak kapan Brian kek marah gitu ya ma tuh cowok. Wait...keknya gue pernah liat tuh cowok tapi dimana ya?" Lanjutnya

Yang ditanya malah menggelangkan kepala ya pertanda tidak tau, dan tidak ingin ikut campur

"Yeh, lu ditanya juga. Dah lah males gue sama lu, mending gue gombalin cewek bye.." ujar Rio meninggalkan temannya itu.

Hanya dibalas deheman kemudian Gilang pergi ke kelas.

            ^^^                                

Suara terdengar riuh di dalam kelas Dira, ada yg menggosipkan Brian tentang kedekatannya dengan Dira, bahkan ada yg bilang Dira pelakor, ada yg menyanyi, ada yg joget dll dikarenakan jamkos.

Erina pun yg mulai risih oleh kebisingan akhirnya ia memilih untuk pergi ke perpustakaan, namun baru saja melangkah ada seseorang yg memegang tangannya dengan lembut.

"Gue boleh ikut?" Tanya Vano

Erina terpaku dengan seseorang yg tengah memegang tangannya dengan lembut membuat hatinya berdesir hebat hingga dirinya mendadak kelu saat ditanya oleh Vano

'apa yg kurasakan mengapa hatiku berdesir saat ia memegang tanganku?' benak Erina

"Hey, melamun ya?" Tanya Vano

"Eh..apa maaf aku gak denger tadi" alibi Erina

"Gue mau ikut, apa boleh?" Tanya Vano

Yg kemudian diangguki oleh sang empu

Saat tiba di perpustakaan ada seseorang yg menarik kerah Vano dari arah belakang

Erina yg melihat ke belakang pun terkejut mengapa Vano sudah tak ada batang hidungnya, saat ia berjalan yg ia lewati sebelumnya ternyata ada seseorang yg menghalangi jalan Vano, dan seseorang itu bukanlah Brian melainkan Gilang?

"Ada apa sebenarnya dengan Brian dan Gilang, mengapa kehadiran Vano tidak disukai?" Monolog Erina

To be continue

Di Ujung PenantiankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang