BAB 7

576 18 0
                                    

Tua itu tentang usia,
Dewasa itu tentang karakter,
Semua orang pasti tua tapi tidak semua orang memiliki karakter dewasa.


'Drttt'
'Drttt'

"Assalamu'alaikum Mah, ada apa" ucap Barra setelah mengangkat telfon dari Tiwi

"Hiks.. Hiks.. K-kamu hiks dimana nak? " tanya Tiwi sesenggukan karena dari tadi menangis setelah diberitahu oleh Pamungkas tentang kejadian waktu itu.

"Tenang Mah, Barra nggak papa kok" ucap Barra sembari menenangkan Tiwi

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan kak?" tanya Tiwi yang sudah mulai agak tenang lantaran sudah mendengar suara putranya itu.

"Enggak kok Mah, Kak Bryan aja tau kok kalau Barra nggak kenapa-kenapa" ucap Barra

"Syukurlah kalo gitu, maafin Papah kamu ya nak" ujar Tiwi, lagi.

"Iya Mah, Barra udah maafin Papah kok bahkan dari lama, sekara-"

"Bar Mamah nih nggak mau makan ga-, ihh Bryan jangan kasih tau Barra" ujar Tiwi yang memotong ucapan Bryan dalam telefon itu.

"Mamah beneran nggak mau makan, kalo nggak mau makan nanti Barra marah lah sama Mamah, Barra nggak mau pulang" ucap Barra dengan nada merajuk.

"Iya nanti Mamah makan kok, sekarang kamu tinggal dimana? " tanya Tiwi

"Sekarang Barra tinggal di apart yang Nenek kasih ke Barra waktu itu" ucap Barra

"Ya udah nanti Mamah kesana ya" ujar Tiwi

"Iya Mah, ya udah Mah Barra mau siap-siap buat sekolah, assalamu'alaikum" pamit Barra

"Wa'alaikumussalam"

Setelah Tiwi menjawab salamnya, Barra pun mematikan telefon nya, karena saat ini sudah memasuki jam setengah tujuh.

Tanpa sadar Barra tersenyum saat bayangan Vira terlintas di pikiran Barra, belum lama ketemu aja udah senyum-senyum sendiri, dasar Barra.

°°°

Koridor yang awalnya damai dan tentram, kini ramai dengan gelak tawa dari anggota inti geng Aodra, sebuah candaan dan saling bercengkrama satu sama yang lain adalah salah satu kunci kekompakan geng mereka.

"Cantik" batin Barra saat mereka bertemu dengan Vira dan para sahabatnya.

Diam-diam Barra melirik ke arah Vira yang baru saja melewati mereka, senyum manis yang terpatri di wajah tampan Barra, hal itu disadari oleh ke-empat temannya.

"Ekhemm, duh keselek biji kuaci nih" ucap Indra, aya-aya wae si Indra nya.

"Haha- eh tunggu emang kuaci ada bijinya ya, Zan kuaci ada bijinya? " tawa Nevan dilanjut dengan ke heranan.

"Nggak usah dengerin kata setan, setan kan nggak ada yang bener" ujar Arzan yang menerima pertanyaan konyol dari Nevan.

"Kampret lu" umpat Indra

"Nggak mau temenan ama kalian ah, kalian jahat sama aku, aku marah nggak mau tau, ngambek aku" lanjut Indra pura-pura marah dan menyilangkan tangan di dada.

"Dihh emang lu temen kami? " Nevan pun membalas dengan tak kalah sinis nya.

"HAHAHA" tak hanya anggota geng Aodra saja yang terhibur, yang dari tadi menyaksikan perdebatan mereka saja seperti siswa-siswi yang ada di koridor merasa terhibur.

"Eh, Bar lu suka ama Vira ya" ucap Arzan setengah berbisik ke Barra sembari menaikan turunkan alisnya, menggoda Barra.

"Maybe" ujar singkatnya dan masuk ke kelas, meninggalkan ke-empat temannya itu.

°°°

Jam istirahat telah tiba, anggota inti Aodra berjalan menuju kantin yang biasa mereka singgahi.

"Bar ini buat kamu, kamu pasti belum makan kan, ini buat kamu, aku buat sendiri loh, jangan lupa dimakan ntar malah sakit lagi, nih" ujar Anna dengan menyodorkan bekal untuk Barra, tak lupa diikuti oleh kedua antek-anteknya.

"Thanks" ucap Barra singkat dan menerima bekal itu dari Anna, namun ia berikan ke Indra.

"Nih Ndra, lu aja yang makan, gw masih punya uang kok buat beli" ujar Barra ke Indra sekaligus ke Anna.

Bukan tanpa alasan Barra tak memakan makanan yang diberi Anna, namun isi dari bekal itu adalah makanan yang mengandung karbo simpleks. Sesuai dengan pesan dokter waktu itu, Barra tak diizinkan untuk terlalu sering makan makanan yang mengandung hal tersebut.

"Barra kok dikasih ke temen kamu si, aku cape-cape loh buatnya, belum pas beli bahannya antri banget di alfamart" ucap Anna dengan nada sedih yang dibuat-buat, queen of drama.

"Oo" balas Barra singkat.

Barra pun melanjutkan jalannya ke kantin dan disusul oleh ke-empat para sahabatnya.

"Btw, thanks makanannya" ujar Indra sebelum ia berjalan menyusul sahabatnya yang sudah berjalan duluan.

Kejadian tadi tak luput dari pandangan para murid yang melintas, merasa malu Anna dan kedua temannya pun pergi ke kelas mereka dengan muka Anna yang menahan malu.

"HAHAHAHA" tawa siswa-siswi yang melihat kejadian tadi, setelah Anna and the geng pergi dari tempat itu.

Sesampainya di meja kantin, mereka pun pesan sesuai dengan keinginan mereka, kini giliran Barra untuk memesankan pesanan mereka, walau Barra terkenal dengan ketua geng, namun Barra tetap seperti para sahabatnya, di dalam pertemanan mereka tak melihat suatu hal dari mereka untuk jadikan tolok ukur buat menjalin pertemanan.

'Bruk'

"Aduh maaf, gw nggak sengaja" ucap seseorang yang baru saja menabrak dada bidang milik Barra, kejadian itu tak lepas dari murid SMA Trisatya yang sedang mengantri, apapun kek jadi sorotan dah kalo di SMA itu huh.

"Iya nggak papa sans aja kali" balas Barra sembari memperhatikan mata milik seseorang itu, Vira.

Mata yang memancarkan cahaya ilahi, ehh maksudnya memancarkan kecantikan tersendiri di dalam diri Vira, mata yang akhir-akhir ini mampu menghipnotis seorang Barra.

"kalo gitu gw permisi" pamit Vira dan meninggalkan Barra yang tengah terpesona akan diri Vira, hingga Vira menghilang dari pandangan Barra.

"CIEEEE" goda murid yang lain, mereka memang tau kalau Barra adalah tipikal orang yang cuek akan orang lain, mempunyai aura tegas dan jago bela diri, namun semua itu tak membuat semua murid takut kepadanya, namun yang perlu orang lain tau adalah, jika mereka usik bahkan menganggu ketenangan Barra dan orang disekitarnya, siap-siap untuk dirawat di rumah sakit bahkan langsung meninggoy.

Tak ingin berlama-lama, Barra pun pergi ke mejanya karena ia sudah bawa makanan yang sahabatnya pesan, dengan dibantu salah satu penjual bakso langganan mereka.

"Lama banget si, keburu laper nih dedeks, nunggu l-" ucapan Indra terpotong lantaran mulutnya yang di masuki tisu oleh Adit.

"Hahah, diem kan lu" ujar Arzan yang sedang memberi saus ke mangkoknya, ya masa mangkok orang lain.

"Ya Allah am-" ucapan Indra lagi-lagi terpotong lantaran Nevan yang memasukkan bakso milik Indra ke mulut sahabatnya itu.

"Emang laknat kalian semua ya, huh" ucap tak terima Indra dengan menggulung baju lengannya, sampai terlihat otot-otot nya itu.

"Makan" ucap Adit yang terlihat sedang makan pesanannya dengan menatap Indra tajam.

Indra yang ditatap seperti itupun hanya menampilkan deretan giginya yang ada sedikit potongan cabai, nyengir tapi ada pengganggu yakni cabai.

"GANTENG DOANG TAPI ADA SESUATU DI GIGINYA, HAHAHA" ujar salah satu siswi yang ada di samping meja mereka.

1067 Word.

JANGAN LUPA VOTENYA KAKAK☺

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang