BAB 44

221 6 0
                                    

Kadang musuh terdekat adalah diri sendiri, berjarak antara logika dan hati, bernama ego, ekspektasi dan emosi.


Bulan demi bulan telah dilewati oleh Barra dengan diiringi berbagai macam peristiwa yang membuatnya menjadi lebih kuat dari sebelumnya, hari ini adalah hari kelulusan Barra dkk di kampusnya. Semua orang tengah sibuk mempersiapkan acara kelulusan tahun ini, tak terkecuali Barra dan juga Adit yang juga ikut sibuk untuk mempersiapkan acara kelulusan mereka. Kecuali Indra dan juga Nevan, sibuk. Tapi mereka hanya sibuk mempersiapkan diri mereka sendiri untuk tampil keren dari pada yang lainnya.

"Lulusan terbaik tahun ini adalah..... Selamat untuk Barra Damian Zayan!" seru MC.

Setelah di persilahkan maju, Barra pun maju ke atas mimbar dengan membawa piala untuk apresiasi dari pihak Universitas. Banyak tatapan kagum yang ditujukan ke Barra saat ini tak terkecuali Pamungkas dan juga Tiwi yang menatap anaknya bangga.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Yang saya hormati Bapak Rektor, Bapak Ibu Senat, Bapak Ibu Dekan, Bapak Ibu Dosen, Bapak Ibu staff dan seluruh jajarannya dan yang saya hormati Bapak dan Ibu wali wisudawan-wisudawati dan seluruh tamu undangan dan juga yang saya banggakan teman-teman wisudawan-wisudawati yang berbahagia.
Segala puji Allah, Tuhan alam semesta yang mengijinkan saya untuk berdiri di sini. Tanpa kemurahan dari-Nya, saya tidak akan dapat masuk di kampus tercinta ini. Tanpa kasih sayang-Nya saya tidak akan bisa lulus menyelesaikan studi saya di sini.
Sebelumnya, Anda semua mungkin bertanya-tanya apa prestasi dan keistimewaan saya sehingga saya berdiri di atas mimbar mulia ini untuk menyampaikan pidato di hadapan Anda semua. Saya sendiri tidaklah merasa pantas untuk berdiri di atas mimbar ini karena saya yakin, masih ada banyak wisudawan atau wisudawati yang jauh lebih pantas dibanding saya.
Saya hanya beruntung, bahkan sangat beruntung bisa mendapatkan peringkat terbaik pada angkatan kali ini.
Saya berdiri dengan hati yang berdebar karena tidak percaya pada akhirnya saya bisa mencapai titik ini. Saya bingung harus memberi nama perasaan ini apa, karena bahagia, haru, sedih, kehilangan, dan takut menjadi satu.
Bahagia dan haru karena saya bisa memberikan kebanggaan pada orang tua saya. Sedih karena begitu cepatnya waktu berlalu. Kehilangan karena saya akan berpisah dengan Anda semua dan kampus ini. Takut apakah saya bisa mempertanggungjawabkan gelar sarjana dengan baik.
Untuk kedua orang tua saya, tiada kata yang pantas saya sampaikan selain berterima kasih dan saya bangga kepada kalian. Rasanya seperti kemarin saya diantarkan ke SD untuk pertama kalinya. Terima kasih telah memberikan yang terbaik untuk Barra.
Untuk Bapak/Ibu dosen, ilmu dan bimbingan selama di kampus sungguh mahal dan tak ternilai harganya. Terima kasih telah mengajarkan banyak hal selama tumbuh-kembang saya di sini. Selama menimba ilmu di kampus ini, saya sering sekali mengajukan pertanyaan dan berdiskusi secara ilmiah dengan Bapak dan Ibu dosen. Apabila ada sikap dan kata yang tidak sopan selama berinteraksi, saya mohon maaf sedalam-dalamnya dan juga untuk teman-teman seperjuangan terimakasih banyak untuk kalian yang mau mengajarkan berbagai ilmu selama kita menjadi mahasiswa/i disini
Di kampus, kita dipaksa untuk menjadi sosok yang dewasa. Di sini kita menghadapi urusan-urusan besar yang menjadikan kita untuk terbiasa berfikir dan bertindak lebih besar. Dan sekarang, kita dianggap telah matang, sehingga kita diluluskan dari kampus tercinta ini. Semoga kelak kita dapat berkumpul kembali dalam keadaan yang lebih baik dan manfaat yang banyak pula.
Mungkin begitu saja mohon maaf jika ada kesalahan saya selama berada di kampus ini dan terimakasih atas perhatiannya. Saya akhiri Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. " terang Barra dan kembali ke tempat duduknya.

Suara gemuruh tepuk tangan pun terdengar memenuhi ruangan kali ini. Hingga acara demi acara telah dilalui sekarang orang-orang mulai meninggalkan ruangan tersebut tak terkecuali yang baru saja lulus dari Universitas Gunadarma tersebut. Perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata membuat mereka hanya menatap penuh arti ke teman-teman seperjuangan nya.

°°°

Sekarang ini keluarga Barra tengah melaksanakan makan malam bersama tak terkecuali Queen yang ikut makan malam sembari tubuhnya yang dipangku oleh sang kakaknya.

"Mau kerja nerusin Papah atau mau kerja di perusahaan sendiri? " tanya Pamungkas.

"Perusahaan sendiri? " tanya balik Barra dengan kening yang berkerut.

"Kaya Bang Bryan Bang" sahut Tiwi.

"Kalo nikah? " tanya Barra, lagi.

'Tak! '

"Nikah nikah kerja dulu yang bener" jawab Pamungkas setelah ia melempar sendok bersih ke arah Barra, Barra hanya meringis lantaran sendok yang dilempar agak lumayan keras saat dilempar nya.

"Mah, Papah nakal ke Bang Balla" adu Queen yang melihat Barra di pukul dengan sendok oleh Pamungkas.

"Biarin, nanti Papah suruh tidur diluar tenang aja" jawab Tiwi seraya menatap sinis ke arah suami nya, sedangkan Pamungkas hanya pasrah dengan keputusan istrinya itu.

Perasaan hangat yang menjalar di seluruh tubuh Barra membuat ia tersenyum tipis disertai rasa bersyukur, karena perlahan sikap kedua orang tuanya kembali seperti dulu lagi.
Begitu pun dengan orang yang saat ini masih bersamanya yang membuat dirinya harus kuat untuk menghadapi kehidupan di masa depan siapa lagi kalau bukan Vira. 4 tahun sudah hubungan mereka berjalan, yang pastinya dengan berbagai cara yang dilakukan keduanya untuk hubungan mereka tetap berlanjut.

Selepas makan malam pun Barra pamit untuk ke kamar duluan, karena setiap malam Barra pasti akan meluangkan waktunya untuk Vira via video call hampir setiap malam pasti ia akan menghubungi Vira.

"Hallo"

"Hallo juga, nggak sibuk? "

"Enggak kok, ini baru aja ke kamar"

"Oh iya aku mau ngasih tau kamu, aku mau kerja di luar kota dan besok siang aku bakal berangkat"

"Dimana? "

"Di Semarang"

"Kerja apa disana? "

"Nerusin perusahaan Papah disana"

"Ya udah aku ikut"

"E-ehh kenapa mau ikut, disini kan kamu masih bisa kerja di perusahaan Papah kamu"

"Biar bareng kamu terus dan juga biar bisa ngelindungin kamu kalo udah disana"

"Ya tapi kamu juga harus ijin dulu ke orang tua kamu, nanti aku tanya deh ke Papah ada kerjaan lain nggak disana gitu"

"Iya sayang, ya udah gih tidur aku temenin"

"Kamu juga harus tidur jangan sampe begadang"

"Iya iya sayang, gih tidur tapi VC nya jangan dimatiin"

"Ya udah aku tidur duluan ya, bye gantengnya aku"

"Good night mine"

Perlahan Vira mulai tertidur dengan ponsel nya yang masih menyambung ke kontak Barra, Barra pun menatap wajah Vira saat sudah terlelap. Perlahan Barra tersenyum manis saat menatap wajah Vira, ia bersyukur bahkan sangat bersyukur bisa mendapatkan wanita pujaan nya yang sangat berpengaruh untuk kehidupannya dan dengan perlahan Vira lah yang ikut menyembuhkan luka terkait dengan masa lalunya.

Seperti ucapannya tadi, baik Vira maupun Barra. Mereka berdua tidak mematikan sambungan telefon nya, yang sekarang Barra pun perlahan mulai menutup matanya untuk tidur.

1090 Word
Maaf ya di part kali ini agak gimana gitu🙏
Makasih udah nyempetin buat baca dan jangan lupa buat Votment yaa, see you pren👋

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang