Manusia itu semuanya kuat, yang lemah itu batinnya, kalau satu dunia bilang "semangat" kalau cape ya cape.
•
•
•Waktu terus berputar membuat siapa saja pasti tidak merasakan hal itu, masa-masa yang dulu pernah mereka lewati itu yang membuat mereka mengambil pembelajaran dari pengalaman pribadi maupun dari orang lain. Tak terkecuali Barra, yang sedang mengingat-ingat kejadian yang membuatnya hampir menyerah namun sekarang keadaan lah yang membuatnya kuat sehingga sampai di titik saat ini.
"Bang, aku pengin bobo sama Bang Balla" ucap seseorang yang membuyarkan lamunan Barra, sontak Barra pun menoleh ke arah pintu dan terdapat lah sosok perempuan yang sangat ia sayangi, siapa lagi kalau bukan Queen.
Kini Queen sudah berusia satu tahun, yang sedang aktif-aktifnya dan rasa keinginannya yang besar. Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul delapan namun ia terbangun dan ingin tidur bersama Barra. Sedangkan Bryan sudah bekerja di perusahaan yang ia garap berlokasi di luar kota.
"Kenapa nggak bobo sama Mamah? " tanya Barra seraya menghampiri gadis kecil itu.
"Ndak au, engin bobo ama Bang Balla" ujar Queen yang sedang berusaha naik ke atas kasur Barra.
"Ya udah, yuk bobo" ajak Barra seraya membantu Queen untuk naik ke kasur.
"Acain sulat Al-Mul Bang" pinta Queen. Memang dia sebelum tidur sudah terbiasa mendengarkan murottal salah satunya adalah surat kesukaannya yaitu Al-Mulk.
Barra pun membacakannya dengan tangan yang mengelus pelan kepala Queen dengan pelan, ia menyalurkan rasa sayangnya kepada Queen.
"Tabārakal-lażī biyadihil-mulk, wa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr. " baca Barra memulai bacaannya dengan pelan seraya tangan yang terus mengelus kepala Queen.
"Allażī khalaqal-mauta wal-hayāta liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalā, wa huwal-‘azīzul-gafūr."
"Allażī khalaqa sab‘a samāwātin tibāqā, mā tarā fī khalqir-rahmāni min tafāwut, farji‘il-basara hal tarā min futūr. "
"Summarji‘il-basara karrataini yanqalib ilaikal-basaru khāsi'aw wa huwa hasīr. "
"Wa laqad zayyannas-samā'ad-dun-yā bimasābīha wa ja‘alnāhā rujūmal lisy-syayātīni wa a‘tadnā lahum ‘ażābas-sa‘īr."
Di bacaan ayat ke lima pertama, terlihat Queen sudah mulai terlelap tidur dengan nyenyak namun Barra tak menghentikan bacaannya sampai pada ayat terakhir. Barra tersenyum melihat wajah tenang adiknya disaat tidur. Adiknya adalah penyemangat nya saat ini di kala Bryan masih berada di luar kota.
Perasaan yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata membuat Barra terus bersyukur dengan keadaan saat ini, walau ia tau tak selamanya akan seperti ini apa lagi penyakit yang berada di tubuhnya yang semakin ganas untuk menggerogoti tubuhnya.
Saat ini ia meneruskan sekolahnya di Universitas yang sama pada saat Bryan berkuliah disitu, kini Aodra sudah dikelola oleh angkatan ke-10 yang diketuai oleh Bagus. Walau begitu anggota inti Aodra angkatan ke-9 dulu, sekarang masih menjalin persahabatan salah satunya adalah di kampus yang sama dan jurusan yang sama, kecuali Arzan yang harus mengikuti orang tuanya yang berada di luar negeri.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Barra belum juga kunjung tidur lantaran ia terus memikirkan nasibnya yang tidak tau akan kelanjutannya.
Namun perlahan Barra mulai menutup matanya dengan tangan yang terus memegang tangan kecil Queen.°°°
"Kangen Aodra" celetuk Indra.
Kini Barra dkk baru saja keluar dari kelas mereka karena bel pulang sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu dan sekarang mereka tengah berjalan menuju tempat parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Senyum Barra [END]
Teen Fiction'Kamu hanya tau namanya tapi bukan dengan ceritanya' Dia, Barra Damian Zayan. Pemuda yang sangat dibenci oleh Ayahnya sendiri karena sebuah masalah yang telah menjadi masa lalu. Bagaimana kisah masa lalunya? Bagaimana perjuangan dari sang ketua Ao...