BAB 16

360 13 0
                                    

Syekh Ali Jaber once said :
"Jika kamu merasa tidak hidup bahagia, maka ketahuilah. Kamu tidak mengerjakan sholat dengan baik"


"Ada yang ketinggalan nggak? " ucap Barra yang baru saja memasukan 1 tas besar ke dalam mobil.

Ya hari ini mereka berangkat ke Jogja berenam? Tadi malam setelah perang bantal antara Barra dan juga Bryan, akhirnya Barra menjelaskan bahwa ia akan berlibur untuk beberapa hari ke Jogja bersama teman-teman nya. Alhasil Bryan pun merengek minta ikut bersamanya, dengan syarat parfum yang diberikan eh Bryan akan tetap milik Barra. Bryan pun menyetujuinya, dan sekarang ia ikut bersama anggota inti geng Aodra.

"Ada Bar, ini" ucap Indra yang tengah mengambil sesuatu di kantong celananya.

"Sarangek" tak sesuai harapan, ternyata Indra mengeluarkan jari yang berbentuk love.

"Najis" singkat Barra dan memasuki mobil yanga kan di bawa liburan.

"Hahahah" Indra ketawa-ketawa sendiri melihat sikap Barra karena ulahnya.

"Lah ini yang nyetir siapa wehh" tanya Nevan yang mendapati tidak ada yang duduk di kursi pengemudi, malah duduk di belakang semua.

"Yang punya mobil ini lah" jawab Indra.

"Masa gw si, yang paling tua lah" tak terima jika ia harus menyetir sepanjang jalan kenangan <3.

Sedangkan yang paling tua di antara mereka adalah Bryan, namun ia berpura-pura tidur di pundak Barra.

"Bang lu nyetir lah" perintah Barra ke Abangnya.

"Yang punya mobil siapa, masa gw yang nyetir" balas Bryan, tak terima.

"Ck" dengan terpaksa Nevan pun turun dan menduduki kursi pengemudi dengan mulut yang mendumel tak jelas.

"Wong ko ngene kok dibanding bandingke" seperti biasa dimana pun dan kapan pun pasti Indra akan menyanyi dengan suara khasnya.
(Orang kaya gini kok dibanding bandingkan)

"Saing saingke yo mesti kalah" sambung Nevan sembari memukul pelan stir mobil, seakan sedang memukul gendang.
(Saing saing kan ya pasti kalah)

"Tak oyak'o, aku yo ora mampu" balas Indra.
(Di kejar pun, aku ya tidak mampu)

"Mung sak kuatku mencintaimu" sambungnya.
(Cuman sekuatku mencintaimu)

"KU BERHARAP ENGKAU MENGERTI"

"DIHATI INI HANYA ADA KAMU"

Adit dan juga Arzan hanya memutar bola matanya, malas. Sudah terbiasa di situasi sekarang. Sedangkan Barra tengah sibuk dengan ponselnya.

'Ingat terus pesan saya Bar, demi kesehatan kamu juga'

Kira-kira seperti itu lah pesan yang baru saja Barra dapat dari seseorang dan tanpa sepengetahuan teman-teman nya, memang penyakit yang ada di tubuh Barra belum sepenuhnya sembuh, jika salah makan sedikit akan bertambah bahaya.

"Nyalain musik aja lh Van, biar enak juga didenger" usul Barra yang baru saja memasukan ponselnya ke dalam saku.

"Oghey" lantas Nevan pun menyetel musik di dalam mobil untuk meramaikan perjalanan jauh mereka, ya nggak jauh-jauh amat si untuk ke Jogjakarta.

Jam demi jam pun dilalui, terlihat di bagian belakang. Barra, Arzan, Bryan dan juga Adit sudah tertidur pulas, begitupun Indra justru ia sudah sampai ngorok. Nevan hanya menghela nafasnya pelan, ia harus begadang untuk menjadi supir mereka.

Setelah beberapa kilometer dilewati, tibalah mereka di rest area. Nevan pun berniat tidur sekejap setelah ia membangunkan teman-teman nya, karena sebelumnya memang sesuai berjanjian, jika sudah di rest area akan beristirahat sejenak.

'Allahu Akbar'
'Allahu Akbar'

Lantunan adzan subuh terdengar di seluruh penjuru rest area Jogjakarta saat ini, semua anggota inti Aodra dan juga Bryan pun bergegas untuk menuju mushola terdekat. Tak sedikit yang melihat kagum ke arah Barra dkk setelah mengambil wudhu untuk sholat subuh berjamaah.

"Wis ngganteng, sregep sholat maneh"
(Udah ganteng, rajin sholat lagi)

"MasyaAllah nggoda tenan iki"
(MasyaAllah menggoda banget ini)

"Duh gusti aku tresno karo hambamu sing koyo ngono, mung siji ae nek loro yo ra popo, aku ikhlas"
(Ya Allah aku suka hambamu yang seperti itu, satu saja kalau dua juga boleh kok hamba ikhlas)

"Delengen banyu wudhu netes, uhh tambah ngganteng, Cah"
(Tuh liat air bekas wudhunya pada netes, uhh tambah ganteng, Nak)

Ya kurang lebih seperti itulah omongan ibu-ibu bahkan remaja perempuan yang berada disitu saat Barra dkk melewati mereka.

°°°

Setelah kurang lebih 10 menit mereka berada di mushola, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan berjalanan mereka menuju tempat tujuan. Namun kini yang mengendarai adalah Bryan, itu pun dengan paksaan sang adik siapa lagi kalau bukan Barra.

Kurang dari dua jam mereka sudah sampai di penginapan yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan.

Barra dkk pun bergegas untuk menurunkan barang bawaan mereka masing-masing ke dalam penginapan, dan langsung disambut oleh salah satu saudara Indra yang memang tinggal disekitar sini.

"Yo ketemu maneh dewek, piye kabarmu? " sapa Indra sembari menjabat tangan saudara nya itu.
(Ya ketemu lagi kita, gimana kabarmu?)

"Allhamdulillah apik, iki bolo mu to? " tanya orang itu. Memang mereka hanya terpaut umur 1 tahun jadi seperti kakak adik.
(Allhamdulilah baik, ini temanmu ya?)

"Iyo, nek dolan mrene dewek yo ra wani lah" balas Indra.
(Iya, kalo main kesini sendiri ya nggak berani lah)

Yang lain hanya tersenyum canggung lantaran tak tau apa yang mereka berdua bicarakan.

"Ehh kenalan lah masa diem-diem bae, kenalan" ucap Indra.

"Salam kenal gw namanya Alvin Ibrahim, santai aja ama gw" ucap orang itu memperkenalkan dirinya.

"Oh iya Bang saya Barra, salam kenal juga kami teman-teman nya Indra" ucap Barra mewakili teman-teman nya.

Mereka pun saling kenalan dan membicarakan maksud datang ke Jogja.

"Jadi kami kesini buat liburan Bang, selagi masih libur sekolah gitu" jelas Barra.

Saat ini mereka semua sedang berada di penginapan mereka untuk membereskan barang bawaan mereka.

"Oh gitu, sebelumnya juga Indra udah bilang ke gw katanya mau liburan kesini sama temen temennya, gitu" ucap Alvin.

"Sakdurunge wis di resik i iki yo, bersih tenan iki" ucap Indra yang baru saja keluar dari kamar dengan diikuti oleh yang lain.
(Sebelumnya udah dibersihin ini ya, bersih banget ini)

"Iyo di resik i neng Ibuku" balas Alvin.
(Iya dibersihin sama Ibuku)

"Owalah malah ngerepoti tenan ki " ujar Indra seraya duduk disamping Barra.
(Owalah malah ngerepotin banget ini)

"Wes penak i ae, koyo karo sopo ae" balas tulus Alvin.
(Udah enakin aja, kaya sama siapa aja)

"Nah sekarang mending kita semua makan siang dulu nanti baru kita keliling Jogja, ini masakan khas sini dan yang buat itu Ibu gw" ucap Alvin mempersilahkan makan ke Barra dkk.

"Ini pasti gudeg ya? " tanya Bryan yang baru saja mencicipi gudeg khas Jogjakarta.

"Pastinya, makanan yang udah menjadi ciri khas dari Jogja yaitu gudeg" terang Alvin.

"Kesukaan gw nih kalo ke sini, nggak lengkap ke Jogja kalo belum makan gudeg khas sini, mantap" ucap Indra yang makan gudeg seperti orang kesurupan.

"Lu laper apa doyan Ndra? " tanya Nevan yang heran melihat tingkah temannya itu.

"Dwua dwuanga" ucap Indra dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Ono ono ae tingkahmu" ujar Alvin.
(Ada ada aja tingkahmu)

1090 Word
Jangan lupa votment

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang