BAB 27

267 11 0
                                    

Tuhan jika nanti aku berhasil di puncak itu, tolong ingatkan aku untuk selalu rendah hati.


'Brak! '

"WOY BANGUN UDAH JAM BERAPA NIH!"

"Apaan si Bang ah" kesal Barra lantaran sedang indahnya menjelajahi dunia mimpi ia harus dikagetkan dengan teriakan Bryan yang tiba-tiba datang ke kamarnya.

"Bangun woyyy ini udah siang loh" ucap Bryan seraya menarik tangan Barra untuk beranjak dari kasur.

"Ini tanggal merah Bang, liat tuh di kalender" sewot Barra dengan merebahkan tubuhnya kembali.

"Ehh iya ya gw lupa sumpah Bar" balas Bryan dengan cengengesan tak jelas.

"Bangke lu ahh, ganggu orang tidur aja si" kesal Barra dengan kembali memejamkan matanya kembali.

"Mamah sama Papah katanya sampe nanti siang" ucap Bryan seraya berjalan keluar kamar.

Barra hanya berdehem untuk menjawab ucapan Bryan, ia kembali tidur lantaran rasa kantuknya yang masih berat. Disebabkan tadi malam ia pulang dari markas sudah larut malam belum ia tidur belum ada setengah jam lantaran ia menemani Vira tidur melalui video call, sleep call.

Baru saja ia akan kembali ke alam mimpinya, ia kembali dikejutkan oleh manusia-manusia need akhlak yang minta di headshot kepalanya.

"ASS-"

"BERISIK BANGSAD" teriakkan Bryan yang baru saja keluar dari kamarnya mampu memotong teriakan makhluk dibawah, siapa lagi kalau bukan Indra dan juga Nevan, Adit dan juga Arzan hanya memutar bolanya malas. Sudah menjadi kebiasaan mereka berdua jika kedua curut berulah, mereka lah yang mendapatkan imbasnya.

Tadi malam mereka sudah berjanji untuk bermain sekaligus sarapan bersama di rumah Barra. Tentu saja itu hanyalah trik untuk mendapatkan makanan gratis, dan itu berasal dari otak jenius Indra.

"Mau ngapain hah?! " celetuk Bryan seraya menuruni satu persatu undakan tangga rumahnya.

"Mau main Bang sekalian sarapan bareng" balas Indra dengan cengengesannya.

"Orang rumah lu pada kemana, ampe ngemis-ngemis gitu" judes Bryan.

"Jangan jutek-jutek lah Bang, gw ama Indra kesini mau ngomongin perihal sesuatu yang sangat amat penting dan pastinya rahasia negara" ujar Nevan.

"BAR CEPET TURUN! " teriak Bryan sembari berjalan menuju dapur.

"Buset kaya di hutan aja, teriak-teriak" gumam Indra.

"Bang kita nggak disuruh duduk nih? " tanya Nevan.

"Nggak" balas Bryan dari dapur.

Berbanding terbalik dengan balasan Bryan, keempat pemuda itu pun duduk bersebelahan sembari memainkan ponselnya masing-masing.

"Ngapain? " celetuk Barra yang baru saja turun dengan mata yang masih sipit lantaran tidurnya yang kurang dan juga selalu terganggu oleh berbagai jenis makhluk.

"Cuci muka dulu kali Bar" ucap Nevan.

"Hm"

Lantas Barra pun menuju kamar mandi untuk hanya sekedar cuci muka, dengan badan yang lelah dan juga mata yang mengantuk.

Lihat pembantu rumah Barra tengah menyajikan makanan di meja makan, dengan mata yang berbinar-binar Indra pun berjalan menuju meja makan dengan terus saja memperhatikan makanan yang menggugah selera.

"Tumben masak banyak Bi? " tanya Indra keheranan.

"Iya, soalnya Bu Tiwi sama Pak Pamungkas mau sampe siang ini dan disuruh buat masak pagi ini" jelas pembantu itu.

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang