Tidak ada hubungan tanpa aturan, jika ingin bebas tetap lah sendiri.
-B.J Habibi-
•
•
•Pagi ini Barra dan juga Pamungkas sudah berada di kantor Zayan's group sebelum pergi ke perusahaan yang Pamungkas kasih kepadanya.
"Ini berkas buat Barradz Company, ini bawa trus sama yang ini jangan lupa juga. " ucap Pamungkas seraya memberikan beberapa berkas kepada Barra.
Barradz Company, sesuai dengan namanya perusahaan itulah yang Pamungkas buatkan untuk putranya. Barradz Company sudah beroperasi hampir 1 tahun, yang sebelumnya dikelola oleh Pamungkas sebelum ia serahkan ke Barra.
"Papah gak ikut? " tanya Barra sembari menerima berkasnya itu.
"Gak, Papah mau meeting abis ini. "
"Ya udah kalo gitu Barra ke sana dulu. " pamit Barra lalu keluar dari ruangan milik Pamungkas setelah mendapat anggukkan dari Pamungkas.
Barra pun mulai melajukan motornya menuju perusahaan yang sekarang menjadi miliknya, butuh waktu 10 menit untuk sampai di tempat itu. Di tengah perjalanan ia melihat sebuah geng yang tak asing untuknya.
"Aodra" gumam Barra.
Semua anggota geng Aodra pun memelankan laju motornya lalu memberi senyum sembari sedikit menunduk ke Barra, hanya ada beberapa bagian Aodra saja yang Barra lihat. Mereka pun mulai kembali melajukan motornya menuju sekolah mereka masing-masing, begitupun Barra yang ikut melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di Barradz Company, ia pun menghentikan motornya tepat di area parkiran yang lumayan luas. Lalu ia pun melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya, sepanjang perjalanannya ia tak henti hentinya mendapatkan sapaan dari beberapa pekerja di sana, entah itu berupa senyuman atau membungkukkan sedikit badannya untuk memberikan hormat ke atasan mereka yang tak lain adalah Barra sendiri. Setelah sampai di ruangannya ia langsung duduk di kursi sembari meneliti beberapa berkas yang sudah ada di sana.
Deringan ponsel membuat Barra pandangan Barra langsung tertuju ke ponselnya yang berada telat di samping tangannya.
"Bang Bryan" gumam Barra lalu mengangkat panggilan itu.
"Ada apa Bang? " tanya Barra.
"Gw udah sampe di apart, lu sibuk kaga? " ucap yang berada di seberang.
"Agak sibuk Bang, kenapa? " tanya balik Barra.
"Gw mau ajak lu nanti buat makan siang, sekalian mau bahas sesuatu, bisa gak? " terang Bryan.
"Boleh si, dimana? " ujar Barra.
"Di restoran samping apart gw aja lah, mau gak? "
"Oghey Abang, tapi bayarin ya, masa adeknya kaga pernah di traktir si" ucap Barra.
"Iya iya dah, ya udah gw tutup dulu takut lu sibuk. "
"Oke Bang" jawab Barra.
Setelah mendapatkan jawaban dari Barra pun, Bryan mematikan sambungan telefon nya. Sementara itu Barra kembali fokus ke pekerjaannya.
Tak lama pintu pun terbuka dan menampilkan Papahnya, Pamungkas sembari menenteng tas kerjanya."Ada kendala? " celetuk Pamungkas sembari duduk di sofa yang memang ada di ruangan itu.
"Gak kok Pah" balas Barra.
"Syukur lah" balas Pamungkas lalu berdiri dari duduknya.
"Papah mau kemana? " tanya Barra.
"Papah mau pulang ke rumah makanya sekalian mampir kesini" jawab Pamungkas seraya beranjak keluar ruangan setelah di angguki oleh Barra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Senyum Barra [END]
Teen Fiction'Kamu hanya tau namanya tapi bukan dengan ceritanya' Dia, Barra Damian Zayan. Pemuda yang sangat dibenci oleh Ayahnya sendiri karena sebuah masalah yang telah menjadi masa lalu. Bagaimana kisah masa lalunya? Bagaimana perjuangan dari sang ketua Ao...