BAB 10

483 16 2
                                    

Tetap semangat,
Episode kita masih panjang :)


Selfharm yang dialami Barra kian menurun, namun bukan berarti tidak akan kambuh, ia akan kambuh ke mode selfharm nya jika ia sedang merasa depresi akan suatu hal. Yang sedang ingin ia selesaikan adalah penyakit yang ada di dalam tubuhnya, memang tidak sebabnya penyakit lain, namun penyakit ini mampu menyiksa diri nya hari demi hari.

Bentakan bahkan pukulan yang Pamungkas dulu lakukan, sekarang tak ada lagi didalam hidup Barra, maybe. Barra sudah memiliki tempat tinggal yang menurutnya nyaman, senyaman aku berada dipelukanmu :v.

"BAR SNACK LU ABIS YA" teriak Indra yang tengah berada di dapur untuk mengambil snack, namun ia tak mendapati itu.

"Dah sana beli di depan" perintah Barra yang tengah membawa nampan berisi beberapa buah beserta sambal kacang.

"Masa gw si yang beli" sewot Indra

"Yang tadi ngabisin siapa? " tanya Indra seraya berjalan menuju ke sofa, tempat anggota inti Aodra berkumpul.

"Gw tapi kan... Ah ya udah lah" ujar Indra sembari keluar untuk ke warung yang berada di seberang jalan apartemen.

"PAT nya kapan si, kok belum ada pengumuman? " tanya Nevan yang perhatiannya masih menatap HP nya yang tengah bermain game cacing.

"Cek grup kelas" ucap Arzan.

PAT akan dilaksanakan satu minggu lagi, itu informasi terakhir dari grup kelas mereka. Memang minggu ini tak banyak aktivitas belajar seperti biasa karena, terdapat dua kali tanggal merah.

Tak terasa kini mereka akan menjalani PAT (Penilaian Akhir Tahun). Yap, mereka akan naik kelas menjadi kelas 12, tak banyak yang menyangka bahwa mereka kana memasuki masa dimana masa yang banyak ujian, entah itu ujian sekolah maupun ujian hidup.

"Aya naon ieu? " tanya Indra yang baru saja pulang dari warung.

FYI → 'Aya naon ieu' = 'Ada apa ini'

"WIHHH MAKANAN LAGI NIH" ujar Nevan dan rebut kantong plastik yang Indra pegang, berisi snack yang baru dibeli.

"ENAK AJA LU, INI SEMUA AKU PUNYA" ucap Indra dengan menirukan salah satu tokoh bocil botak kembar, Upin Ipin.

"BAGI DONG, NGGAK BOLEH PELIT, SINII" teriak Nevan yang tengah berusaha merebut salah satu kantong plastik yang berada di tangan kiri Indra.

"INI PUNYA GW SEMUA NJINGS" ujar Indra tak terima lantaran ia hanya beli satu kantong plastik, dan itu pun harus berebut snack dengan beberapa bocil, dan apa-apa ini dengan mudahnya Nevan minta. Pikir Indra.

Dan terjadilah kejar-kejaran seperti anjing dan kucing. Barra, Adit dan Arzan hanya memutar bola matanya malas, sudah menjadi kebiasaan jadi ya BIASALAH.

°°°

Vira, Elen, Rissa dan juga Keisha kini tengah berkumpul di rumah Keisha. Bukan tanpa alasan, mereka kini berkumpul lantaran Ibu Keisha yaitu Riri yang baru saja pulang dari Jerman. Dan juga berkumpul untuk membahas kegiatan seminggu ke depan sebelum melaksanakan PAT, begitupun Keisha, walau Keisha berbeda sekolah dengan ketiga temannya namun jadwal kegiatan PAT di sekolahnya sama dengan SMA Trisatya. Dengan begitu banyak yang mereka berempat rencanakan untuk kedepannya.

"Ra" panggil Rissa ke Vira yang tengah memakan potongan buah nanas.

"Hmmm" Vira hanya bergumam sembari terus memakan makanan yang ada didepannya.

"Keknya Barra suka ama lu deh" lanjut dengan bisikan  syaitan, ehh typo maksudnya bisikan ke telinga Vira, supaya Elen dan Keisha tidak mendengarkannya.

"Gw juga"  jawabnya dalam hati

"Nggak mungkin lh" ucap Vira dan berjalan menuju Elen dan Keisha yang tengah duduk di taman belakang.

"Wehh gw jan ditinggal napa, huh" ujar Rissa dan menyusul ke taman belakang.

"Sa" panggil Keisha dengan senyum nakalnya menatap Rissa yang baru saja duduk di antara Elen dan Vira.

"Naon? " tanyanya kebingungan, lantaran Keisha menaruh bungkus kecil yang terbuat dari daun yang tadi Keisha buat.

"Itu hadiah dari gw, walau pibesdey nya masih lama, tapi gw ngasihnya sekarang, jangan liat dari bentuknya ya, liat dari hati gw yang tulus ikhlas ini ngasih itu ke elu" jelas Keisha. Rissa pun membuka bungkusan itu, dan...

"AAAAA KEISHANJING GUOBLOK BANGKE, JAUH-JAUH DARI GW, BUANG WOYYY. GW JIJIK, BENCI, IIIIII" teriak Rissa histeris, saat ia tau yang diberikan Keisha adalah cacing tanah, karena Rissa sangat takut bin geli ke hewan yang tidak berdosah itu.

"Hahahahahaha"
Dengan jahatnya ketiga temannya tertawa atas kemalangan yang Rissa dapat.

°°°

Kini para temannya sudah pada pulang, karena besok pagi akan kembali ke sekolah tercintah. Setelah tadi membereskan apartemen nya, kini ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena seharian dengan para temannya yang koplak sangat menguras tenaganya.

Setelah mandi Barra pun menyiapkan kopi untuk dirinya sendiri yang dijadikan teman karena ia akan mengerjakan tugas bisnis nya, ia tadi sempat mengabari Tiwi, sang Mamah supaya tidak terlalu memikirkan dirinya, karena kemarin ia dikasih tau dari Bryan kalau Mamahnya itu mogok makan, lantaran terlalu memikirkan dirinya.

'Drttt drttt'

Panggilan telefon mengalihkan kefokusan Barra yang tengah sangat fokus mengerjakan bisnis nya itu, ia pun mengangkat handphone nya, gini-gini Barra bukan seleb ya bosquh.

"Papah" gumam Barra saat membaca nama pemanggil di handphone nya.

"Halo Pah, ada apa? "

"Pulang sekarang" ucapnya tegas dengan nada yang tidak mau dibantahkan.

"Tapi kenapa Pah? " tanyanya Barra, sedikit terkejut karena ucapan dari sang Ayahnya.

"Pu. Lang. Se. Ka. Rang" ucapnya lagi dan tak mau dibantah sedikitpun.

Barra menghela nafas menghadapi sikap Ayahnya itu.

"Iya Pah, Barra pulang sekarang" putus Barra. Dan setelah Barra mengucapkan itu, telefon nya putus secara sepihak.

"Hhhhhh" Barra menghela nafas nya yang kesekian kalinya, antara senang dan takut saat ini yang ia rasakan. Tapi apalah daya ia hanya seorang anak yang ingin memperbaiki hubungan antara dirinya dan Ayahnya, Pamungkas.

Barra bingung sangat bingung karena sikap dari Ayahnya itu, ia senang bisa diperbolehkan pulang, tapi ia juga takut akan terjadi seperti dulu lagi, ia cukup tersiksa entah itu fisik maupun batinnya. Setelah semuanya siap, ia pun bergegas menuju rumahnya dengan mengendarai motor miliknya.

Saat ia sampai di halaman rumahnya, ia disambut oleh Tiwi, Ibunya.

"Barra, hiks Alhamdulillah kamu mau pulang, kamu sehatkan? " ucap Tiwi sembari meneliti tubuh anaknya itu, ia sangat bersyukur karena telah mempunyai anak yang kuat seperti Barra.

"Mah, suruh masuk dulu baru ntar ngobrol" usul Bryan yang berada di belakang Tiwi, ia melihat Barra pun seperti kecapean, ditambah ini sudah malam.

"Ayok sayang kita masuk" ajak Tiwi dengan tangan yang terus memegang tangan anaknya itu.

"Lah gw" Bryan menunjuk dirinya sendiri lantaran ditinggal oleh Mamahnya sendiri. Ia pun segera menyusul ke dalam rumahnya, ya ke rumahnya lah masa ke rumah mertua.

1033 Word
Jangan lupa votenya kakak🦥

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang